Mamaku Hebat: Keteguhan Seorang Ibu di Tengah Keterbatasan

Hikmawan Firdaus | Miranda Nurislami Badarudin
Mamaku Hebat: Keteguhan Seorang Ibu di Tengah Keterbatasan
Novel Mamaku Hebat (Dok. Pribadi/Miranda)

Ada banyak kisah tentang ibu yang luar biasa, tapi Mamaku Hebat karya Zakiah Latif, S.Pd. punya cara sendiri untuk membuat pembacanya diam dan merenung. Novel ini tidak menampilkan sosok ibu yang serba bisa atau hidup dalam kisah bahagia yang mudah ditebak.

Zakiah Latif menghadirkan seorang mama dari pelosok Sulawesi yang harus menanggung hidup sendirian bersama dua anaknya setelah suaminya hilang tanpa kabar. Di tengah segala keterbatasan, ia tetap berusaha berdiri tegak. Dari sinilah muncul makna tentang kehebatan seorang ibu yang tidak perlu berteriak untuk terlihat.

Keteguhan yang Lahir dari Keterbatasan

Sejak awal cerita, pembaca langsung diajak masuk ke kehidupan pedesaan yang keras dan jauh dari kenyamanan kota. Tidak ada jalan mulus, tidak ada kemudahan, dan setiap hari terasa seperti perjuangan baru. Dalam kondisi seperti itu, Mama menjadi sosok yang tidak pernah menyerah. Ia berjalan jauh, bekerja keras, dan melakukan apa pun agar anak-anaknya bisa terus sekolah.

Zakiah Latif menggambarkan Mama sebagai manusia yang nyata. Ia bukan tokoh yang sempurna. Kadang lelah, kadang marah, bahkan kadang merasa tidak sanggup lagi. Tapi setiap kali ia hampir jatuh, tanggung jawab pada anak-anaknya membuatnya kembali kuat. Justru di situlah letak keunikan novel ini — kekuatan Mama bukan berasal dari keajaiban, tapi dari rasa sayang yang sederhana dan tulus.

Pendidikan Sebagai Bentuk Perlawanan

Salah satu hal yang menonjol dari novel ini adalah pandangan Mama terhadap pendidikan. Bagi keluarga kecil ini, sekolah bukan sekadar tempat belajar, tapi harapan untuk masa depan yang lebih baik. Di tengah kondisi sulit, Mama tetap memastikan anak-anaknya berangkat ke sekolah, meski harus menempuh perjalanan jauh dan melewati medan yang berat.

Pendidikan di sini bukan hanya soal pelajaran, melainkan simbol keberanian untuk bermimpi di tengah keterbatasan. Mama tahu bahwa ilmu adalah satu-satunya harta yang tidak bisa hilang, dan itu yang ia perjuangkan untuk anak-anaknya. Cara penulis menyampaikan nilai ini terasa jujur dan membumi, membuat pembaca ikut merasakan semangat dan keteguhan Mama dalam menghadapi kehidupan.

Cinta Keluarga yang Nyata dan Apa Adanya

Hubungan antara Mama, Surya, dan Ary tidak selalu mulus. Ada perdebatan kecil, rasa kecewa, bahkan kelelahan yang membuat mereka kadang ingin menyerah. Namun, Zakiah Latif tidak menutupi sisi itu. Ia menulis dengan jujur bahwa cinta dalam keluarga bukan berarti selalu harmonis, tetapi tentang bagaimana tetap saling bertahan meski keadaan sulit.

Kehangatan di antara mereka muncul dari hal-hal kecil — dari masakan sederhana yang disantap bersama, dari pelukan singkat di sore hari, atau dari cara Mama menatap anak-anaknya yang mulai tumbuh besar. Semua detail kecil ini justru membuat pembaca merasa dekat, seolah mengenal keluarga ini dalam kehidupan nyata.

Nuansa Lokal yang Hangat dan Khas

Latar cerita yang kuat di Sulawesi menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Zakiah Latif menulis dengan penuh rasa terhadap budaya dan alam daerahnya. Sungai, gunung, dan hutan bukan sekadar latar tempat, tapi bagian dari kehidupan yang membentuk karakter para tokohnya.

Dalam cerita, kita bisa melihat bagaimana masyarakat pedesaan saling membantu, hidup dengan kesederhanaan, dan tetap memegang nilai gotong royong. Unsur lokal yang dihadirkan tidak hanya membuat cerita terasa hidup, tetapi juga memberi identitas yang kuat. Pembaca seperti diajak mengenal kembali wajah Indonesia dari sudut yang jarang disorot.

Iman dan Kesabaran yang Menguatkan

Di balik semua perjuangan, Mama selalu memegang satu hal yang membuatnya tetap berdiri: keyakinan. Ia percaya bahwa setiap kesulitan ada waktunya untuk berlalu, dan selama itu, yang bisa dilakukan hanyalah bersabar dan terus berusaha.

Nilai religius di novel ini tidak disampaikan dengan cara yang kaku atau menggurui. Ia tumbuh alami dalam keseharian tokoh-tokohnya — dari rasa syukur, dari ketulusan membantu orang lain, hingga dari cara mereka menerima keadaan dengan ikhlas. Dari sinilah muncul pelajaran bahwa kekuatan batin sering kali lebih besar daripada kekuatan fisik.

Penutup: Kehebatan yang Tak Perlu Dipamerkan

Mamaku Hebat adalah cerita tentang kekuatan seorang ibu yang tidak bersinar terang, tapi selalu ada dalam diam. Tentang keteguhan yang tidak membutuhkan pengakuan, dan cinta yang tidak perlu banyak kata. Novel ini mengingatkan bahwa kehebatan sejati sering tersembunyi di balik kesederhanaan — dalam sosok ibu yang terus berjalan, meski langkahnya perlahan, demi anak-anak yang dicintainya.

Zakiah Latif berhasil menulis kisah yang sederhana tapi menyentuh hati. Ia tidak membuat pembaca menangis karena kesedihan, tapi karena rasa kagum pada ketulusan yang begitu manusiawi. Buku novel ini mengajarkan bahwa dalam setiap keluarga, selalu ada seorang ibu yang menjadi guru kehidupan tanpa perlu mengajar, cukup dengan memberi contoh lewat keberanian, kerja keras, dan kasih yang tidak pernah habis.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak