Review Film Karate Kid - Legends: Pukulan Nostalgia tapi Kurang Greget!

Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Review Film Karate Kid - Legends: Pukulan Nostalgia tapi Kurang Greget!
Poster Film Karate Kid – Legends (IMDb)

Kalau Sobat Yoursay tumbuh dengan Film The Karate Kid atau sempat ikut hype-nya Cobra Kai di Netflix, maka Film Karate Kid – Legends bisa jadi semacam reuni nostalgia yang penuh janji, meski nggak semua janjinya ditepati. 

Film yang tayang di bioskop Indonesia sejak 28 Mei 2025 (tayang lebih awal, rupanya mencoba menjembatani masa lalu dan masa kini dengan membawa dua ikon franchise bintang besar: Jackie Chan dan Ralph Macchio, ke dalam satu layar untuk pertama kalinya.

Sayangnya, semangat reuni jauh lebih kuat  ketimbang semangat berceritanya. Paham ya? Cuma modal nostalgia. 

Namun, kendatipun begitu, ada beberapa hal positif yang bisa dikupas dari film ini. Jadi terus kepoin ya!

Disutradarai Jonathan Entwistle (pernah bikin Film I Am Not Okay With This dan Film The End of the F*ing World), film ini diproduksi Sony Pictures dan Columbia Pictures, dengan naskah ditulis Rob Lieber, sementara Karen Rosenfelt sebagai produser. 

Film ini menjadi bagian baru dari semesta Karate Kid yang sebelumnya vakum di layar lebar sejak remake 2010. Berkisah tentang apa sih film ini? Lanjut kepoin bareng ya!

Sekilas tentang Film Karate Kid – Legends 

Li Fong (Ben Wang), remaja kung fu asal Beijing, terpaksa pindah ke New York City bersama ibunya (Ming-Na Wen) setelah tragedi yang mengubah hidup mereka. 

Di sekolah barunya, Li mencoba bertahan dari rasa asing dan tekanan lingkungan. Namun, semuanya makin rumit ketika dia bersinggungan dengan Connor Day (Aramis Knight), juara karate lokal yang suka menindas.

Untungnya, Li nggak harus hadapi semuanya sendirian. Dia berteman dengan Mia Lipani (Sadie Stanley), cewek cerdas dan suportif yang pelan-pelan jadi tempat dia bersandar. 

Namun, masalah datang bukan cuma dari teman sebaya, tapi ayahnya Mia, Victor Lipani (Joshua Jackson), si pelatih dojo saingan yang keras dan ambisius.

Merasa terpojok tapi nggak mau menyerah, Li akhirnya memutuskan buat melawan balik. Bukan dengan amarah, tapi dengan semangat belajar dan latihan. Di sinilah dua tokoh legendaris hadir untuk membimbingnya: Mr. Han (Jackie Chan), yang kembali dengan filosofi kung fu penuh ketenangan, dan Daniel LaRusso (Ralph Macchio), si ikon Miyagi-Do yang tetap menjunjung nilai kehormatan dan keseimbangan.

Dengan bimbingan dua generasi berbeda ini, Li nggak cuma belajar teknik bertarung, tapi juga memahami makna keberanian, tanggung jawab, dan berdiri untuk hal yang benar, meski dunia bilang dia belum siap.

Menarik banget, kan? Tapi ….

Impresi Selepas Nonton Film Karate Kid – Legends

Jujurly, film ini berusaha merajut benang merah antara semesta Cobra Kai, The Karate Kid original, dan versi 2010 yang diperankan Jaden Smith dan Jackie Chan. Dan film kali ini merupakan sesuatu yang ambisius, tapi sayangnya nggak sepenuhnya berhasil.

Sebagai penonton yang pernah mengikuti franchise ini, tentu saja aku datang ke bioskop dengan antusias tinggi. Melihat Jackie Chan dan Ralph Macchio akhirnya berbagi layar itu seperti melihat dua dunia yang tadinya berjalan sendiri-sendiri, akhirnya bersatu. 

Chemistry mereka hangat dan menyenangkan, natural dan penuh respek. Namun, di balik momen-momen manis itu, aku juga merasa film ini sedikit terlalu nyaman bermain di zona nostalgia.

Secara visual, Film Karate Kid – Legends punya sinematografi yang rapi dan pencahayaan yang cukup baik untuk ukuran film action keluarga. Koreografi pertarungannya juga cukup enerjik meskipun nggak terlalu inovatif. Ada beberapa adegan sparring dan montage latihan yang membuatku tersenyum karena kayak lagi throwback ke tahun '80-an, tapi sayangnya nggak ada sesuatu yang benar-benar baru untuk ditawarkan.

Bagian yang paling bikin gemas tuh terkait naskahnya yang klise. Hampir semua perkembangan plot bisa kutebak sejak awal. Villain-nya datar, dan karakter perempuan nyaris hanya berfungsi sebagai pemanis latar, bukan sebagai tokoh yang berkembang. 

Editing-nya juga terasa kasar di beberapa bagian. Beberapa transisi terasa janggal dan membuat alur cerita tersendat, terutama di pertengahan film saat konflik mulai memuncak.

Namun, yang membuatku tetap duduk tenang dan bahkan sesekali tersenyum, berkat kharisma para pemainnya. Ben Wang membawa semangat baru sebagai Li Fong. Karakternya relatable, dan meski dialognya terkadang terlalu cheesy, dia berhasil memancarkan semangat dan daya tarik seorang underdog. Jackie Chan tetap memikat dengan gaya mentor bijaknya, dan Ralph Macchio terasa mampu mengimbangi dengan aktingnya tapi nggak menawarkan sesuatu yang berbeda.

Pada akhirnya, bisa kubilang, ‘Karate Kid – Legends bukan film yang revolusioner atau orisinal. Gitu doang. 

Akan tetapi, kalau Sobat Yoursay penggemar berat franchise ini, kamu mungkin akan tetap menikmati petualangan barunya. Film ini tahu apa yang dicintai fans dari ‘Karate Kid’, yakni nilai-nilai ketekunan, mentor-mentee bonding, dan tentu saja, pertarungan bela diri yang penuh semangat. 

Apakah film ini sempurna? Jauh dari itu. Bedanya kalau Sobat Yoursay datang dengan ekspektasi rendah dan ingin merasakan sedikit nostalgia bersama wajah-wajah lama yang kamu kenal, maka ‘Karate Kid – Legends’ bisa jadi pilihan tontonan yang cukup menghibur. Nggak lebih, nggak kurang.

Skor: 3/5

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak