Film “Jumbo” merupakan salah satu animasi buatan Indonesia yang tayang di layar lebar sejak 31 Maret 2025. Diproduksi oleh Visinema Studios dan tayang pertama kali pada momen libur Idulfitri, film ini berhasil mencuri perhatian masyarakat dari berbagai kalangan usia. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun tertarik menonton kisah Don dan kawan-kawannya.
Hingga beberapa minggu setelah penayangan pertama di bioskop, film “Jumbo” masih menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Meskipun berupa film animasi, “Jumbo” berhasil membuat banyak orang dewasa terkesan setelah menonton. Tidak hanya alur cerita dan visual yang membuat mereka terkesan, pesan yang disampaikan oleh film ini juga dapat mereka bawa ke kehidupan sehari-hari.
Di samping menariknya film ini, ada satu hal yang juga menjadi sorotan banyak penonton. Tidak lain dan tidak bukan adalah lagu yang dipilih untuk menjadi soundtrack film ini. Lagu “Selalu Ada di Nadimu” juga ikut viral di media sosial. Bahkan, tidak sedikit pengguna media sosial yang mengunggah video mereka menyanyikan lagu ini.
Bagaimana tidak, lagu yang dibawakan oleh Bunga Citra Lestari ini berhasil mengingatkan para penonton pada bagasi besar yang berisikan memori mereka. Memori akan keberadaan anak kecil yang selalu tinggal di dalam diri mereka -yang mungkin sudah lama sekali tidak disentuh karena hidup menuntut kita untuk terus berjalan dengan cepat.
Lagu “Selalu Ada di Nadimu” mewakili pesan-pesan yang ingin disampaikan orang tua kepada anaknya jika suatu hari mereka sudah tidak bisa membersamai anaknya yang beranjak dewasa. Melalui lagu ini, siapapun yang mendengarkan seperti diberi pengingat bahwa cinta orang tua kepada anaknya akan selalu hidup meskipun anak tersebut telah beranjak dewasa.
Menariknya, lagu ini mengundang reaksi emosional yang cukup besar, baik dari para pendengar yang menonton langsung film “Jumbo” maupun yang sekadar mendengarkan lagu ini. Sebagian besar dari mereka merasa seperti mendapat pelukan hangat melalui barisan lirik dalam lagu ini.
Bagaimana tidak, hidup terasa bergerak sangat cepat seiring kita beranjak dewasa. Kita terjebak dengan berbagai rutinitas dan tuntutan yang membuat kita harus terus berlari tanpa peduli apapun yang terjadi. Akibatnya, tidak jarang kita lupa akan cara kita memandang dunia di masa kecil, saat semuanya tampak sederhana dan menyenangkan.
Tidak hanya itu, ketika beranjak dewasa pun kita dihadapkan pada banyak masalah. Namun, lagi-lagi hidup secara tidak langsung meminta kita terus berjalan dan mengabaikan apa yang kita pikirkan dan rasakan. Kita pun menjadi sangat keras pada diri sendiri. Sering juga kita lupa bahwa ada bagian dalam diri kita yang minta dipeluk atau mungkin hanya ingin sekadar didengarkan.
Melalui barisan lirik lagu ini, kita kembali diingatkan untuk berhenti sejenak ketika lelah. Kita juga diingatkan bahwa tidak ada yang salah dengan merasa sedih, lelah, atau bahkan merasa sendirian. Namun, di sini juga terdapat sebuah pengingat bahwa semua yang dilalui tidak akan pernah sia-sia, meskipun kita mungkin butuh waktu untuk memahaminya.
Lagu ini bukan sekadar pesan ungkapan cinta dan harapan orang tua kepada anaknya, melainkan juga sebuah pelukan hangat di dunia yang keras. Sama seperti waktu kecil, kita di usia dewasa pun masih berhak berhenti sejenak untuk memberi ruang pada pahit sebelum akhirnya bisa memaafkan semua yang terjadi dan kembali melangkah ke depan.