Film horor Indonesia "Rumah Iblis," yang dirilis pada 23 November 2023, di bawah arahan sutradara Bambang Drias, agaknya meninggalkan kesan buruk yang sangat mendalam. Dengan naskah yang ditangani oleh Vidya T Ariestya dan diproduksi oleh '4award Pictures', film ini menampilkan sejumlah aktor ternama seperti Aura Kasih, Alex Abbad, Wanda Hamidah, Sarah Felicia, Fauzan Evano, dan Egi Fedly.
Film "Rumah Iblis" menceritakan tentang Bayu (Edward Akbar) dan Maya (Aura Kasih), sepasang suami istri dengan dua anak kecil, yang terpaksa menetap di rumah dinas di desa pedalaman karena pekerjaan Bayu. Mereka segera diganggu oleh kejadian-kejadian gaib setelah memindahkan sebuah lukisan antik dari gudang ke ruang tamu, yang pada awalnya mereka dilarang memindahkannya oleh Pak Marto (Egi Fedly), si pengurus rumah.
Awalnya, Bayu meremehkan ketakutan Maya, tetapi setelah mengamati dan mendapatkan informasi kebenarannya, Bayu mulai mempercayai teror gaib yang berasal dari lukisan itu. Dalam situasi yang semakin nggak kondusif, Bayu berusaha melindungi keluarga kecilnya sambil mengungkap misteri masa lalu lukisan antik yang ternyata telah menelan korban berulang kali.
Ulasan:
Film "Rumah Iblis" terasa sebagai sebuah pengalaman yang sangat mengecewakan dan kurang inovatif dalam menghadirkan elemen horor. Terlepas dari bulan November yang penuh dengan film horor, sayangnya, film ini belum bisa memberikan kesan yang tajam dan unik.
Aura Kasih sebagai cast utama tampak kurang mengesankan dalam perannya. Aktingnya nggak menciptakan dampak yang kuat, dan kurangnya chemistry dengan Edward Akbar semakin meredupkan daya tarik film. Kedua pemeran utama seharusnya menjadi tulang punggung cerita, tetapi sayangnya, mereka nggak mampu menghidupkan karakter dengan baik. Setidaknya, itulah yang aku lihat dan rasakan saat menonton film ini.
Adegan-adegan konyol dan nggaklogis hanya menambahkan kebingungan daripada ketegangan. Beberapa keputusan tanpa alasan yang jelas menciptakan ketidaksempurnaan dalam alur cerita. Ini memberikan kesan bahwa pembuat film mungkin nggak sepenuhnya mempertimbangkan konsistensi dan logika dalam pembangunan cerita dalam filmnya.
Durasi film yang singkat, kira-kira awalnya mencerminkan niat untuk fokus pada inti tema, namun, pada akhirnya, yang aku rasakan, film ini terasa tergesa-gesa dan nggakmemberikan ruang untuk mengembangkan potensi cerita yang lebih dalam.
Penggunaan sekuens mimpi yang repetitif terasa sebagai upaya untuk menciptakan misteri, tetapi malah berujung pada rasa kebosanan dan kekecewaan. Penampakan hantu yang kurang menakutkan, iringan musik yang nggak menggugah, dan ide cerita yang kaku semakin membuat aku kecewa.
Dengan skor 2/10, semoga saja, untuk selanjutnya, seperti film ini juga, seharusnya lebih memperhatikan detail dan memberikan yang terbaik kepada penonton yang telah berinvestasi dalam bentuk waktu dan uang untuk membeli tiketnya. Harapannya, para sineas film, terutama yang membuat film ini, dapat introspeksi sebagai dorongan untuk meningkatkan kualitas karya, agar dapat memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan menarik bagi penonton yang sudah mengeluarkan uang untuk menonton film ini. Bagi teman-teman yang masih penasaran, tonton saja!