Review Film Queens of Drama: Antara Cinta dan Persaingan Pop-Punk

Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Review Film Queens of Drama: Antara Cinta dan Persaingan Pop-Punk
Poster Film Queens of Drama (IMDb)

Pernahkah Sobat Yoursay membayangkan ada film yang menggabungkan musik pop-punk dengan kisah cinta dan persaingan yang penuh emosi? Itulah Film Queens of Drama (Les Reines di Drame) buatan Sutradara Alexis Langlois, yang juga menulis skenario bersama Carlotta Coco serta Thomas Colineau, dan diproduksi sama Les Films du Poisson (Prancis) dan Wrong Men (Belgia).

Nggak cuma soal musik, film ini juga menggali sisi gelap dari industri musik dan kisah hubungan antara dua perempuan yang penuh gejolak, dengan latar belakang dunia pop dan punk yang sama sekali berbeda.

‘Queens of Drama’ perdana tayang di Festival Film Cannes 2024, yang dibintangi Louiza Aura sebagai Mimi Madamour, sosok bintang pop yang luar biasa, dan Gio Ventura sebagai Billie Kohler, si musisi punk yang nggak takut melawan arus. Selain kedua bintang utama tersebut, ada pula Bilal Hassani sebagai Steevyshady, si vlogger yang menjadi narator film ini. 

Apa yang membuat film ini menarik? Itu karena film ini mengajak penonton memasuki dunia penuh warna, ketegangan, dan persaingan antara dua perempuan yang memiliki impian dan identitas yang sangat berbeda. Terus kisahnya tentang apa? Sini kepoin lebih lanjut!

Sekilas tentang Film Queens of Drama

Sobat Yoursay pastinya terkejut saat tahu kalau Film Queens of Drama dibuka dengan setting tahun 2055, meski sebenarnya film ini rilis tahun 2024, dengan Steevyshady, si vlogger histrionik yang mengaku penggemar terbesar Mimi, dan menceritakan kisah dan karir sang idola.

Steevyshady sebenarnya narator yang nggak dapat dipercaya, yang membuka diskusi tentang sejauh mana kita bisa mempercayai cerita yang datang dari dunia selebriti. 

Apakah kisah yang diceritakan benar-benar terjadi, atau hanya interpretasi Steevyshady yang penuh dengan harapan dan fantasi? Asli, bikin kepo deh!

Film ini kemudian mundur ke tahun 2005, saat Mimi dan Billie pertama kali bertemu dalam sebuah kompetisi menyanyi. Mereka berasal dari dunia yang sangat berbeda: Mimi tuh penyanyi pop yang cenderung pasif dan mudah dimanipulasi sama dunia industri, sementara Billie tuh musisi punk yang percaya pada kekuatan musik dalam mengguncang hiburan di dunia. 

Walaupun mereka berbeda, ada daya tarik yang kuat di antara keduanya, yang membuat mereka saling tertarik dan kemudian terjebak dalam sebuah hubungan yang penuh konflik.

Karir Mimi yang melesat membuatnya terpaksa menyembunyikan identitas seksualitasnya, yang akhirnya menyebabkan keretakan dengan Billie. Mimi yang awalnya polos, berubah jadi sosok yang lebih tergantung pada keputusan para eksekutif musik dan juri kompetisi. 

Dalam perjalanan karirnya, Mimi akhirnya meraih ketenaran internasional dengan lagu-lagu hitsnya, tapi harga yang harus dibayar adalah hilangnya kepercayaan dirinya dan identitas seksualnya. Ught!

Impresi Selepas Nonton Film Queens of Drama

Apa yang membuat Film Queens of Drama begitu menarik? Bagiku, terkait cara sang sutradara menggambarkan hubungan yang penuh gejolak antara Mimi dan Billie. 

Aku tuh merasa kisah mereka nggak hanya tentang cinta, tapi juga tentang pencarian identitas di tengah dunia yang penuh manipulasi dan tekanan. Setiap kali mereka berhadapan, baik sebagai teman, musuh, kekasih (ups), maupun rival, keduanya selalu berkomunikasi melalui musik. Dan itulah cara yang sangat kuat menggambarkan konflik dan perasaan mereka.

Dalam film ini, lagu-lagu yang diciptakan jadi medium utama untuk mengekspresikan segala emosi yang nggak terucapkan. Dan itu menarik sekali. 

Buat urusan visual, Film Queens of Drama juga sangat memikat. Sinematografi arahan Marine Atlan sangat efektif menunjukkan ketegangan antara karakter utama. 

Salah satu adegan yang sangat saya nikmati adalah ketika Mimi dan Billie menari bersama di klub malam. Mereka terbenam dalam cahaya merah yang menggambarkan kedekatan mereka, tapi, di saat yang sama, ada ketegangan yang jelas terlihat. Cahayanya tuh, sebenarnya juga bisa dibilang, mencerminkan bagaimana kedua karakter selalu berada dalam dua dunia yang berbeda. 

Sayangnya, menurutku durasi yang hampir dua jam terkadang terasa sedikit panjang. Entahlah. Beberapa adegan, terutama yang berhubungan dengan perkembangan karir Mimi, terasa berlarut-larut dan sedikit mengurangi ketegangan dalam film. 

Skor: 3,9/5

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak