Bidadari Santa Monica: Ketika Warna Kehidupan Bertemu Misteri dan Cinta

Hikmawan Firdaus | Miranda Nurislami Badarudin
Bidadari Santa Monica: Ketika Warna Kehidupan Bertemu Misteri dan Cinta
Novel Bidadari Santa Monica (DocPribadi/Miranda)

Pernahkah hidup terasa kehilangan warnanya? Itulah yang dialami Pelita, tokoh utama dalam novel Bidadari Santa Monica karya Alexandra Leirissa Yunadi. Kehilangan Efraim, sosok yang memberinya kebahagiaan, membuat dunia Pelita terasa abu-abu. Namun di balik kesedihan itu, sebuah pertemuan tak terduga membuka pintu menuju warna baru dalam hidupnya, dan membawa Pelita pada perjalanan emosional yang mendalam.

Simbolisme Warna: Emosi yang Bisa Dirasakan

Salah satu daya tarik unik dari novel ini adalah cara Alexandra menggunakan warna sebagai cerminan emosi. Alih-alih hanya menulis “Pelita sedih” atau “Pelita bahagia”, penulis menampilkan dunia Pelita melalui perubahan warna. Saat bahagia, dunianya tampak kuning cerah; biru menandai kesedihan; abu-abu menandai duka yang mendalam.

Pendekatan ini tidak hanya membuat cerita terasa lebih hidup, tapi juga memungkinkan pembaca “merasakan” perasaan Pelita. Misalnya, ketika Pelita menatap pantai Santa Monica untuk pertama kali setelah kehilangan Efraim, langit yang bergradasi biru muda seolah mencerminkan kebingungan dan rasa kehilangan yang bercampur dengan sedikit rasa ingin melanjutkan hidup. Warna di sini bukan sekadar latar, tapi bagian dari narasi emosional, membuat pengalaman membaca lebih imersif.

Cinta yang Tahan Ujian Waktu dan Kehilangan

Novel ini menekankan cinta yang tidak berhenti pada awal pertemuan atau romantisme sederhana. Hubungan Pelita dengan Efraim tetap hidup dalam ingatan dan mempengaruhi keputusan hidupnya meski Efraim telah tiada.

Cerita ini mengajarkan bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kebahagiaan saat bersama, tetapi juga tentang bagaimana cinta itu tetap hadir sebagai inspirasi, pengingat, dan kekuatan saat menghadapi kesedihan. Contohnya, meski Pelita merasa kehilangan dan dunia terasa hampa, ingatan tentang Efraim mendorongnya untuk membuka diri terhadap pengalaman baru dan pertemuan yang tak terduga. Ini menunjukkan bahwa cinta bisa menjadi jembatan untuk pertumbuhan diri, bukan sekadar romansa.

Misteri dan Pertemuan Tak Terduga

Kehadiran pengamen cantik, yang dikenal sebagai “Bidadari Santa Monica”, menambahkan nuansa misteri. Gadis ini tampak tahu banyak tentang Pelita—namanya, arti hidupnya, bahkan sejarahnya—meski mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Twist ini membuat cerita tidak monoton dan menimbulkan rasa penasaran yang sehat.

Pertemuan ini juga menekankan nilai kejutan dalam kehidupan. Terkadang, seseorang atau sesuatu yang muncul secara tiba-tiba dapat mengubah pandangan kita tentang diri sendiri dan masa lalu. Alexandra menggunakan elemen ini untuk menunjukkan bahwa hidup tidak selalu linier, dan pertemuan tak terduga bisa membawa pelajaran baru atau kesempatan untuk menata ulang hidup.

Perjalanan Emosional dan Penemuan Diri

Selain kisah cinta dan misteri, novel ini menekankan perjalanan batin Pelita. Setiap pengalaman, mulai dari kehilangan hingga pertemuan dengan Bidadari Santa Monica, membawanya pada refleksi diri. Pelita belajar menghadapi duka, menata kembali hidup, dan menemukan kembali kebahagiaan.

Pembaca bisa melihat paralel dengan kehidupan nyata: bahwa kehilangan bukan akhir dari segalanya, melainkan kesempatan untuk tumbuh. Perjalanan emosional Pelita terasa nyata karena Alexandra menulisnya dengan bahasa yang sederhana tapi menyentuh, membuat pembaca ikut merasakan transformasi dari perasaan hampa menuju penerimaan dan harapan.

Kehidupan Modern yang Relatable

Latar Santa Monica dan pekerjaan Pelita sebagai ilustrator majalah memberi nuansa modern dan realistis. Kehidupan kota besar, tekanan pekerjaan kreatif, hingga pencarian makna hidup digambarkan dengan cara yang kasual tapi nyata.

Misalnya, adegan ketika Pelita bekerja di studio, menatap layar komputer, dan mencoba menyelesaikan deadline majalah sambil memikirkan Efraim, terasa sangat relatable bagi pembaca yang mengalami tekanan pekerjaan atau kesulitan mengatur hidup pribadi. Hal ini membuat novel tidak hanya tentang cinta atau misteri, tapi juga tentang keseharian manusia modern yang sering kita rasakan sendiri.

Kesimpulan: Warna Kehidupan yang Kembali Bersinar

Secara keseluruhan, Bidadari Santa Monica bukan sekadar kisah romansa biasa. Novel ini mengajak pembaca merasakan emosi tokoh utama, merenung tentang hidup dan cinta, dan menikmati misteri yang membuat cerita tetap segar sampai halaman terakhir. Alexandra Leirissa Yunadi berhasil menggabungkan simbolisme warna, cinta yang tahan uji, misteri, perjalanan batin, dan kehidupan modern yang realistis menjadi satu cerita yang memikat.

Bagi yang mencari buku novel yang menyentuh hati tapi tetap kasual dibaca, Pelita dan “Bidadari Santa Monica”-nya siap membawa kita menelusuri dunia penuh warna—meski kadang abu-abu, selalu ada harapan untuk kembali bersinar.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak