Review 'Puss in Boots: The Last Wish', Kucing Legenda yang Berada Diambang Kematian

Sekar Anindyah Lamase | Adela Puspita
Review 'Puss in Boots: The Last Wish', Kucing Legenda yang Berada Diambang Kematian
Film "Puss in Boots: The Last Wish" (IMDb)

"Puss in Boots: The Last Wish" merupakan film garapan dari sutradara Joel Crawford. Film ini adalah sekuel dari film Puss in Boots (2011) yang berasal dari spin-off seri Shrek. Dalam sekuel ini, Antonio Banderas dan Salma Hayek kembali sebagai pengisi suara utama, serta didampingi oleh Florence Pugh, Olivia Colman, Ray Winston, John Mulaney, dan Harvey Guillén.

Puss (Banderas) yang kini telah menjadi legenda harus menghadapi kenyataan bahwa dari sembilan nyawanya hanya satu yang tersisa. Ancaman kematian memaksa Puss untuk meninggalkan semua atribut pahlawannya. Kini, dia berusaha menjalani kehidupan tenang bersama Mama Luna yang telah merawat puluhan kucing.

Di sana, Puss berteman dengan Perrito (Guillén) seekor anjing yang menyamar sebagai kucing. Suatu hari, Goldilock (Pugh) dan keluarga beruangnya mencari Puss untuk meminta bantuan dalam mencuri peta untuk menuju bintang jatuh yang dapat mengabulkan segala impian.

Dengan harapan memulihkan sembilan nyawanya, Puss tanpa ragu-ragu berusaha merebut peta tersebut untuk dirinya sendiri. Namun, selain menghadapi ancaman dari si jahat Jack Horner (Mulaney), si pemilik peta yang juga mengincar hal yang sama, selain itu rekan lama Puss Kitty (Hayek) juga memiliki niat yang serupa.

Meskipun plotnya sederhana, kali ini terdapat beberapa perbedaan yang mencolok. Tema yang diusung menjadi lebih gelap dan mendalam, sehingga harus mendekat dengan urusan kematian. Kematian menjadi ancaman yang menghampiri sang protagonis dengan rasa takut yang belum pernah ia alami sebelumnya.

Meskipun aksi-aksi dalam film ini jelas dapat diterima oleh penonton anak-anak, tetapi yang mendominasi untuk  menonton film ini adalah penonton dewasa. Karena, dapat dilihat bahwa pesan dan tema yang diusung oleh film ini adalah diperuntukan oleh orang dewasa.

Tidak terduga, "Puss in Boots: The Last Wish" tidak hanya menghibur semua kalangan usia, tetapi juga menyampaikan pesan tentang kehidupan yang sepertinya hanya dapat dipahami oleh penonton dewasa. Dalam tema yang diusungnya, The Last Wish merupakan peningkatan yang signifikan dari film pendahulunya.

Tidak banyak yang perlu dikomentari mengenai visual dan pencapaian artistiknya, karena standar film animasi saat ini sudah sulit disebut buruk. Namun, jika kita mempertimbangkan tema yang diangkat, film ini terhitung langka dalam kategori film animasi populer sejenis.

Beberapa film animasi lain mengusung tema gelap atau kematian yang serupa, seperti Toy Story 3, Coco, Soul, ataupun Pinocchio versi Del Toro. Film-film animasi ini jelas memberikan dimensi, sisi absurd, dan eksplorasi yang berbeda karena keunggulan visualisasi yang sulit dicapai oleh film live-action. Oleh karena itu, wajar jika The Last Wish dinominasikan sebagai Golden Globe tahun 2023.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak