Saat menghadapi sebuah ujian dalam kehidupan, terkadang hal yang membuat seseorang kewalahan ternyata tidak selamanya karena ujian yang dinilai berat. Tapi justru saat sedang berada dalam posisi tidak siap untuk menghadapinya.
Hal itulah yang dihadapi oleh seorang gadis bernama Savanna. Dengan terpaksa, ia harus mengambil cuti kuliah demi mengambil pekerjaan part-time hanya untuk menyambung hidup.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bagi Savanna bahwa ia akan menjalani kehidupan yang amat berat pasca ditinggalkan oleh mendiang ayahnya.
Demikianlah yang diceritakan dalam novel berjudul 'Savanna dan Samudera'. Novel ini adalah salah satu novel bergenre young adult yang ditulis oleh Ken Terate.
Sebelumnya, Ken Terate merupakan penulis yang telah menerbitkan berbagai novel untuk segmen remaja.
Adapun pada novel kali ini, Savanna dan Samudera merupakan novel yang mengangkat cerita tentang kehidupan seorang mahasiswa bernama Savanna yang harus bekerja sebagai pramusaji di sebuah kafe.
Di sana, ia bertemu dengan Samudra, seorang pemuda yang nantinya akan memberi warna baru bagi kehidupan Savanna.
Menjalani kehidupan dengan keharusan untuk bekerja keras setelah sebelumnya hidup dalam keluarga old money memang tidak mudah bagi Savanna.
Apalagi ketika ia kerap mendapati Atika, ibunya sendiri yang seolah berlepas tangan dengan kondisi keluarga mereka. Atika hanya bermalas-malasan di rumah dan bertingkah selayaknya remaja labil yang pacaran dengan beberapa lelaki di luar sana.
Awalnya saya cukup terbawa suasana dengan karakterisasi tiap tokoh. Gambaran sosok Atika yang menyebalkan cukup bikin greget karena Ken Terate berhasil mengangkat sebuah fenomena yang cukup relate dengan kehidupan banyak rumah tangga.
Dalam hal ini, Atika adalah sebuah perwujudan dari seorang ibu yang merasa tidak berdaya tanpa adanya sosok suami di sampingnya. Hal inilah yang membuat dia merasa harus mencari sosok pengganti mending suaminya yang telah pergi.
Tapi di sisi lain, saya cukup terkejut bahwa ternyata kondisi menyebalkan dari Atika ini sebenarnya tidak lepas dari latar belakang masa lalunya yang membuat ia terbentuk menjadi sosok yang seperti itu. Bimo, mendiang suaminya adalah tipe laki-laki yang suka mengekang, egois, dan merasa harus selalu mendominasi.
Bertahun-tahun Atika harus hidup seolah berada di dalam sangkar yang tidak punya kebebasan.
Ia terkungkung dalam keterbatasan dan tidak punya hak untuk menikmati kehidupan yang dia inginkan saat bersama Bimo.
Justru saat ia benar-benar terlepas dari jerat suaminya itu, Ia tidak tahu cara untuk membebaskan diri. Ibarat burung yang tidak pernah belajar untuk terbang karena telah terbiasa dikurung dalam sangkarnya.
Secara umum, konflik keluarga di atas dikemas cukup matang. Saya suka dengan cara penulis mengangkat hal-hal yang relatable dengan fenomena yang kerap terjadi dalam masyarakat.
Mulai dari persoalan salah memilih pasangan, toxic relationship, hingga proses pendewasaan. Selain itu, kisah romansa yang terjalin antara tokoh utama Savanna dan Samudra ini cukup manis dan tidak cringe.
Hanya saja, ada beberapa hal yang membuat ending dari cerita ini terkesan terburu-buru. Di akhir, tiba-tiba saja sosok Atika digambarkan menjadi pribadi sangat bijak saat menasihati Savanna. Padahal sebelumnya ia digambarkan sebagai karakter yang menyebalkan.
Meskipun mungkin penulis ingin membawa kesan bahwa problematika hidup yang menimpa Atika membuatnya berhasil punya cara pandang yang berbeda, namun perkembangan karakternya terkesan dipaksakan.
Namun, terlepas dari hal tersebut, novel ini sangat menarik secara keseluruhan. Bagi kamu yang ingin membaca novel young adult dengan tema tentang keluarga, Savanna dan Samudera bisa menjadi rekomendasi bacaan selanjutnya!