Kaka Boss, film terbaru dari Imajinari sudah tayang di bioskop. Film ini mengangkat cerita sederhana tentang kisah seorang pria yang ingin menjadi penyanyi agar tidak lagi dianggap sebagai preman, sehingga anak perempuannya bisa bangga padanya.
Tak disangka, film ini berhasil menggambarkan drama ayah-anak yang intens, serta menyoroti stereotip terhadap suku dan warna kulit tertentu di Indonesia. Namun, apakah film Kaka Boss sukses seperti film-film dari Imajinari sebelumnya?
Drama Hangat dan Komedi yang Fresh Ala Arie Kriting
Film drama komedi ini berhasil mengangkat pergolakan antara ayah dan anak dengan sentuhan yang tulus dan terasa sampai ke hati. Chemistry antara Kaka Boss yang diperankan oleh Godfred Orindeod dan anaknya, Angel, yang diperankan oleh Glory Hillary, membuat narasi sederhana dari film ini tersampaikan dengan baik.
Duet penyutradaraan Arie Kriting dan Kristo menghasilkan komedi yang terasa fresh, dengan punchline yang dijamin membuat satu studio bioskop tertawa. Meski harus diakui, komedinya tidak serapat bila dibandingkan dengan film Imajinari sebelumnya, yaitu Agak Laen. Namun, Kaka Boss mampu memberikan gelak tawa dan tak lupa dibumbui dengan kritik satir tentang stereotip suku dan warna kulit di Indonesia. Gaya penulisan dan penyutradaraan Arie Kriting yang sangat khas terlihat dari film ini.
Kualitas Pemeran dan Supporting Role
Akting para pemeran dalam film ini juga patut diperhitungkan. Godfred Orindeod sukses memerankan sosok Kaka Boss dengan wajah sangar namun berhati lembut. Apresiasi besar saya tujukan kepada Glory Hillary yang mampu memberikan warna tersendiri dalam film ini.
Duet Mamat Alkatiri dan Abdur Arsyad sebagai orang kepercayaan Kaka Boss juga patut mendapat pujian. Kaka Boss berhasil menjadi panggung bagi aktor dan aktris Indonesia dari Timur untuk menunjukkan kelasnya.
Penampilan Ernest Prakasa sebagai produser musik, serta geng Nowela, Teddy Adhitya, dan Ge Pamungkas di adegan studio musik menjadi supporting role yang apik dari segi komedi di film ini. Aurel Mayori dan Eca Japasal yang berperan sebagai teman Angel di sekolah juga sukses menggambarkan kisah lucu persahabatan di sekolah.
Film ini mampu memberikan warna tersendiri di industri film Indonesia saat ini. Meski harus diakui, di beberapa bagian film ini masih ada dialog yang terasa dipaksakan dan tidak natural. Termasuk komedi yang terasa cukup berat untuk diangkat di babak awal film ini.
Namun, setelah punchline demi punchline, akhirnya pecah juga gelak tawa dalam satu studio. Soundtrack dari lagu Glenn Fredly juga berhasil menghangatkan hati dalam beberapa adegan. Film ini bisa diterima dan ditonton oleh berbagai kalangan termasuk oleh pencinta film drama komedi.
Pada akhirnya, menurut saya, film ini berhasil memberikan ruang pembuktian bahwa film Indonesia tidak hanya melulu soal budaya Jawa dan Batak saja. Narasi yang ringan namun sukses mengangkat kearifan budaya Timur Indonesia berkat penyutradaraan dan kualitas pemeran dalam film ini. Menarik untuk ditunggu film-film lain dari Imajinari Mengutip kata Kaka Boss dan Alan si produser musik, film ini amazing!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.