Kalahkan Swiftie, Kata "Rizz" Resmi Jadi Word of The Year 2023 Versi Oxford University

Hikmawan Firdaus | Athi S. R.
Kalahkan Swiftie, Kata "Rizz" Resmi Jadi Word of The Year 2023 Versi Oxford University
'rizz' menjadi pemenang Word of The Year 2023 versi Oxford (X.com/@OxUniPress)

Pada November lalu, Oxford University melalui Oxford Language mengumumkan bahwa kata rizz telah resmi terpilih sebagai Word of The Year 2023. Rizz adalah kata slang (gaul) dalam lingkungan penutur bahasa Inggris. Rizz pertama kali dicetuskan oleh Kai Cenat, seorang Youtuber dan Twitch streamer. Ia mengunggah sebuah video dengan tema “rizz tips” di kanal Youtube-nya.

Diambil dari silabel tengah kata charisma, rizz dimaknai sebagai “gaya, pesona/karisma, sesuatu yang menarik”, atau “kemampuan untuk menarik hati pasangan romantis/seksual”. Rizz viral di kalangan warganet terutama gen Z setelah aktor Tom Holland menyebutkannya dalam wawancara Buzzfeed di bulan Juni 2023. Ketika ditanya “What’s the secret to your rizz?”, Tom pun menjawab, “I have no rizz whatsoever. I have limited rizz.”

Menurut Casper Grathwohl, presiden Oxford Language, dalam wawancaranya bersama Jennifer Schuessler di New York Times, rizz terpilih karena beberapa alasan berikut.

Pertama, pemilihan kata pemenang tahun ini didasari atas kesadaran bahwa media sosial telah menjadi bagian eksponensial dari perubahan dalam berbahasa. Grathwohl mengatakan, kata rizz itu sendiri secara simpel memang memiliki ‘karisma’.

Kedua, kata rizz telah bergerak masuk menjadi kata populer arus utama, yang tadinya hanyalah sebuah frase dalam niche di media sosial dan dunia game. Hal tersebut karena pengucapan rizz yang ringan dan terdengar menyenangkan sehingga banyak orang menyukainya.

Ketiga, rizz memiliki beberapa keistimewaan. Ia diambil dari silabel tengah dan dapat dipakai sebagai kata kerja, yang menjadi indikator sebuah kata berpotensi kuat untuk menjadi relevan dalam waktu yang lama.

Lebih lanjut, Grathwohl mengatakan, pemilihan word of the year mengacu pada satu syarat, bahwa sebuah kata harus merefleksikan etos, suasana dan keasyikan di sepanjang tahun, serta berpotensi sebagai term yang signifikan secara kultural untuk waktu yang lama.

Berbeda dari tahun sebelumnya, tahun ini pihak Oxford melakukan serangkaian ‘reality show’ dengan sistem battle voting. Sekitar 32 ribu orang diundang untuk memilih pemenang dari beberapa kata tematik yang diadu berpasangan.

Dari tema kultur selebriti, “Swiftie”, atau ‘penggemar antusias dari penyanyi Taylor Swift’ beradu dengan “de-influencing”, yang dimaknai ‘cara atau praktik untuk mempengaruhi orang atau publik untuk tidak membeli sesuatu’. Di dunia karakteristik personal, “rizz” berhadapan dengan “beige-flag”, atau ‘karakter yang mengacu pada pasangan yang membosankan’. Perubahan dunia diwakili oleh “prompt”, atau ‘instruksi yang diberikan pada program AI atau algoritma’, dan “heat dome” atau ‘sistem besar bertekanan tinggi di atmosfer tengah hingga atas’.

Sementara dalam bidang hubungan sosial, ada “parasocial”, yang berarti ‘hubungan imajiner sepihak yang dibentuk seseorang dengan tokoh publik yang tidak dikenal secara personal’, yang melawan “situationship”, atau ‘hubungan romantis atau seksual tanpa ada status resmi’.

Dalam babak final, “rizz” akhirnya berhasil mengalahkan "de-influencing”, yang sebelumnya menghadang “Swiftie” untuk masuk final. Kata “Swiftie” meski tak terpilih, tapi ia memiliki karakter yang menggambarkan bagaimana sebuah “fanalect” (bahasa dalam komunitas penggemar) berkembang dan menjadi populer.

Sementara kata “prompt” juga merefleksikan bagaimana kosakata khusus yang dipakai spesialis, yaitu dalam bidang teknologi informasi, bisa masuk dalam obrolan arus utama. Kata tersebut meledak setelah diluncurkannya ChatGPT di akhir 2022 lalu. Wow, keren banget ya. Selamat untuk “rizz”!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak