Ulasan Buku Titip Rindu Buat Ibu: Kisah Ibu dan Anak yang Terjerat Adat

Hikmawan Firdaus | Fathorrozi 🖊️
Ulasan Buku Titip Rindu Buat Ibu: Kisah Ibu dan Anak yang Terjerat Adat
Buku Titip Rindu Buat Ibu (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

"Ibu itu ibarat bunga yang meskipun berbeda bentuk dan jenisnya, beraneka warna dan wanginya, namun mereka memiliki satu kesamaan. Setiap ibu pasti menyayangi anaknya." (Halaman 7).

Inilah kesan yang muncul begitu kuat dalam novel pertama Novia Syahidah, Titip Rindu Buat Ibu. Tidak mudah menjadi seorang anak dari ibu yang tidak bersuku Minang dan terpisah jarak sepuluh tahun lamanya. Sama sulitnya dengan menjadi seorang ibu yang terpaksa harus meninggalkan anak kandungnya. Adat tempat dia tinggal, tidak pernah mengakui status dirinya sebagai perempuan Minang, mengikuti garis kesukuan suaminya.

Melalui pergulatan menentang aturan adat dan kesukuan yang kaku, Novia Syahidah berhasil memotret geliat tokoh Faisal dan Aminah yang terlunta-lunta akibat sistem adat yang dibuat kaku dan disalahgunakan oleh para pemangku adat.

Novel remaja islami Titip Rindu Buat Ibu ini adalah karya yang mengangkat kisah hubungan anak dan ibu yang penuh makna, kasih sayang, dan pengorbanan. Mengisahkan tentang perjalanan seorang anak bernama Faisal yang menjalani proses pendewasaan di bawah naungan cinta ibunya yang tulus. Dalam setiap langkahnya, ia merasakan betapa berharganya figur seorang ibu, yang bukan hanya memberikan kasih sayang tetapi juga menjadi tempatnya berlabuh saat dihadapkan pada tantangan hidup.

Tema utama novel ini adalah cinta dan kerinduan kepada ibu, serta kekuatan yang timbul dari hubungan antara anak dan orang tua. Latar belakang penulis yang juga lahir di tanah Minang ini menjadikan novel Titip Rindu Buat Ibu begitu memikat dan bergizi.

Ada catatan sejarah tentang gerakan Paderi dan sejarah Islam masuk ke wilayah Sumatera, serta gerakan Wahabisme yang tersebar melalui alumnus santri Minang yang belajar di Makkah, Muhammad Jamil Jambek. Lalu, kisah duka nagari batuah tanah kelahiran yang disebut Novia Syahidah, tercabik-cabik oleh gerakan PKI.

Novia Syahidah menyampaikan ceritanya dengan bahasa yang indah dan penuh emosi, mampu menggugah perasaan pembaca. Namun, terdapat istilah-istilah Melayu yang digunakan oleh penulis, seperti Pak Cik, Mak Cik, Uwak, Datuak, Sutan, Angku, Tuangku, Buya, Mamak, Tungganai, Inyiak, Niniak, Amai, Abak, Ajo, Uwan, Urang Sumando, Etek, dan lain sebagainya.

Di dalam novel ini, juga ada beberapa nama tempat yang berbeda pengucapannya. Misalnya, Sala adalah nama lain untuk Sulawesi. Bangkahulu untuk Bengkulu. Rum untuk Turki. Pasai untuk Aceh. Sementara Luhak Lima Puluh Kota adalah nama lain untuk wilayah Payakumbuh dan sekitarnya. Luhak Agam untuk wilayah Bukittinggi dan sekitarnya. Luhak Tanah Datar untuk wilayah Pariaman dan sekitarnya. Dan istilah Luhak sendiri sekarang lebih dikenal dengan nama kabupaten.

Pendek kata, Titip Rindu Buat Ibu adalah novel yang penuh dengan pesan kehidupan dan sentuhan emosional, yang layak dibaca oleh siapa saja. Dengan gaya bahasa yang menyentuh dan alur cerita yang mendalam, buku ini menawarkan perspektif tentang hubungan keluarga yang abadi. Cocok bagi pembaca yang mencari kisah inspiratif tentang keluarga, cinta, dan makna hidup. Selamat membaca!

Identitas Buku

Judul: Titip Rindu Buat Ibu

Penulis: Novia Syahidah

Penerbit: DAR! Mizan

Cetakan: I, Maret 2003

Tebal: 216 Halaman

ISBN: 979-3391-08-1

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak