Kala Film Mengeja Cinta yang Nggak Pernah Mati

Hernawan | Athar Farha
Kala Film Mengeja Cinta yang Nggak Pernah Mati
Poster Film Lebih dari Selamanya (Dokumentasi Pribadi/ Athar Farha)

Ada satu hal yang nggak pernah selesai dibicarakan manusia sepanjang hidup, yakni cinta dan kematian. Dua kata yang seolah-olah berseberangan, tapi diam-diam saling terikat erat. Cinta adalah kehidupan itu sendiri, sementara kematian adalah garis batas yang membuat segalanya tampak berakhir. Namun, benarkah cinta ikut mati saat orang yang kita cintai berhenti bernapas?

Film Lebih dari Selamanya yang diproduksi Golden Scene Pictures dan FMM Studios serta disutradarai Latisa Naraswari dan Amrul Ummami, mencoba menjawab pertanyaan itu dengan caranya sendiri. Nggak dengan teori rumit, bukan pula dengan narasi filosofis kaku. 

Film ini menjawab lewat kisah sederhana perihal Rifa (Shareefa Daanish), istri sekaligus ibu, yang harus pergi lebih cepat dari suaminya, Salim (Donny Alamsyah) dan putri mereka, Nasya (Adzana Ashel). Namun meski raga hilang, cintanya tetap ada.

Sampai-sampai Salim menduda 14 tahun dengan rasa sepi sampai anaknya beranjak remaja. Terlepas muncul perempuan bernama Mila (Adinda Thomas) yang bikin hati Salim gamang memikirkan episode baru kisah hidupnya bila harus hidup bersama dengan perempuan lain selepas belasan tahun istrinya meninggal. 

Kisahnya memang sederhana, tapi serius deh, ini menarik buat menggali lebih dalam perasaan cinta sang suami. 

Bayangkan, bagaimana jadinya jika cinta harus tetap bertahan dalam ketidakmungkinan? Rifa nggak bisa lagi memeluk, nggak bisa lagi menyiapkan sarapan, nggak bisa lagi menyelipkan doa di saku baju suaminya. Yang tersisa hanyalah jarak. Namun, justru di jarak itulah cinta diuji. Cinta nggak lagi tentang apa yang bisa kita lakukan bersama, melainkan tentang apa yang tetap tinggal setelah semua kebersamaan berhenti.

Dan bukankah itu sangat manusiawi? Kita sering lupa cinta sejati nggak diukur dari lamanya kebersamaan, melainkan dari jejak yang ditinggalkan. Ada orang-orang yang pergi, tapi suaranya masih terdengar di kepala kita setiap kali menghadapi pilihan sulit. Ada orang yang sudah tiada, tapi senyumnya masih muncul dalam ingatan ketika rindu. Ada orang yang nggak lagi hadir secara fisik, tapi tetap kita ajak bicara diam-diam dalam doa sebelum tidur.

Film ini menyodorkan kenyataan pahit yang indah. Ya, kematian bisa memisahkan tubuh, tapi nggak hatinya.

Rifa mungkin nggak lagi bisa menyentuh anaknya, tapi cintanya mengalir lewat cara lain; dalam ingatan, doa, dan kehangatan yang terus membekas di keluarga kecilnya. 

Salim memang menangis, marah, dan hancur. Namun, rasa cintanya kepada Rifa membuatnya tetap bertahan, tetap berjalan, meski dengan luka yang nggak kunjung sembuh. Dan di situlah letak keajaiban cinta. Yang bukan tentang hilang atau ada, tapi tentang tetap tinggal meski harus berbeda rupa.

Kalau dipikir-pikir, bukankah hidup kita juga begitu? Kita semua pernah kehilangan. Orang tua, kakek-nenek, sahabat, bahkan pasangan. Rasanya selalu sama, ada yang patah, kosong, ada yang nggak bisa digantikan. 

Namun, coba perhatikan baik-baik, kehilangan itu jarang benar-benar kosong. Ruang yang kita sebut ‘kosong’ itu justru diisi cinta dalam bentuk lain, yakni kenangan, kebiasaan, bahkan kebisuan yang terasa penuh.

Mungkin itu sebabnya banyak orang percaya cinta adalah satu-satunya hal yang bisa melampaui kematian. Tubuh bisa hilang, tapi rasa tetap membekas. Waktu bisa berjalan, tapi kenangan tetap menolak pergi. Bahkan ketika kita sudah tua nanti, cinta itu masih hidup dalam cerita-cerita yang kita ulang pada cucu, dalam lagu yang kita dengar, dalam foto yang kita tatap diam-diam.

Film Lebih dari Selamanya ngasih satu hal penting. Cinta sejati nggak bisa diputus maut. ‘Ia’ hanya berganti wujud. Dari tatapan mata menjadi doa, dari pelukan hangat menjadi ingatan, dari kehadiran nyata menjadi perasaan yang selalu ada, meski nggak terlihat.

Jadi, apakah cinta berhenti ketika maut tiba? Apakah kesetiaan itu akan berkompromi dengan kehadiran perempuan lain? Film Lebih dari Selamanya sudah tayang di bioskop, 28 Agustus 2025, dan seakan-akan bilang, ‘Mencintai dan tetap setia itu pilihan, tapi memilih bahagia dengan terus melanjutkan hidup itu penting.’

Sobat Yoursay jangan sampai nggak nonton, ya! Siapa tahu kamu akan menemukan arti lain dari cinta yang sesungguhnya melalui film ini. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?