Manusia memiliki beragam karakter. Ada yang berkepribadian terbuka dan banyak bicara. Namun ada juga yang memiliki kepribadian tertutup dan cenderung lebih banyak diam atau menarik diri dari pergaulan.
Sylvia Loehken dalam buku ‘Quiet Impact, Tak Masalah Jadi Orang Introver’ (Gramedia, 2019) menjelaskan bahwa kepribadian orang dapat dibedakan menjadi introver dan ekstrover. Hampir setiap orang dapat memahami makna istilah-istilah ini dan akan menghubungkan kualitas-kualitas tertentu dengan diri mereka.
Setiap orang, baik itu yang termasuk introver maupun ekstrover, tentunya memiliki ciri khas masing-masing. Dalam buku ini dibeberkan ke-khasan tersebut. Berikut sebagian penjelasannya:
Orang yang berkepribadian ekstrover biasanya melakukan regenerasi diri melalui kontak dengan orang lain, sementara khas introver melakukan regenerasi melalui ketenangan, keheningan, dan menyendiri.
Khas ekstrover biasanya sering bicara atau beraksi secara spontan, tanpa berpikir—dan memilah gagasan mereka sambil bicara. Sementara khas introver lebih suka berpikir sebelum bicara atau bertindak—dan tidak mengatakan apa pun sampai proses berpikir selesai.
Ciri khas ekstrover selanjutnya adalah dia dapat membicarakan berbagai gagasan dan perasaan pribadi dengan mudah. Sementara orang introver akan berhati-hati soal seberapa banyak yang harus dikatakan tentang masalah pibadi dan perasaan—dan bicara sedikit sekali tentang masalah-masalah pribadi atau konflik, itu pun hanya kepada beberapa teman dekat.
Yang jelas, sosok introver maupun ekstrover itu memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kedua kepribadian ini memerlukan lingkungan dan zona nyaman berbeda supaya dapat berkembang. Dan yang pasti, dunia memerlukan kaum introver maupun ekstrover. Manusia (berikut hewan dan tanaman) memperoleh manfaat dari dua kubu berbeda yang saling melengkapi (hlm. 31).
Sylvia Loehken menjelaskan, sosok ekstrover menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki oleh sosok introver: energi berlimpah, aksi spontan, motivasi. Sebaliknya, sosok introver menunjukkan kepada rekan esktrover mereka hal-hal yang cenderung tidak mereka miliki: misalnya, tetap tenang ketika dibutuhkan, hubungan yang mendalam, refleksi, dan kesiapan mendengar.
Buku ini sangat menarik dibaca untuk lebih mendalami sosok orang-orang yang memiliki kepribadian introver dan ekstrover. Dengan memahami dua jenis kepribadian ini, kita dapat mengenali diri kita sendiri, apakah kita termasuk kaum introver atau ekstrover.
Setelah mengetahuinya, kita bisa melakukan perbaikan dan pengembangan diri agar ke depan bisa menjadi sosok pribadi yang lebih baik dan menyenangkan. Selamat membaca.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.