Sempat Dilarang Beredar, Ini Ulasan Novel Istana Mimpi Karya Ismail Kadare

Hernawan | Fitri Khairunnisa
Sempat Dilarang Beredar, Ini Ulasan Novel Istana Mimpi Karya Ismail Kadare
Potret Novel Istana Mimpi (DocPribadi/Fitri Khairunnisa)

Bagi sebagian orang, mimpi hanyalah sebatas bunga tidur. Namun bagi sebagian lainnya, mereka yakin dan percaya bahwa mimpi merupakan tanda yang diberikan oleh Tuhan atas sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang. Sementara sebagian lainnya masih bimbang hendak mempercayai pernyataan yang pertama atau yang kedua. Besarnya rasa penasaran manusia terhadap mimpi tergambarkan dari munculnya berbagai kitab tafsir mimpi sejak dulu hingga saat ini, masa di mana teknologi dan sains sudah berkembang begitu pesat.

Rasa penasaran terhadap mimpi juga dirasakan oleh penulis novel yang karyanya akan saya ulas kali ini. Dia adalah Ismail Kadare, seorang pria kelahiran tahun 1936 di kota pegunungan Gjikrokaster, dekat perbatasan Yunani. Dalam novelnya yang berjudul "Istana Mimpi", Ismail Kadare mengusung budaya Timur Tengah dengan pemahaman Islamnya yang kental.

Novel bergenre fantasi ini pertama kali terbit di Albania dengan judul Nepunesi i pallatit te endrave pada tahun 1981. Novel ini menceritakan kisah seorang laki-laki bernama Mark-Alem, pegawai baru di Istana Mimpi atau sering disebut sebagai Tabir Sarrail, yakni sebuah lembaga yang didirikan oleh Sultan sebagai tempat pengumpulan mimpi-mimpi seluruh rakyat dari seluruh penjuru wilayah yang dikuasainya.

Mark-Alem bekerja di Istana Mimpi berkat rekomendasi dari pamannya. Menariknya, tak seperti pegawai baru pada umumnya yang memulai pekerjaannya di bagian penerimaan atau penyalinan, Mark-Alem justru ditempatkan di bagian penyortiran. Hal tersebut lantaran Mark-Alem merupakan keturunan keluarga Quprili, yakni sebuah dinasti keluarga yang berpengaruh terhadap kekhalifahan.

Statusnya sebagai keturunan Quprili juga membuat karier Mark-Alem di Istana Mimpi melesat dengan cepat dalam waktu singkat. Hanya dalam hitungan bulan, Mark-Alem dipindahkan dari bagian penyortiran ke bagian tafsir, yang merupakan bagian utama dari Istana Mimpi. Namun bukannya senang, Mark-Alem justru bingung dan galau sebab ia merasa belum terlalu menguasai pekerjaannya di bagian sebelumnya, menjadikan ia ragu akan bisa beradaptasi dengan jabatan barunya.

Puncak masalahnya terjadi pada saat Mark-Alem tanpa ia duga akan menangani mimpi yang berkaitan dengan takdir keluarganya dan kekhalifahan. Mimpi itu berasal dari seorang pedagang yang berisi "Sebidang tanah kosong di dekat sebuah jembatan; semacam tanah kosong di mana orang membuang sampah. Di tengah-tengah sampah, debu, dan toilet yang rusak, sebuah alat musik aneh bermain sendirian hanya ditemani seekor banteng yang sepertinya kesal dengan suara itu dan berdiri di dekat jembatan lalu melenguh..." (hal 57).

Mark-Alem tak pernah menyangka bahwa mimpi tersebut merupakan ancaman bagi kekhalifahan dan juga keluarganya. Parahnya lagi, ia pernah meloloskan mimpi tersebut saat ia masih bekerja di bagian penyortiran karena merasa mimpi tersebut tidak berisi apa-apa. Alhasil Mark-Alem merasa kedudukannya terancam karena sudah meloloskan mimpi tersebut dan takut akan dicurigai sengaja meloloskan mimpi itu demi keselamatan keluarganya.

Novel Istana Mimpi merupakan novel fantasi yang cukup unik dan berani, sebab di dalamnya terkandung humor gelap dan satir, karena menggambarkan bagaimana sebuah pemerintahan tirani begitu mencengkram kebebasan rakyatnya. Oleh sebab itu novel Istana Mimpi ini sempat dilarang beredar oleh pemerintah Albania.

Novel ini cocok sekali untuk kamu penggemar novel bergenre fantasi dan ingin merasakan pengalaman membaca yang berbeda. Selamat membaca!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak