Percaya nggak percaya, poligami selalu jadi topik yang hangat diperbincangkan, baik dalam kehidupan nyata maupun dalam dunia perfilman. Isu ini kerap diangkat dengan berbagai sudut pandang, mulai dari perspektif suami yang ingin menikah lagi, istri pertama yang harus menghadapi kenyataan pahit, hingga konflik internal dalam keluarga.
Namun, Film Pintu-Pintu Surga buatan Adis Kayl Yurahmah, justru menyajikan dilema ini dari sudut pandang yang jarang dibahas—calon istri kedua yang harus memilih antara cinta dan prinsip hidupnya. Uuuh, pusing deh!
Sinopsis Film Pintu-Pintu Surga
Dalam film produksi Dakaramira Studio ini, Susan Sameh memerankan Latifah, sosok ibu tunggal yang harus bertahan setelah suaminya meninggal. Dia nggak hanya mengasuh anaknya yang mengidap ADHD, tapi juga mengelola yayasan pendidikan peninggalan suaminya. Di tengah perjuangan itu, takdir membawanya kembali bertemu dengan Arman (Arya Saloka), mantan kekasihnya yang kini telah berkeluarga dengan Widya (Agla Artalidia).
Arman, yang masih menyimpan perasaan untuk Latifah, tiba-tiba melamarnya. Namun, tawaran itu bukanlah sebuah janji bahagia tanpa konsekuensi. Jika Latifah menerimanya, dia harus siap jadi istri kedua—keputusan yang tentu nggak mudah. Di sinilah Film Pintu-Pintu Surga menghadirkan konflik yang mengaduk emosi: Apakah cinta sejati harus diperjuangkan meski harus berbagi, atau justru keikhlasan adalah jalan terbaik? Hmmm … agak klise deh!
Poligami: Antara Religiusitas dan Realitas
Isu poligami dalam film ini nggak ditampilkan sebagai sesuatu yang hitam atau putih, melainkan sebagai realitas kompleks yang dihadapi para karakter.
Dalam beberapa film atau sinetron, poligami seringnya ditampilkan sebagai solusi "mudah" bagi laki-laki atau sebagai penderitaan bagi perempuan. Namun, ‘Pintu-Pintu Surga’ mencoba menggali lebih dalam—apakah keputusan untuk jadi istri kedua selalu soal keikhlasan, atau justru ada aspek lain seperti kebutuhan emosional, ekonomi, atau bahkan tekanan sosial?
Latifah bukanlah perempuan yang naif. Sebagai ibu tunggal yang sudah cukup lama mandiri, keputusan itu bukan hanya tentang dirinya, tapi juga anaknya. Apakah jadi istri kedua akan memberikan kestabilan bagi kehidupannya, atau justru membawa komplikasi baru?
Konflik Masih Bisa Relate dengan Banyak Penonton Kok
Konflik dalam ‘Pintu-Pintu Surga’ terasa dekat dengan kehidupan nyata, biarpun klise. Banyak perempuan yang mungkin pernah menghadapi dilema serupa—entah dalam konteks poligami, atau ketika harus memilih antara cinta dan harga diri. Nggak sedikit juga yang mungkin pernah mengalami situasi di mana mantan kekasih kembali muncul dalam hidup mereka, lalu membawa harapan baru yang justru sebenarnya itu ujiannya.
Di sini, Arya Saloka sebagai Arman, memerankan karakter pria yang terjebak dalam dua dunia: komitmen yang sudah dijalani dan perasaan yang nggak bisa dia abaikan. Sementara Agla Artalidia sebagai Widya, istri sah Arman, tentu juga bukan sekadar karakter figuran. Bagaimana seorang perempuan menghadapi kemungkinan berbagi suami? Apakah Widya akan memperjuangkan rumah tangganya atau justru mengikhlaskan?
Beruntungnya, film ini nggak terasa menghakimi, malah ngajak penonton untuk melihat berbagai sudut pandang.
Jadi, apakah poligami dalam Film Pintu-Pintu Surga adalah sebuah bentuk cinta yang tulus, atau justru keputusan yang penuh konsekuensi? Itu kembali pada perspektif masing-masing penonton.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.