Review Film Anaconda: Meta Remake yang Penuh Punchline Komedi!

Lintang Siltya Utami | Ryan Farizzal
Review Film Anaconda: Meta Remake yang Penuh Punchline Komedi!
Poster film Anaconda (IMDb)

Film Anaconda (2025) merupakan sebuah komedi aksi yang unik, menyajikan konsep meta-remake dari film horor klasik Anaconda tahun 1997. Disutradarai oleh Tom Gormican, yang sebelumnya dikenal lewat The Unbearable Weight of Massive Talent (2022), film ini menggabungkan elemen humor absurd, petualangan hutan, dan kritik terhadap industri Hollywood.

Dibintangi oleh duo komedi ikonik, Jack Black sebagai Doug dan Paul Rudd sebagai Griff, cerita berfokus pada sekelompok teman yang mengalami krisis paruh baya. Mereka memutuskan untuk remake film favorit masa muda mereka di hutan hujan Amazon, tapi rencana itu berubah menjadi kekacauan nyata ketika elemen-elemen dari film asli mulai muncul secara tak terduga. Durasi film 99 menit ini membuatnya ringkas, tapi penuh dengan referensi pop culture dan visual effects yang campur aduk.

Petualangan Absurd Remake Anaconda di Hutan Amazon

Salah satu adegan di film Anaconda (IMDb)
Salah satu adegan di film Anaconda (IMDb)

Plot dimulai dengan pengenalan karakter utama: Doug (Jack Black), seorang sutradara gagal dari Buffalo yang bermimpi besar tapi terjebak dalam rutinitas biasa, dan Griff (Paul Rudd), sahabatnya yang lebih pragmatis tapi sama-sama kehilangan arah hidup.

Mereka merekrut teman-teman lama, termasuk aktor pendukung seperti Daniela Melchior, Da'Vine Joy Randolph, dan Terrence Howard, untuk memproduksi ulang Anaconda dengan budget minim. Apa yang dimulai sebagai proyek nostalgia berubah menjadi petualangan survival ketika mereka menghadapi ancaman nyata, seperti ular raksasa dan konflik internal.

Skrip karya Gormican dan Kevin Etten menekankan tema persahabatan, penuaan, dan absurditas remake Hollywood, tapi sering kali terasa klise. Elemen meta, seperti karakter yang sadar akan trope film horor, memberikan sentuhan segar, tapi eksekusinya tidak selalu konsisten.

Review Film Anaconda

Salah satu adegan di film Anaconda (IMDb)
Salah satu adegan di film Anaconda (IMDb)

Dari segi akting, Jack Black dan Paul Rudd menjadi penyelamat utama. Black membawa energi khasnya yang hiperaktif, penuh ekspresi wajah konyol dan improvisasi yang membuat adegan-adegan biasa menjadi menghibur.

Rudd, dengan pesona ramahnya, berperan sebagai straight man yang sempurna, menciptakan dinamika bromance yang autentik. Chemistry mereka mengingatkan pada duo klasik seperti Will Ferrell dan John C. Reilly, membuat film ini mudah dinikmati meski plotnya lemah.

Namun, aktor pendukung kurang dimanfaatkan. Melchior sebagai love interest terasa datar, sementara Randolph dan Howard hanya muncul sebagai comic relief tanpa kedalaman. Cameo dari bintang asli Anaconda 1997, seperti Jennifer Lopez atau Ice Cube, bisa menambah nilai, tapi absennya membuat film ini terasa kurang homage sih, menurutku.

Visual dan efek spesial menjadi poin campur aduk. CGI ular anaconda raksasa terlihat lebih baik daripada film asli, dengan detail tekstur kulit dan gerakan yang realistis, berkat kemajuan teknologi.

Adegan aksi di hutan hujan, termasuk pengejaran dan pertarungan, cukup mendebarkan untuk genre komedi. Namun, beberapa efek terasa murahan, seperti ledakan atau banjir yang jelas-jelas digital, mengingatkan pada produksi B-movie. Sinematografi oleh Nigel Bluck menangkap keindahan Amazon dengan baik, menggunakan drone shots untuk panorama luas, tapi pacing film terkadang lambat di bagian tengah, membuat penonton bosan sebelum klimaks.

Musik dan soundtrack memperkuat atmosfer nostalgia melalui lagu-lagu era 90-an serta komposisi orisinal yang memadukan ketegangan dan humor. Sayangnya, dialog sering jelek, dipenuhi lelucon garing dan referensi berlebihan.

Kritik utamaku tertuju pada performa akting yang lemah, walau ada ilusi menghasilkan hiburan luar biasa, serta komedi yang tumpul. Konsensus menilai ide meta menjanjikan, tapi pelaksanaannya mengecewakan. Dibandingkan karya meta seperti Scream atau The Cabin in the Woods, Anaconda kurang tajam satirnya, lebih mengandalkan slapstick ketimbang ulasan mendalam terhadap genre horor.

Kelebihan film ini terletak pada humor ringan dan pesan tentang persahabatan di usia dewasa. Ini bukan remake biasa; ini merayakan kegagalan sebagai bagian dari kreativitas, membuatnya relatable bagi penonton paruh baya. Kekurangan utama adalah kurangnya orisinalitas di luar konsep meta, dengan plot yang predictable dan humor yang tidak selalu landing.

Secara keseluruhan, Anaconda adalah hiburan liburan yang layak, tapi tidak akan menjadi klasik baru. Kalau kamu mencari tawa mudah tanpa ekspektasi tinggi, film ini cocok. Tapi buat kamu penggemar horor serius, mungkin lebih baik revisit yang asli.

Mengenai penayangan di bioskop Indonesia, film ini tayang mulai 24 Desember 2025 di jaringan seperti XXI, CGV, dan Cinepolis. Ini bertepatan dengan musim libur Natal, membuatnya pilihan keluarga atau teman untuk menonton bersama. Tiket sudah tersedia secara online, dengan harga standar sekitar Rp 50.000-Rp 100.000 tergantung lokasi dan format (2D atau IMAX). Pastikan cek jadwal terbaru di situs resmi bioskop, karena bisa berubah berdasarkan permintaan.

Secara kesimpulan, Anaconda (2025) adalah campuran menyenangkan antara komedi dan aksi, didukung oleh cast kuat tapi terhambat oleh skrip lemah. Dengan rating PG-13, cocok untuk remaja ke atas. Rating pribadiku: 6/10. Kalau kamu suka film seperti Jumanji atau Tropic Thunder, ini layak ditonton kok, Sobat Yoursay!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak