Penggunaan gadget atau gawai yang berlebihan, terutama pada anak-anak, akan berdampak banyak sekali. Tidur akan terganggu, tahap tumbuh kembang menjadi buruk, ditambah lagi bahaya radiasi bagi kesehatan.
Padahal masa anak-anak adalah masa produktif untuk sel otak berkembang maksimal. Kesemua potensi akan terganggu jika anak-anak telah kecanduan gadget.
Itulah sebabnya buku ini, menurut saya, menjadi amat layak dibaca baik oleh anak-anak, maupun para orang tua yang peduli terhadap masalah tumbuh kembang anak.
Seri Melawan Kecanduan Gadget diterbitkan oleh WIN Media, Juni 2024, setebal 52 halaman. Ada enam cerita berilustrasi full color, yang mewakili aneka dampak kecanduan gadget pada anak-anak. Pada bagian akhir setiap cerita terdapat sejumlah tips aman ber-gadget.
Kisah pertama berjudul 'Kok, Jadi Pemarah?' ditulis oleh Ririn Astutiningrum. Menceritakan Silvi yang baru dibelikan ponsel oleh pamannya. Semula ponsel itu benar-benar dipakai untuk menunjang kegiatan belajarnya. Lama-kelamaan Silvi tertarik bermain game.
Awalnya Silvi masih bisa mengatur waktu bermain game. Lama-kelamaan malah lebih banyak bermain game ketimbang belajar. Seiring dengan hal itu, Silvi mulai berubah. Ia menjadi anak pemarah, dan tidak sabaran.
Perubahan itu dirasakan oleh kedua orang tuanya. Sehingga mereka mulai memperketat batas waktu pemakaian ponsel untuk Silvi. Ia diizinkan menggunakan ponsel hanya untuk keperluan belajar.
Dari kisah Silvi orang tua diingatkan dampak negatif kecanduan gadget, terhadap perilaku anak. Cara mengatasinya tentu dengan membatasi waktu anak menatap layar ponsel (hal. 8).
Lanjut ke kisah kedua, 'Di mana Teman-temanku?' karya penulis Nurrul Hidayati. Ada Nana, anak yang ceria dan penuh semangat. Ia pun rajin membantu Ibu di rumah. Sebagai apresiasi, Ibu memberi hadiah sebuah ponsel untuk Nana.
Tentu saja Nana senang sekali dengan ponsel barunya. Ia jadi bisa bermain game dan menonton Youtube. Namun gara-gara keasyikan, ia jadi mulai abai dengan teman-temannya baik di rumah maupun di sekolah. Nana juga mengabaikan teguran Ibu. Pokoknya, Nana lebih mementingkan bermain ponsel.
Nah, suatu hari ia melihat teman-temannya asyik bermain di lapangan. Ia jadi ingin ikut bermain bersama mereka. Akan tetapi ketika Nana mendekat, teman-temannya cuek dan mengabaikannya. Nana sedih sekali.
Ia baru menyadari betapa tak enaknya diabaikan. Pasti itulah yang dirasakan oleh teman-teman ketika Nana cuek dengan mereka. Nana jadi menyesal. Ia berjanji mengurangi bermain ponsel, serta mematuhi Ayah dan Ibu (hal. 15).
Ternyata itulah akibat negatif jika terlalu asyik bermain ponsel. Anak-anak jadi kehilangan minat dan malas bergaul. Dunia pergaulan menyempit sebatas layar lima inchi. Di sinilah peran orang tua amat diperlukan.
Di kisah-kisah lain anak-anak juga diberi wawasan dampak buruk lainnya. Misalkan: prestasi sekolah menurun drastis akibat lupa waktu belajar, radang mata karena radiasi gawai, gangguan otak, obesitas, dan susah konsentrasi.
Saya optimis gerakan kesadaran melawan kecanduan gadget terutama pada anak-anak, akan menjadi lebih mudah melalui gambar-gambar yang bercerita. Selain itu anak-anak diajak gemar membaca sejak dini, sehingga terciptalah bonding berkualitas di dalam keluarga.
Semoga!