Di balik kisah cinta yang sering kita dengar—pertemuan manis, perbedaan latar belakang, atau bahkan hubungan yang tumbuh dari kebersamaan sehari-hari—ada cerita lain yang jarang kita bayangkan: cinta yang berawal dari kepura-puraan. Novel Years Gone By: The Stolen Years karya Wiwi Suyanti menghadirkan kemungkinan itu dalam bentuk cerita yang ringan, menghibur, namun juga penuh perasaan.
Wiwi, yang dikenal lewat novel-novel romansa populernya, kali ini bermain dengan intrik keluarga, konflik warisan, dan ego yang terbungkus dalam gaya bercerita renyah. Ia mengajak pembaca untuk menyelami perjalanan Jacob Rey Biantara dan Kyra, dua tokoh dengan dunia yang bertabrakan, namun perlahan saling melengkapi.
Warisan yang Mengubah Segalanya
Cerita bermula ketika Opa, kakek Jacob, membuat pengumuman mengejutkan: warisan keluarga Biantara tidak akan jatuh sepenuhnya ke tangan Jacob, melainkan juga akan diberikan kepada Kyra, seorang gadis yang tiba-tiba hadir dalam hidup mereka. Keputusan itu bagai bom waktu.
Bagi Jacob, hal itu tak masuk akal. Siapa Kyra? Mengapa seorang gadis asing yang bahkan tak punya ikatan darah dengan keluarga bisa tiba-tiba mendapat hak atas sesuatu yang ia anggap miliknya? Sejak saat itu, rasa curiga dan penolakan memenuhi hati Jacob. Ia ingin memastikan gadis itu tidak mengambil apa yang seharusnya menjadi bagiannya.
Namun, justru dari titik inilah konflik yang unik bermula. Jacob memutuskan untuk berpura-pura ramah, pura-pura peduli, bahkan pura-pura jatuh cinta. Semua demi satu tujuan: menjaga warisan tetap dalam genggamannya.
Kyra, Si “Guling Bayi”
Kyra digambarkan sebagai gadis polos, hangat, dan kadang lugu, yang sering menjadi bahan ejekan Jacob. Julukan “si guling bayi” atau “Bobol” pun lahir dari mulutnya. Interaksi mereka kerap penuh perdebatan kecil, sindiran, sekaligus momen-momen lucu yang justru membuat pembaca tersenyum.
Namun di balik sikap Kyra yang sederhana, ada misteri tersendiri. Kehadirannya bukan hanya soal warisan, melainkan juga tentang identitas dan tempat yang seolah-olah dicuri waktu. Dari sanalah judul novel ini—The Stolen Years—menemukan makna terdalamnya.
Kepura-puraan yang Menjadi Nyata
Awalnya, Jacob yakin semua hanyalah sandiwara. Ia bisa berpura-pura perhatian, bisa bersikap manis di depan Kyra, asalkan tujuannya tercapai. Tapi seiring berjalannya waktu, ada sesuatu yang berubah.
Kebersamaan yang tadinya hanya strategi pelan-pelan menciptakan celah di hatinya. Kyra, dengan segala kepolosannya, mulai mengisi ruang yang tak pernah Jacob sadari kosong. Ia bukan lagi sekadar orang luar, melainkan seseorang yang membuat hidupnya berwarna.
Ironisnya, Jacob baru benar-benar menyadarinya ketika Kyra pergi. Saat sosok itu tak lagi ada di dekatnya, barulah ia merasa kehilangan. Dari sini, Wiwi Suyanti ingin menyampaikan pesan sederhana namun dalam: kadang, kita baru menyadari betapa berharganya seseorang justru setelah ia tiada di sisi kita.
Nilai-Nilai yang Mengena
Yang membuat Years Gone By terasa unik bukan hanya kisah romansa antara Jacob dan Kyra, tapi juga nilai-nilai yang terselip di dalamnya:
1. Cinta bisa tumbuh di tempat yang tak terduga. Bahkan dari kepura-puraan sekalipun, perasaan bisa bersemi menjadi sesuatu yang nyata.
2. Arti kehilangan. Novel ini menekankan bahwa kehilangan sering kali menjadi guru paling jujur untuk mengajari kita arti memiliki.
3. Identitas dan penerimaan. Kyra, yang awalnya dianggap orang luar, akhirnya menjadi sosok penting yang tak tergantikan. Ini mengajarkan bahwa nilai seseorang bukan ditentukan oleh status atau asal-usul, melainkan oleh keberadaan dan pengaruhnya dalam hidup orang lain.
4. Humor dalam konflik. Meski banyak intrik, novel ini tetap menghadirkan sisi jenaka melalui interaksi Jacob dan Kyra, membuat cerita terasa ringan dan menyenangkan.
Gaya Wiwi Suyanti yang Membumi
Wiwi punya gaya khas dalam menulis: bahasanya sederhana, mudah dicerna, tapi tetap mampu mengaduk emosi. Ia tidak membiarkan cerita terjebak hanya pada drama berat. Justru lewat humor kecil, julukan konyol, dan dinamika sehari-hari, konflik yang serius terasa lebih dekat dengan pembaca.
Banyak pembaca mengaku dibuat tersenyum oleh keusilan Jacob, ikut kesal dengan keras kepalanya, lalu tiba-tiba terhanyut saat momen kehilangan Kyra datang. Perpaduan antara tawa dan air mata inilah yang membuat novel ini terasa hidup.
Cinta yang Datang dengan Caranya Sendiri
Pada akhirnya, Years Gone By bukan hanya soal warisan yang diperebutkan, bukan pula tentang siapa yang lebih pantas berada di sisi keluarga Biantara. Novel ini adalah tentang perjalanan hati yang tak bisa ditebak.
Jacob mungkin memulai semuanya dengan kepura-puraan, tapi justru dari kepura-puraan itulah ia menemukan kebenaran: bahwa cinta sering kali datang dengan cara yang paling tak terduga.
Membaca Years Gone By: The Stolen Years serasa diingatkan bahwa hidup penuh kejutan. Kita bisa membenci seseorang di awal, lalu tiba-tiba merindukannya di akhir. Kita bisa menertawakan kepolosan, tapi pada saat yang sama, diam-diam membutuhkan kehadiran itu.
Buku Novel ini cocok untuk siapa saja yang ingin menikmati kisah romansa ringan, penuh dinamika keluarga, tapi tetap meninggalkan kesan mendalam. Dan seperti judul resensi ini, kita akan diingatkan: cinta memang bisa tumbuh dari kepura-puraan—dan ketika ia tumbuh, ia tak lagi bisa disangkal.