Ulasan Novel Belok Kiri Langsing: Hijrah, Body Shaming, dan Timbangan

Sekar Anindyah Lamase | Akramunnisa Amir
Ulasan Novel Belok Kiri Langsing: Hijrah, Body Shaming, dan Timbangan
Sampul Novel Belok Kiri Langsing (Goodreads)

Memiliki bobot tubuh yang mendekati angka 100 kg barangkali menjadi mimpi buruk bagi sebagian besar perempuan yang mendambakan postur badan yang ideal.

Selain karena sering jadi korban body shaming, kelebihan berat badan juga bisa menyulitkan pada berbagai aspek. Salah satunya dalam persoalan mencari jodoh.

Hal itulah yang dialami oleh tokoh utama dalam novel berjudul 'Belok Kiri Langsing' karya Archi TM. Gendis Utami, atau yang namanya kerap disingkat dengan sebutan Gendut oleh teman-teman kantornya merasa nelangsa karena diputuskan oleh Herman, pacarnya.

Jalinan asmara yang telah mereka bina selama 5 tahun harus kandas di tengah jalan karena Herman menginginkan calon istri yang langsing.

Bukan semata karena Herman hanya menilai fisik. Tapi setelah berpikir panjang, Herman mengkhawatirkan masa depan rumah tangganya kelak jika harus bersama dengan perempuan obesitas yang tidak mampu menjaga kesehatannya sendiri.

Awalnya, Gendis memang sakit hati saat mendengarkan penuturan Herman. Apalagi saat ia mengetahui bahwa ia ditikung oleh sahabatnya sendiri yang sebentar lagi akan menjadi istri dari Herman.

Namun, setelah pertemuannya dengan Dimas yang merupakan seorang pria tampan yang berhasil menurunkan berat badan, Gendis perlahan bangkit dan mulai menemukan alasan yang tepat untuk move on dan memperbaiki diri. Ia bertekad untuk diet dan memulai pola hidup sehat.

Tidak hanya menjadi mentor untuk diet, ternyata kehadiran Dimas yang agamis membuat Gendis juga termotivasi untuk berhijrah.

Ia belajar untuk memakai kerudung dan memperdalam ilmu agama. Di ending cerita, Dimas melamar Gendis dan mereka pun menikah.

Sebenarnya, ending cerita ini mudah ditebak. Tapi yang membuat ceritanya menarik adalah semua proses yang dilalui oleh Gendis untuk bisa move on dari masa lalunya.

Tips seputar diet ala Dimas juga menjadi bagian yang menurutku cukup menarik. Selain menyajikan cerita dengan selipan humor yang menggelitik, tahapan-tahapan diet yang dilakukan oleh Gendis bisa menjadi wawasan baru tentang bagaimana menerapkan pola diet yang sehat dan tidak menyiksa.

Aku juga suka dengan sisipan halal-romance yang terjalin antara Gendis dan Dimas. Mengingat novel ini bergenre metropop, sisipan dakwah dalam kehidupan urban yang dijalani tokoh-tokohnya terasa pas dan tidak menggurui.

Meski pada beberapa bagian, seperti alasan Dimas yang merupakan CEO, agamis, dan tampan rupawan tapi ingin menikahi Gendis yang punya banyak kekurangan rasanya masih too good to be true.

Aku merasa tokoh Dimas ini terasa kurang realistis. Sebenarnya amat berharap jika penulis mengeksplorasi latar belakang Dimas dan alasan-alasan di balik keputusannya yang kadang tidak masuk akal.

Tapi hingga halaman terakhir, tidak ada penjelasan tentang hal tersebut. Ujug-ujug si Dimas memilih Gendis dan treat her like a princess dalam prosesi lamaran dan nikahan mendadak yang sulit dipercaya.

Namun, terlepas dari hal tersebut, novel ini tetap menarik. Secara keseluruhan, aku cukup menikmati ide cerita, alur yang berjalan, hingga pesan moralnya.

Jadi, bagi kamu yang ingin membaca novel metropop dengan selipan dakwah tipis-tipis, Belok Kiri Langsing adalah salah satu rekomendasi novel yang cukup menarik untuk disimak!

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak