Kawruh Pepak Basa Jawa: Buku Sakti Mandraguna Sebelum Internet Merajalela

Ayu Nabila | Tika Maya Sari
Kawruh Pepak Basa Jawa: Buku Sakti Mandraguna Sebelum Internet Merajalela
Buku Pepak Basa Jawa (Doc. Pribadi/tika maya)

Bagi kalangan Gen X, Gen Milenial, hingga Gen Z yang mewarisi trah Jawa, sepertinya cukup familiar dengan buku sakti mandraguna dengan sebutan Pepak Basa Jawa.

Secara harfiah, pepak sendiri berarti lengkap. Hal ini mengacu pada kelengkapan materi kebahasaan disertai dengan berbagai tembung atau kata, hingga contoh-contoh kesusastraan yang masih bisa ditemui hingga sekarang.

Pepak Basa Jawa yang saya miliki merupakan cetakan tahun 1999 sih. Walau pastinya ada beberapa pendahulunya di tahun sebelum itu, dan ada kembarannya yakni Sapala Basa Jawa.

Untuk buku Pepak Basa Jawa sendiri memiliki sampul yang khas, yakni didominasi warna merah agak oren, dengan gambar dekorasi pernikahan adat Jawa. Untuk nama penulis maupun penerbitnya macam-macam ya. Punya saya adalah terbitan dari Apollo Lestari sih.

Lalu, apa istimewanya buku ini sampai dibilang sakti mandraguna?

Telah lama eksis

Buku ini telah lama eksis di kalangan masyarakat Jawa sebagai sarana belajar di sekolah. Manifestasinya hadir sebelum internet merajalela seperti sekarang.

Bila kini tinggal mengetik kata kunci di mesin pencarian internet, maka dulu kami harus membuka buku ini untuk menemukan istilah yang dimaksud.

Sedangkan bagi saya, buku ini sakti karena masih eksis fasadnya meski sebagian besar bisa ditemukan versi digitalnya.

Menyajikan Bahasa Jawa Lama

Meski Bahasa Jawa masih digunakan hingga sekarang, sayangnya kini telah mengalami pergeseran bahasa. Hal itu tentu disebabkan oleh arus globalisasi, dan kondisi lingkungan dan dialek yang berbeda. Oleh karena itulah, ada banyak istilah hingga frasa lama yang terlupakan di dunia nyata, tapi masih diukir di dalam buku ini. Contohnya adalah frasa gugur gunung.

Namun, buku ini memang memuat Bahasa Jawa Jawa Tengahan dan sebagian Jawa Timuran ya. Jadi nggak sepenuhnya memuat dialek lokal seperti dialek Surabaya, atau dialek Osing, atau dialek lainnya.

Kesusastraannya lengkap

Pepak Basa Jawa juga menyuguhkan kekayaan Bahasa Jawa yang lengkap. Baik dari kata ganti yang begitu beragam, tingkatan linguistik Basa Ngoko, Krama Madya, hingga Krama Inggil, maupun slang keseharian juga.

Nggak hanya itu, buku ini juga memuat berbagai peribahasa Jawa, 11 tembang Macapat yang bisa diotak-atik isinya asalkan aturannya dipenuhi, sebutan untuk orang-orang tertentu, sampai pengenalan materi pewayangan juga lho.

Lalu gongnya apa? Tentu saja penyajian Aksara Jawa!

Ketika masih sekolah dulu, dengan membawa Pepak Basa Jawa saat mapel muatan lokal Bahasa Daerah, rasanya begitu pede. Bak memegang pusaka sakti sebelum join perang ibaratnya.

Kemudian, terkadang saya juga meminjamkan 'pusaka sakti' ini kepada kawan lain, bahkan kini saya wariskan kepada adik-adik saya, haha!

Meskipun digoncang oleh kemajuan zaman dan merebaknya dunia modern yang penuh teknologi, buku ini kerap membawa saya ‘pulang’.

Bukan hanya sebagai pengingat trah yang saya warisi, melainkan bahasa-bahasa lama yang tidak saya dengar lagi. Sehingga, kerinduan itu setidaknya sedikit terobati. 

BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak