Ulasan Novel Saman: antara Feminisme, Seksualitas, hingga Gejolak Politik

Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Ulasan Novel Saman: antara Feminisme, Seksualitas, hingga Gejolak Politik
Sampul Novel Saman (Goodreads)

Ada 4 orang perempuan dengan latar belakang berbeda-beda, namun menjalin persahabatan sejak kecil. Yakni Laila yang dari dulu begitu naif dan polos, Yasmin yang ambis-nya tidak ketulungan, Cok yang binal dan sedikit nakal, serta Shakuntala si pemberontak yang tak pernah mau taat aturan.

Satu-satunya persamaan yang terjadi pada keempat sekawan tersebut adalah bagaimana mereka sama-sama terjebak dalam toxic relationship.

Laila yang jatuh cinta dengan pria beristri, Yasmin yang telah menikah tapi memilih untuk berselingkuh, lalu Cok yang terjebak dalam pergaulan bebas, dan Shakuntala yang tidak mempercayai pria mana pun.

Adapun Saman alias Wisanggeni, sebagaimana judul dalam novel ini adalah nama tokoh utama pria yang sama-sama disukai Laila dan Yasmin.

Terjebak dalam konflik dan pertikaian antara perusahaan, masyarakat, dan kepentingan politik di perkebunan Prabumulih, mengantarkan Saman menjadi korban sekaligus buronan penguasa kala itu.

Dengan mengangkat latar akhir masa Orde Baru serta gemerlap kota New York, jalinan konflik membawa tokoh-tokoh dalam novel ini dalam perjalanan moral hingga spiritual yang layak untuk dijadikan pembelajaran.

Isu mengenai feminisme, seksualitas, agama, hingga gejolak politik yang dikolaborasikan dalam satu bingkai cerita juga menjadi daya tarik tersendiri dalam novel ini.

Sebab, berbagai pembahasan sensitif di atas sering kali menimbulkan reaksi berlebihan di kalangan masyarakat sehingga tak mudah untuk meramunya menjadi sebuah narasi yang mudah diterima.

Maka dari itu, merupakan hal yang sangat cerdas ketika Ayu Utami mampu mengemas isu-isu sensitif di atas menjadi sebuah novel. Menariknya, novel ini tidak hanya diterima, tapi juga pernah memenangkan sayembara roman yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahun 1998.

Jujur saja, bagi saya novel ini termasuk bacaan yang membutuhkan waktu yang panjang agar bisa selesai. Bukan karena membosankan, tapi sebaliknya. Ada banyak hal dari novel ini yang menarik dan begitu sayang jika dilewatkan.

Mulai dari tema yang diangkat, konflik yang terjalin, kritik sosial, hingga gaya bahasa penulis yang begitu sering menggunakan metafora dan kalimat-kalimat yang puitis.

Hanya saja, karena ada banyak pembahasan mengenai seksualitas yang dilontarkan penulis secara berani dan terang-terangan, maka novel ini sebaiknya tidak dibaca oleh mereka yang di bawah umur.

Namun terlepas dari hal tersebut, novel berjudul 'Saman' karya Ayu Utami ini sangat layak untuk dibaca khususnya bagi para pencinta sastra dan penyuka novel dengan genre fiksi sejarah!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak