Mengenal kekuatan laut Indonesia di era akhir 1950-an hingga awal 1960-an tentunya tidka terlepas dari pergolakan geopolitik pada masa tersebut. Di masa yang dikenal dengan era orde lama tersebut, kekuatan militer Indonesia memang dikenal cukup dekat dengan blok timur pimpinan Uni Soviet. Bahkan, dominasi kekuatan militer Indonesia kala itu, khususnya kekuatan udara dan laut didominasi persenjataan buatan blok timur.
Salah satu sistem persenjataan yang dioperasikan oleh TNI-AL atau ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) di era 1950-an hingga awal 1960-an adalah kapal pemburu kapal selam (Submarine Chaser) Kronshtadt-class. Menyadur laman indomiliter.com, kapal berukuran relatif cukup kecil ini dibeli oleh Indonesia dari Uni Soviet pada akhir dekade 1950-an untuk memperkuat armada laut Indonesia kala itu.
Didatangkan Dari Uni Soviet Pada Tahun 1958 dan 1963
Laman indomiliter.com melansir bahwa kapal pemburu kapal selam Kronshtadt-class dibeli Indonesia dari Uni Soviet pada akhir tahun 1958. Kala itu, Indonesia membeli kapal ini sebanyak 6 unit yang merupakan kapal simpanan angkatan laut Uni Soviet yang dibuat pada tahun 1953. Keenam kapal ini kemudian ditransfer ke Indonesia pada tahun 1958. Sebelum dikirimkan ke Indonesia, keenam kapal tersebut telah mengalami program modifikasi agar bisa beroperasi di iklim tropis. Program modifikasi tersebut dikenal dengan nama “Project 06” yang memang dikhususkan untuk Indonesia.
Kemudian, karena dirasa cukup sukses penggunaanya di Indonesia, ALRI kemudian menambah 10 unit kapal kelas ini di tahun 1963. Namun, tidak diketahui apakah 10 unit kapal yang dibeli tahun 1963 tersebut kembali mengalami proses modifikasi agar sesuai dengan iklim tropis. Akan tetapi, 10 unit kapal tersebut diyakini merupakan hasil produksi Uni Soviet dari tahun 1950.
Dilengkapi Pelontar Mortir Anti Kapal Selam dan Roket Anti Kapal Selam
Merujuk laman navypedia.org, kapal Kronshtadt-class buatan Uni Soviet yang dipesan oleh Indonesia memiliki sistem persenjataan utama yakni meriam 90K kaliber 85 mm. Lalu, untuk penangkis serangan udara, kapal ini dilengkapi dengan 6 unit sistem kanon 2M-7 kaliber 14.5 mm. Adapula 2-3 unit senapan mesin kaliber 12.7 mm sebagai senjata cadangan.
Akan tetapi, persenjataan utama dari kapal jenis ini yang dimiliki oleh Indonesia adalah 2 sistem roket anti-kapal selam RBU 1200 dan 2 unit pelontar mortar BMB-2 ASW. Selain itu, adapula pelontar bom kedalaman dengan variasi 1-2 sistem pada setiap kapalnya. Kapal yang diawaki hingga 50 pelaut ini mampu melaju dengan kecepatan maksimal hingga 38 km/jam dan dilengkapi dengan sistem radar dan sonar canggih di masanya.
Pada masa renggangnya hubungan Indonesia dan Uni Soviet di akhir dekade 1960-an. Keenam belas unit kapal ini mulai mengalami kesusahan pengoperasian karena sulitnya mendapatkan suku cadang. Akhirnya, keseluruhan kapal ini dirubah menjadi kapal patroli sebelum dipensiunkan pada dekade 1970-an.