Buku ‘Merawat Bahagia’ (sebuah rampai renungan untuk menemukan kembali apa yang paling penting di tengah ruwetnya hidup) karya Adjie Santosoputro ini menarik dibaca, karena bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua. Renungan agar kita berusaha menjalani hidup dengan lebih bijak dan memandang setiap persoalan dari beragam sudut pandang.
Orang yang mudah marah dan tersulut emosi ketika berhadapan dengan persoalan, biasanya karena dia hanya memandang persoalan dari satu sudut pandang saja. Selain itu, dia hanya mengikuti pendapat atau egonya saja dan enggan mendengar pendapat dari orang lain.
Memandang setiap persoalan dari berbagai sudut pandang, selain membuat kita lebih bijaksana dalam bersikap, juga akan memunculkan hal-hal positif seperti empati atau kepedulian, memupuk kesabaran, dan meningkatkan rasa syukur.
Perihal rasa syukur, saya yakin di antara kita sudah banyak yang tahu, bahwa syukur adalah salah satu kunci ketenangan dalam hidup. Orang yang banyak bersyukur hidupnya akan lebih tenteram dan bahagia.
Bersyukur itu harus dilatih. Terutama bagi mereka yang belum terbiasa melakukannya. Dalam buku ini, penulis mengajak kita untuk melatih otot syukur. Jadi, setiap kali kita bangun di pagi hari, luangkan waktu dalam rangka merenungkan sesuatu yang sederhana saja, namun berhasil menghadirkan rasa syukur.
Tak perlu yang mewah ataupun yang jauh. Cukup renungkan apa yang ada dalam diri sendiri, seperti mudahnya kita bernapas, lancarnya kita mengedipkan mata, tak susahnya kita dalam menggelengkan kepala, kesempatan untuk berjalan, kemampuan menggerakkan tangan, dan lain sebagainya.
Kalau pun teringat sebuah kegagalan yang dialami, jangan sungkan untuk menanyakan kepada diri sendiri, “Apa yang bisa disyukuri dari kegagalan itu?” Bila kemudian ada bagian dalam diri yang tak bisa berfungsi secara normal, tanyakan juga kepada diri, “Apa yang bisa disyukuri dari ketidaksempurnaan ini?” (Merawat Bahagia, hlm. 11-12).
Salah satu penyakit atau kebiasaan buruk manusia adalah ‘mager’ atau malas bergerak. Biasanya, orang yang sedang ‘mager’, yang diinginkan hanyalah bermalas-malasan, rebahan sambil mendengar musik, menonton televisi, atau bermain ponsel. Mager adalah ciri dari kemalasan yang harus kita berantas dalam diri kita.
Pada saat seseorang terus-menerus malas bergerak, tanpa disadari ia sebenarnya sedang melatih dirinya untuk menjauhi dari bahagia. Sesibuk apa pun kegiatan yang memaksa diri untuk duduk diam bekerja, luangkanlah waktu dan ajak diri untuk aktif bergerak. Ketika aktif bergerak, tubuh akan mulai merasa sehat dan bugar. Aktif bergerak juga memunculkan perasaan bahwa hidup ini begitu indah apa adanya (Merawat Bahagia, hlm. 144-145).
Nah, bagi Anda yang sedang membutuhkan buku bacaan yang inspiratif, buku terbitan Metagraf (Solo) ini bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan yang akan memotivasi Anda menjadi pribadi yang lebih baik dan bahagia.
BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE