Ulasan Buku 'Kita Tidak Mungkin Bisa Menyenangkan Semua Orang', Berhenti Menjadi People Pleaser!

Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Ulasan Buku 'Kita Tidak Mungkin Bisa Menyenangkan Semua Orang', Berhenti Menjadi People Pleaser!
Sampul Buku Kita Tidak Mungkin Bisa Menyenangkan Semua Orang (Gramedia Digital)

Seseorang yang memiliki kebiasaan selalu menyenangkan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri dikenal dengan istilah people pleaser. Hal ini biasanya berangkat dari sebuah kecenderungan untuk takut ditolak.  

Orang-orang yang bersikap seperti ini selalu mendahulukan kepentingan orang lain, sehingga tak jarang mengorbankan dirinya sendiri.

Dalam buku berjudul 'Kita Tidak Mungkin Bisa Menyenangkan Semua Orang,' Patrick King selaku penulis menjelaskan fenomena tersebut secara detail. 

Di antara yang menarik adalah para people pleaser sebenarnya adalah orang-orang yang egois.

Lah, kok bisa? Bukannya selalu mengiyakan segala permintaan dan mendahulukan urusan orang lain adalah sebuah bentuk kemurahan hati? 

Nah menurut penulis, sikap tersebut justru memperlihatkan pamrih. People pleaser bermurah hati karena mengharapkan orang lain juga membalas perlakuan yang sama.

Ketakutan akan penolakan membuat mereka bersedia melakukan apa saja demi menarik simpati.  

Selain itu, ada banyak dampak negatif dari sikap berlebihan dalam menyenangkan orang lain seperti ini.

Salah satu yang paling berdampak buruk adalah pada kesehatan, baik secara fisik dan mental.

Untuk mengatasinya, ada beberapa kiat yang ditawarkan oleh penulis. Misalnya dengan melakukan terapi eksposur.

Yakni membuat catatan tentang segala jenis ketakutan yang kita miliki terkait membangun relasi, lantas menempatkan diri pada situasi yang memicu ketakutan tersebut secara bertahap.

Dengan melakukan pembiasaan terhadap segala jenis ketakutan itu, diharapkan rasa cemas akan penerimaan maupun penolakan dari orang lain bisa berkurang sedikit demi sedikit. 

"Orang tidak suka diberi jawaban tidak, tetapi itu masalah mereka, bukan masalah Anda" (halaman 142). 

Penulis juga membahas tentang pentingnya membangun batasan yang seimbang. Tidak kaku, namun tidak juga terlalu fleksibel sehingga mudah dilanggar oleh orang lain.

Batasan-batasan inilah yang kemudian akan menjadi tolok ukur bagi kita dalam merespons permintaan orang lain. 

Secara umum, buku ini begitu ringkas, padat, dan tepat sasaran dalam pembahasannya. Setiap bab juga disusun secara runut sehingga memudahkan pembaca untuk memahami materi secara komprehensif. 

Bagi kamu yang hari ini merasa sulit untuk berkata 'tidak' dalam menolak permintaan orang lain, buku ini wajib banget buat kamu baca!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak