Finding My Bread adalah buku yang ditulis oleh Song-Seong rye atau yang akrab dipanggil Sunny, penulis sekaligus seorang baker asal Korea Selatan. Buku ini adalah kumpulan esai yang menceritakan tentang lika-liku perjuangan Sunny saat merintis toko rotinya.
Bermula dari alergi gluten yang membuat Sunny kesulitan untuk mengonsumsi tepung dan turunannya. Kreativitasnya dalam membuat roti yang gluten-free pada akhirnya membawanya pada kesenangan dalam berkecimpung di dunia baking.
Sunny pun memiliki keinginan untuk membangun sebuah toko roti yang memudahkan anak-anak, lansia, maupun orang-orang sepertinya yang alergi gluten agar bisa tetap mencicipi aneka roti dan kue yang lezat tapi tetap sehat.
Maka berdirilah toko roti yang ia beri nama Sunny Bread. Kisahnya yang jatuh bangun dalam mengelola Sunny Bread pun tertuang dalam kumpulan esai di buku ini.
Meskipun berbentuk kumpulan tulisan yang kebanyakan membahas pengalaman dalam mengembangkan sebuah toko roti, namun apa yang dituangkan Sunny dalam buku ini cukup inspiratif.
Sunny tidak hanya menceritakan pengalamannya, tetapi juga banyak berbagi tentang bagaimana ia menjaga harapan akan mimpi-mimpinya.
Pada awalnya, Sunny memang seakan menjadi potret seorang perempuan yang sangat bergairah dengan banyak hal dalam hidup. Ia menyukai banyak hal dan tertarik untuk mengembangkan berbagai bidang.
Tapi seiring berjalannya waktu, Sunny mulai tertampar oleh keadaan bahwa ternyata menjadi seseorang yang sukses itu tidak semudah ia merancang banyak mimpi. Ia mempercayai bahwa mimpi itu akan terkabul seiring dengan kuatnya tekad yang dimiliki seseorang.
Kadang ia harus gagal, merasa tidak becus, insecure, dan ternyata tidak kapabel dalam melakukan sesuatu. Ia memiliki ketertarikan dalam banyak hal, tapi tidak memiliki keahlian untuk sesuatu yang ingin benar-benar ia kejar dalam hidup.
"Di mata orang dewasa, aku hanya terlihat sebagai anak yang punya banyak kesenangan tapi tidak bisa apa-apa dan tidak punya tujuan pasti." (Hal 23)
Hal itu bisa terlihat dari apa yang Sunny tekankan pada halaman 23 di atas. Bagi saya, bagian ini cukup menyentil.
Barangkali ada beberapa orang yang memang terlahir dengan banyak privilese, berasal dari keluarga berada, mendapatkan pendidikan yang layak, punya banyak kesempatan untuk menjalani hal-hal yang menarik, tapi pada akhirnya tetap berakhir menjadi seseorang yang merasa tidak becus dalam menjalani hidup.
Bukan salah lingkungan, tapi semua ini adalah bagaimana kita menetapkan keyakinan pada diri sendiri. Sebab, kita tidak bisa mengendalikan opini orang lain terhadap diri kita.
Jika seseorang merasa hidupnya berjalan di tempat dan berpikir bahwa penyebabnya adalah orang lain yang seringkali enggan memberikannya cukup kepercayaan, maka mengapa tidak memutus mata rantainya dengan memberi kepercayaan pada diri sendiri?
"Mungkin saja sebenarnya kita bukan tidak punya sesuatu yang kita sukai, melainkan kita tidak memiliki keberanian untuk memulai sesuatu yang kita sukai itu." (Hal. 32).
Dari sosok yang insecure, Sunny perlahan memberi keyakinan pada dirinya bahwa ia bisa berkembang. Ia melakukan apa yang ia sukai dengan menjalankan bisnis toko roti itu meskipun harus melalui berbagai masalah.
"Jika kita sungguh menginginkan perubahan, berdirilah di depan tombol on. Karena ketika kita menekan tombol on, meski dengan mata tertutup pun, kehidupan kita akan berubah." (Hal. 65)
Secara umum, buku ini bisa dibilang sebagai memoar perjalanan seorang penulis dalam menemukan sesuatu yang ia cintai dalam hidup.
Meski secara khusus membahas tentang toko roti, tapi pada beberapa detail pengalaman terasa cukup relate dengan realita kehidupan banyak orang yang berusaha merintis usaha dan cita-citanya.
Jadi, bagi kamu yang membutuhkan bacaan yang menginspirasi, Finding My Bread bisa menjadi salah satu rekomendasi bacaan!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS