Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Ratna Nisrina
Ilustrasi pembelajaran daring yang dilakukan siswa (Gambar: Annie Spratt)

Selama pembelajaran daring, ada beberapa kendala yang dialami oleh siswa. Salah satu kendala tersebut adalah munculnya rasa bosan. Kondisi yang demikian tidak mengherankan. Sudah satu setengah tahun siswa di Indonesia berkutat dengan pembelajaran daring. Otomatis, sudah selama itu pula siswa di Indonesia belajar di rumah tanpa adanya teman sebaya. Tidak adanya teman sebaya menambah rasa bosan tersebut.

Aktivitas pembelajaran yang monoton ikut menambah kebosanan yang muncul. Pembelajaran yang dilakukan setiap hari tidak diselingi dengan media yang interaktif.

Siswa dihadapkan dengan penyajian materi, latihan soal, bahkan cara evaluasi yang monoton. Wajar bilamana semangat dan motivasi siswa menurun terhadap aktivitas pembelajaran. Siswa perlu media yang interaktif. Media yang dapat membangkitkan motivasi siswa terhadap aktivitas pembelajaran.

Guru sebaiknya sadar dengan keadaan siswa yang mulai mengalami kebosanan. Tanda-tandanya cukup terlihat. Mulai malasnya siswa untuk menyimak pembelajaran, terlambat dalam mengumpulkan tugas, hingga yang paling parah tidak menghadiri pembelajaran daring tanpa keterangan. Mungkin itu adalah bentuk protes siswa terhadap keadaan. Siswa menginginkan pembelajaran yang interaktif dan meyenangkan. Bukan pembelajaran yang sifatnya hanya satu arah.

Beberapa tanda di atas dapat berbahaya jika tidak segera ditangani. Bukan hanya semangat dan motivasi siswa yang akan turun, namun prestasi siswa juga akan terdampak. Tidak menutup kemungkinan, prestasi siswa akan turun dengan perlahan.

Berbanding lurus dengan semangat dan motivasi belajar siswa. Kondisi tersebut tentu mengkhawatirkan. Guru dan orang tua akan repot jika itu terjadi. Apalagi di tengah kondisi seperti ini, harus ada usaha lebih untuk memotivasi para siswa.

Media pembelajaran inovatif harus dikembangkan dalam pembelajaran daring. Aneka aplikasi pembelajaran yang mempunyai bermacam manfaat harus dicoba. Memang tidak semua harus dicoba. Namun sebagai guru yang berintegritas, selayaknya mencoba memberikan solusi terhadap masalah yang ada.

Guru berhak menimbang mana aplikasi pembelajaran yang layak digunakan maupun yang tidak. Adanya usaha tersebut diharapkan mampu menjadi jalan keluar atas rendahnya semangat dan motivasi siswa dalam pembelajaran.

Salah satu aplikasi yang layak dicoba adalah game pembelajaran. Tidak selamanya game membawa dampak buruk. Beberapa game justru dibangun untuk media belajar siswa yang biasa dikenal dengan istilah game based learning. Selain digunakan sebagai variasi media dalam pembelajaran daring.

Ada pula game yang mempunya fungsi ganda sebagai media sekaligus alat evaluasi dalam pembelajaram. Berbagai game pembelajaran ditawarkan dalam berbagai bentuk. Ada yang sifatnya untuk pendalaman materi, ada yang sifatnya untuk alat evaluasi, adapula yang hanya sekedar untuk selingan di tengah pembelajaran.

Game pembelajaran memberikan pilihan yang menarik bagi guru dalam mengembangkan media pembelajaran. Guru leluasa mengembangkan media sesuai kebutuhan di kelas. Pilihan dapat diambil oleh guru dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Salah satu aspek yang perlu menjadi pertimbangkan antara lain tipe, jenis, manfaat, kekurangan, kelebihan, serta aksesibilitas. Aspek tersebut perlu dipertimbangkan agar pembelajaran menjadi lebih nyaman untuk kedua belah pihak, yaitu guru dan siswa.

Game Based Learning

Beberapa guru mungkin masih belum akrab dengan istilah game based learning. Istilah ini memang sering dipakai di ranah perguruan tinggi atau ilmiah. Mengambil definisi dari Torrente, game based learning dapat dipahami sebagai. Secara mudah game based learning dapat diartikan sebagai penggunan game dengan tujuan pendidikan, sebagai alat yang mendukung proses pembelajaran secara signifikan. Definisi yang dikemukakan Torrente ini terlalu kaku dan ilmiah untuk dipahami secara umum oleh khalayak.

Secara lebih sederhana, game based learning dapat dipahami sebagai alat maupun aplikasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Definisi sederhana tersebut diambil karena secara umum sifat dari game adalah memberikan rasa senang, kegembiraan, dan antusias.

Game based learning umumnya tersedia dalam bentuk aplikasi yang secara umum dapat diakses secara bebas. Jenis aplikasi ini dapat diakses oleh semua orang dan umumnya gratis untuk mode penggunaan dasar. Namun, pengakses dapat juga memilih dan menikmati layanan premium berbayar untuk meningkatkan layanan daan performa aplikasi. Itu semua kembali pada kebutuhan masing-masing.

Beberapa aplikasi yang berbasis game based learning antara lain educandy, kahoot, quizziz, wordwall, baamboozle, khan academy dan beberapa aplikasi sejenis. Umumnya beberapa aplikasi tersebut dapat dijalankan secara gratis. Ini adalah kesempatan bagi guru untuk menikmati layanan tersebut. Guru cukup memilih beberapa aplikasi yang dirasa cocok dengan sajian pembelajaran yang ada di kelasnya. Penggunaan aplikasi yang relatif mudah untuk dipelajari menambah nilai tambah. Oleh karena itu, tidak ada salahnya guru mencoba aplikasi game based learning untuk mengurangi kebosanan siswa selama pembelajaran daring.

Ratna Nisrina