Ada masa di mana horor Indonesia terasa segar lho. Bisa muncul lewat legenda rakyat, cerita lisan secara turun-temurun, atau lewat imajinasi sutradara atau penulis yang menafsirkan ulang rasa takut khas negeri ini. Namun, sejujurnya beberapa tahun terakhir kisah original (horor) kayak macet. Entah kenapa, banyak produser dan sineas beralih dan mengembangkan utas horor viral di media sosial.
Di titik itu, sejujurnya horor kita terasa lesu. Ketakutan nggak lagi lahir dari originalitas cerita, melainkan dari kalkulasi. Iya, lho. Pertimbangannya sekarang tuh, mana cerita yang paling ramai dibicarakan netizen, mana kisah yang bisa cepat dipasarkan. Lalu jadilah film-film yang sebatas memindahkan teks ke layar, tanpa upaya ngasih jiwa ke filmnya.
Gitu deh. Penonton diajak terkejut, bukan diajak tenggelam dalam rasa ngerinya. Saat film selesai, rasa takut pun lenyap bersama kredit akhir. Sangat disayangkan sekali.
Lalu muncul deh Randolph Zaini, sutradara yang sebelumnya meledak lewat ‘Preman’ (2021), film debut penuh darah dan dark comedy ala tarantinoesque. Kali ini, beliau membawa Film Dia Bukan Ibu (2025), adaptasi dari utas buatan JeroPoint.
Seharusnya, dengan latar itu, film ini bisa saja jatuh ke lubang yang sama seperti banyak horor adaptasi viral yang super klise, malas bercerita, dan sekadar memeras uang sinefil. Kerennya tuh nggak! Randolph menentukan jalannya sendiri sampai film ini bisa terpilih sebagai Official Selection di Fantastic Fest 2025 (Texas, AS) dan masuk ke dalam program Next Wave Competition, lalu terpilih dalam seleksi 25 Film Panjang dalam Festival Film Indonesia. Keren banget sih!
Sekeren apa tuh? Sini kepoin bareng, ya!
Sinopsis Film Dia Bukan Ibu
Film ini bercerita tentang Vira (Aurora Ribero) dan adiknya Dino (Ali Fikry), dua anak yang mengikuti ibu mereka, Yanti (Artika Sari Devi), pindah ke
rumah baru setelah masa sulit (termasuk perceraian orang tua).
Yanti berusaha bangkit dengan membuka salon kecil, mempercantik dan membuat kehidupan baru. Eh, lama-lama Yanti berubah.
Perubahan sikap Yanti makin nyata dan makin mengganggu. Dari tatapan yang berubah, tindakan sehari-harinya yang mulai terasa mengerikan; melukai pelanggan, menyerang anaknya sendiri, tapi mendadak kembali seperti ‘normal’ yang seolah-olah nggak ada apa-apa.
Vira dan Dino mulai curiga dong. Apakah ibu mereka benar-benar ibu yang sama seperti dulu? Tontonlah di bioskop!
Review Film Dia Bukan Ibu
Seperti yang sudah dibahas. Film yang tayang sejak 25 September 2025 ini termasuk horor yang beda. Randolph nggak buru-buru menakuti kita dengan hantu atau jumpscare murahan. Dia membangun ketegangan secara perlahan, membiarkan hubungan emosional antara ibu dan anak berkembang dulu agar saat teror datang, penonton benar-benar peduli.
Ada lapisan drama dan psikologis yang kuat terkait trauma dan tekanan sosial pada peran seorang ibu. Bukan hanya tentang kekuatan supranatural, tapi bagaimana realita, harapan, dan ketakutan bersatu.
Betewe, untuk beberapa penonton, adegan kekerasan pada hewan (ayam, kucing) bisa jadi trigger yang kuat dan bikin nggak nyaman sih. Jadi siapkan mental ya kalau mau nonton.
Namun, bagiku Film Dia Bukan Ibu bukan sekadar jawaban terkait ‘bosan akan formula horor instan’. Film ini jelas adalah klaim bahwa horor Indonesia masih mampu berevolusi. Iya dong! Terlepas dari utas viral, tapi film ini mampu menggunakan unsur viralnya sebagai pintu masuk, tapi tetap mempertahankan kedalaman emosional, karakter, atmosfer, dan estetika yang membuat pengalaman nonton lebih dari sebatas suara keras dan lompatan tiba-tiba.
Film ini juga kayak nantang pembuat horor lain untuk nggak mudah pakai resep aman, tapi harus mau dan berani menggali apa yang membuat film horor jadi luar biasa.
Seharusnya sih para sineas mikir selepas nonton film ini. Kalau horor hanya jadi ajang ikut-ikutan tren, kita akan terus mendapatkan film yang dilupakan sesaat selesai tonton.
Buat Sobat Yoursay yang mau nonton, jangan banyak mikir lagi. Yuk, ramaikan!