Buku berjudul Berguru pada Saru (Refleksi Spiritual Lewat Kisah) ini menarik dibaca. Berisi sekumpulan kisah ringkas yang sarat dengan hikmah dan renungan kehidupan. Kisah-kisah pendek yang disusun oleh Hamdan Hamedan ini dirangkai dari beragam sumber.
Sebagaimana diungkap oleh Imam Shamsi Ali dalam endorsementnya, bahwa buku yang ditulis oleh Hamdan Hamedan ini merupakan kumpulan hikmah dari berbagai sumber. Hikmah-hikmah ini harus diambil, dipelajari dan dihayati serta diyakini bahwa “Al-Haqq itu dari Tuhanmu, maka janganlah kamu ragu” (Al-Qur’an).
Salah satu kisah menarik yang dapat disimak dalam buku terbitan Elex Media Komputindo ini berjudul ‘Berguru pada Saru’. Dikisahkan ada sebuah pohon Saru berdiri tegap di tepi tebing terjal. Di belakangnya berdiri pohon-pohon Saru yang lain. Di depannya membentang samudra luas. Akarnya erat mencengkeram tebing, sementara batangnya tinggi menjulang. Angin kencang bukan tantangan, terjangan ombak bukan hambatan, kikisan waktu bukan rintangan. Selama 250 tahun ia telah hidup, 250 tahun ia tetap tumbuh.
Dari pohon Saru tersebut kita bisa mengambil pelajaran berharga. Pohon itu terus tumbuh meski di atas tebing yang rapuh. Selama kita masih hidup, maka kita tidak boleh menyerah atau putus asa. Kita harus terus menebar kebaikan, sampai ajal datang menjemput.
Apa gunanya menjalani hidup bila tak digunakan untuk beribadah dan memperbanyak amal kebaikan? Apa gunanya hidup kalau tak tumbuh? Tatkala kita memutuskan untuk tidak lagi tumbuh, itulah kematian sejati (hlm. 2).
Selain kisah tentang pohon Saru, dalam buku ini kita juga bisa menyimak kisah berjudul ‘Jenazah Yahudi’ yang juga sangat menarik dan penting direnungi pesan yang tersirat di dalamnya. Dikisahkan ketika Nabi Muhammad Saw. sedang duduk bersama para sahabatnya, lewatlah iring-iringan jenazah.
Ketika sang nabi berdiri untuk menghormati jenazah tersebut, salah seorang sahabat beliau memberitahukan bahwa jenazah itu adalah seorang Yahudi yang tidak mengimani kenabiannya. Namun jawaban nabi sungguh sangat bijak, “Bukankah ia juga seorang manusia?”
Dari kisah tersebut kita bisa mengambil hikmah agar berusaha menghormati sesama. Meskipun dia berbeda keyakinan (agama) dengan kita, kita tetap harus menghormatinya. Karena kita sama-sama manusia, makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki hak hidup di dunia ini. Perbedaan, apa pun bentuknya, bukanlah penghalang untuk menghormati orang lain (hlm. 13).
Kisah-kisah menarik lain tentunya masih banyak dan bisa disimak langsung dalam buku ini. Selamat membaca dan menemukan hikmah atau pesan-pesan berharga di dalamnya.