Film terbaik nggak selalu datang dengan efek visual spektakuler atau bintang Hollywood yang mencolok. Kadang, film terbaik justru hadir dari ruang sempit, dengan kamera statis, dan satu orang yang berbicara di hadapan kita.
‘Terrestrial Verses’ yang tayang di KlikFilm bisa jadi salah satunya. Sebuah film dari Iran yang bikin penontonya (mungkin) terdiam, tersenyum getir, dan pada akhirnya, merenung panjang.
Disutradarai dua sineas Iran, yakni Ali Asgari dan Alireza Khatami, film ini merupakan produksi kolaboratif yang lahir di tengah situasi politik dan budaya yang represif lho.
Film ini dibintangi beberapa aktor dalam kancah perfilman Iran, di antaranya:
- Majid Salehi sebagai Siamak
- Gohar Kheirandish sebagai Mehri
- Sadaf Asgari sebagai Sadaf
- Farzin Mohades sebagai Ali
- Hossein Soleimani sebagai Farbod Akhtari
- Bahram Ark sebagai Ayah Muda
- Arghavan Shabani sebagai Selena
- Faezeh Rad sebagai Faezeh
- Ardeshir Kazemi sebagai Pria 100 Tahun
- Dan masih banyak lagi bintang pendukung lainnya
Film ini Diproruksi Cynefilms, Seven Springs Pictures, dan Taat Films, lalu beredar di berbagai festival internasional yang mendukung suara-suara perlawanan dari Timur Tengah. Misalnya, tayang perdana di Un Certain Regard, Festival Film Cannes 2023 pada 23 Mei 2023, lalu melanglang buana ke berbagai festival internasional sepanjang tahun. Di antaranya:
- BFI London Film Festival 2023
- Chicago International Film Festival 2023
- Vancouver International Film Festival 2023
- Luxembourg City Film Festival 2024 (di sini film ini menang Grand Prix & FIPRESCI Prize)
Berkisah tentang apa sih filmnya? Yuk, kepoin bareng!
Sekilas tentang Film Terrestrial Verses
‘Terrestrial Verses’ dalam durasi terbatas yang ±77 menit, terdiri dari sembilan babak. Masing-masing berdiri sendiri, tapi benang merahnya jelas, yakni potret satir tentang kehidupan sehari-hari di Iran, khususnya tentang bagaimana negara mengatur urusan paling privat dalam hidup warganya.
Setiap segmen disajikan dalam gaya minimalis: satu orang duduk atau berdiri di depan kamera, berbicara dengan figur otoritas yang nggak terlihat. Kamera nggak bergerak. nggak ada musik. nggak ada editing potong-potong.
Di babak pertama, Sobat Yoursay akan diperkenalkan pada seorang pria muda berpenampilan rapi yang tengah mengurus nama anaknya. Dia ingin menamai anak lelakinya: David, nama yang menurutnya diambil dari penulis favorit istrinya. Namun, petugas pemerintah yang nggak terlihat menolak nama itu karena dianggap terlalu kebarat-baratan.
Percakapan mereka yang terus berputar bikin tawa getir. Apalagi ketika si pria menyebut penulis favoritnya adalah Gholam Hossein Saedi, sastrawan yang kritis terkait rezim Iran. Reaksi petugas yang tampak nggak mengenal nama tersebut, justru nambah lapisan sindiran yang halus tapi setajam silet.
Babak kedua yang paling membekas. Ada gadis kecil bernama Selena sedang mencoba seragam untuk acara sekolah. Dia mengenakan baju bergambar Mickey Mouse, menari riang sambil mendengarkan musik pop. Namun kemudian, satu per satu identitasnya (kepribadian dirinya) dilenyapkan dari casnya berpakaian, yang mengenakan abaya panjang, hijab putih, hingga akhirnya dia terlihat seperti otomaton kecil yang hilang individualitasnya. Namun di akhir adegan, Selena membuka pakaiannya dengan cepat dan kembali menari. Momen itu kecil, tapi kuat sekali, terkait resistensi nggak selalu harus dengan teriakan, tapi kadang hanya cukup dengan tarian.
Dan babak-babak selanjutnya bisa Sobat Yoursay tonton sendiri, ya!
Impresi Selepas Nonton Film Terrestrial Verses
Sebagai penonton, aku merasakan napas panjang sinema modern Iran dalam film ini.
Menonton film ini seperti membaca puisi yang ditulis dengan kemarahan terpendam. Nggak ada satu pun karakter yang secara eksplisit menyebut nama pemerintah, nggak ada aksi protes, nggak ada kekerasan.
Sebab itulah film ini terasa jauh lebih menyengat. Setiap percakapan ibarat bentuk perlawanan, setiap tatapan kosong para karakter bak jeritan dalam diamnya yang nyaring.
Sebagai penonton dari luar Iran, Aku memang nggak hidup dalam sistem yang sama. Namun, rasa frustrasi birokrasi, tekanan terhadap ekspresi diri, hingga pertarungan antara individu dan aturan adalah sesuatu yang sangat universal.
‘Terrestrial Verses berhasil menghadirkan semua itu tanpa harus berteriak. Ya, ibarat menyindir dengan halus, menertawakan dengan elegan, dan menggugah dengan cara yang nggak menggurui.
Kalau Sobat Yoursay mencari film yang membuka perspektif baru, yang menyampaikan kritik sosial lewat medium seni, aku sangat menyarankan untuk menonton ‘Terrestrial Verses’. Film ini nggak hanya penting untuk dilihat, tapi juga untuk direnungkan.
Skor: 4/5