Veronika, seorang gadis yang berprofesi sebagai penjaga perpustakaan memutuskan untuk mengakhiri hidup di usianya yang baru menginjak 24 tahun.
Sekilas, tidak ada yang salah dengan kehidupan yang dijalani oleh Veronika. Ia adalah gadis yang cantik, berasal dari sebuah keluarga yang hangat, lulus dari universitas lalu menjalani karier yang diinginkan.
Namun di balik semua itu, ia tetap merasa hampa. Rutinitas pekerjaan dan aktivitas yang monoton membuat ia berpikir bahwa hidupnya tidak lagi berguna.
Lantas, ia menenggak pil tidur dalam dosis yang berlebihan dengan niat bunuh diri. Akan tetapi, pil tidur tersebut tidak cukup ampuh untuk membunuhnya.
Saat ia terbangun, ia sudah berada di sebuah rumah sakit jiwa. Veronika yang mengira bahwa nyawanya sudah terancam karena komplikasi yang diakibatkan oleh overdosis, ternyata berhasil mendefinisikan ulang makna kehidupannya saat ia mulai berpikir bahwa setiap waktu yang ia miliki sungguh berharga.
Lalu di akhir cerita, saya amat lega karena vonis dokter yang mengatakan bahwa Veronika akan segera meninggal dunia dalam beberapa minggu ternyata hanyalah tipuan agar gadis tersebut bisa menghargai hidupnya sendiri.
Kisah mengenai percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Veronika ini sungguh menarik. Sebab, di luar sana mungkin ada banyak orang yang berada dalam persimpangan jalan yang sama dengan Veronika.
Khususnya anak muda yang tengah mengalami quarter life crisis saat beranjak dewasa. Pencarian jati diri dan sulitnya Veronika menemukan kebahagiaan dalam rutinitas hariannya membuat ia merasa bahwa hidupnya tidak bermakna.
Kalau menurut dr. Igor, psikiater yang menangani kasus Veronika, gadis tersebut telah diserang oleh racun yang ia sebut sebagai Vitriol.
Awalnya, saya mengira bahwa istilah Vitriol ini memang merujuk pada jenis racun tertentu yang menyerang sel saraf.
Namun menariknya, dr. Igor menggunakan istilah tersebut sebagai representasi dari sebuah 'kegetiran' yang dialami manusia. Dan kegetiran tersebut bekerja layaknya racun yang mematikan.
Di dunia ini, barangkali memang tidak ada orang yang sepenuhnya bisa terlepas dari jerat perasaan depresi jika tidak mampu mengelola setiap perasaan getir yang dialami.
Walaupun kita memiliki segala hal yang kita butuhkan, ataupun menjalani kehidupan yang benar-benar didambakan, terkadang sebagai manusia sulit sekali untuk bisa merasa puas dengan kehidupan. Lalu, pada akhirnya kita akan terjebak dalam keputusasaan.
Sebagaimana yang terjadi pada Veronika yang menderita karena depresi padahal ia telah memiliki hidup yang nyaris sempurna.
Novel ini tidak hanya mengupas hal-hal penting seputar depresi, tapi juga berbagai isu kesehatan mental lainnya.
Terlebih, novel ini terinspirasi dari kisah nyata yang pernah dialami oleh penulis saat mendekam di rumah sakit jiwa di usia yang masih belia.
Tak heran, narasi yang disampaikan terasa amat mengalir. Novel ini juga lumayan informatif karena amat kaya dengan pengetahuan terkait kesehatan mental.
Jadi, bagi pembaca yang penasaran dengan kisah Veronika atau mungkin tertarik dengan bacaan yang mengangkat isu mengenai kesehatan mental tersebut, novel berjudul 'Veronika Memutuskan Mati' karya Paulo Coelho ini jangan sampai dilewatkan!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS