Review Film RedLife, Realitas yang Vulgar dan Problematik

Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Review Film RedLife, Realitas yang Vulgar dan Problematik
Foto Film RedLife (IMDb)

"RedLife" sebuah film Thailand, rupanya menawarkan pandangan mendalam ke dalam sisi lain kehidupan di kota Bangkok. Penting untuk diketahui, Film RedLife kendatipun tayang di Netflix sejak 1 Februari 2024, tapi mengandung konten-konten vulgar dengan rating 18+. Film ini disutradarai oleh Ekalak Klunson, dan menampilkan ensemble pemain yang mengesankan: Thiti Mahayotaruk, Sydney Supitcha, dan Sumitta Duangkaew. Sebelum tayang di Netflix, RedLife terlebih dahulu rilis di layar lebar, dan pernah diputar di Festival Film Internasional Tokyo ke-36 pada Oktober 2023.

Dikisahkan karakter utama Ter (Thiti Mahayotaruk) berani mencuri demi mempertahankan hubungannya dengan Mind (Jomjam-Karnpicha). Meskipun Ter berusaha menabung untuk membangun kehidupan baru, dia menyadari bahwa uang nggak dapat memecahkan semua masalah.

Di sisi lain, Som (Sydney Supitcha), putri seorang pelacur jalanan yang bernama Aoi (Krongthong Ratchatawan). Aoi menjalani kehidupan sulit untuk membiayai pendidikan Som di sekolah yang bagus. Namun, Som merasa muak dengan kehidupannya dan percaya bahwa cinta pertamanya dapat membawanya keluar dari lingkungan yang penuh kebencian.

Kisah ini semakin menarik dengan kemunculan Peach (Faii Sumitra), seorang idola sekolah yang mengubah hidup Som. Meskipun hubungan mereka berkembang, Som menyadari bahwa cinta pertamanya di dunia nyata membawa penderitaan.

Ulasan:

"RedLife" benar-benar menciptakan gambaran suram yang tampak realistis. Film ini seolah-olah, menantang penontonnya untuk tetap kuat mengikuti alur kisahnya dengan latar, yang memaparkan berbagai berantakannya aspek kehidupan, tetapi juga sekaligus merangkum kompleksitas problematika tiap-tiap karakter di dalam kota Bangkok. 

Satu aspek yang sangat mencolok adalah kemampuan film ini untuk membangkitkan emosi penonton. Namun, disamping kekuatan emosionalnya, film ini agaknya sangat nggak ramah. Tema yang diangkat, meskipun dewasa dan realistis, mungkin sulit diterima oleh sebagian penonton Indonesia. Adegan-adegan kissing dan nuansa seksualitas yang tajam menjadi batasan yang begitu tajam. 

Terkait dengan plot, aku merasa, film ini terjebak dalam pusaran yang berulang-ulang. Pengulangan plot yang terus-menerus, meskipun mungkin mencerminkan realitas kehidupan yang terus berputar, tapi nyatanya bikin jengah. Keinginan untuk melihat perkembangan baru dan segar dalam alur cerita menjadi hal yang begitu kritis di sini. 

Walau begitu, setiap aktor dalam film ini, keberanian mereka dalam membawakan peran dengan totalitas, bolehlah diapresiasi. Thiti Mahayotaruk, Sydney Supitcha, dan Sumitta Duangkaew mampu membawa kehidupan pada karakter masing-masing. 

Sejalan dengan pandangan positif terhadap akting, film ini berhasil mengekspresikan tema-tema yang kompleks dan serius dengan gaya visual yang tajam. Karya sutradara Ekalak Klunson dapat dilihat melalui pencahayaan yang dramatis dan pemilihan framing yang tepat, sehingga menciptakan visual yang mendukung cerita. 

Meskipun memiliki beberapa kelemahan, "RedLife" tetap menjadi pengalaman sinematik yang mengesankan. Skor dariku: 7/10. Buat penonton yang lebih mementingkan cerita dan enjoy saja dengan hal-hal vulgar, film ini bisa jadi rekomendasi yang tepat buat kamu. Selamat menonton, ya!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak