Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku 'Faith, Attitude, and Love' (DocPribadi/Samedy)

Buku berjudul Faith, Attitude, and Love ini menguraikan tiga komponen penting yang harus sama-sama diperhatikan. Ketiga komponen tersebut yakni; faith, attitude, and love (iman, sikap, dan cinta). Ketiga hal ini kerap diabaikan atau tak diperhatikan oleh anak muda. Atau terkadang salah kaprah dalam mengartikannya.

 Anak muda adalah generasi penerus bangsa. Karenanya, ia harus berusaha menjadi anak muda yang tak hanya cerdas tetapi juga berprestasi. Ciri anak muda yang cerdas dapat dilihat dari keimanannya. Dalam pergaulan sehari-hari misalnya, ketika ia memiliki iman kuat maka ia akan selalu berusaha menghindari hal-hal yang dilarang oleh-Nya.

Anak muda yang cerdas juga dapat dilihat dari sikap atau attitude-nya. Dengan kata lain, ia memiliki akhlakul karimah atau akhlak mulia. Terhadap orang yang lebih tua ia akan menghormati, terhadap yang lebih muda akan berusaha menyayangi. Ia juga tidak suka meremehkan dan mem-bully orang lain.

Anak muda yang belagu dan sombong menandakan tak ada attitude yang baik dalam jiwanya. Orang yang sombong jelas akan mengalami banyak kerugian. Saskia R.A. dalam buku Faith, Attitude, and Love ini menjelaskan bahwa menjadi orang sombong tidak sama sekali membawa keuntungan pada kehidupan kita kelak.

Yang ada hanyalah kerugian, karena banyak orang-orang yang tidak mau mendoakan kesuksesan orang-orang yang bersifat sombong dan angkuh. Menjadi orang baik yang rendah hati tentu lebih menyenangkan dan pastinya banyak dirindukan orang.

Yang terakhir love, atau cinta. Anak muda harus memiliki rasa sayang dan cinta dalam jiwanya. Hal ini dimaksudkan agar ia memiliki kepekaan terhadap sesama. Bila ia memiliki rasa cinta, tentu akan mudah peka dan iba saat melihat temannya sedang kesusahan. Lantas, atas dasar cinta tersebut, ia akan berusaha menolong temannya. Menurut Saskia R.A., cinta itu adalah rasa menyayangi seseorang dengan tekad ingin membuat orang yang kita cintai itu menjadi lebih baik.

Penting dipahami bahwa yang namanya cinta itu tidak disertai dengan hawa nafsu (syahwat). Cinta itu mestinya diiringi dengan mencari keridaan dari-Nya. Mudah-mudahan buku Faith, Attitude, and Love terbitan Qunata (2016) ini dapat menjadi bacaan bermanfaat bagi remaja atau anak-anak muda di negeri ini.

Sedikit masukan untuk buku ini: kelak bila dicetak ulang, ada baiknya pihak penerbit dan penulis melakukan revisi ulang. Pasalnya, masih ditemukan kesalahan penulisan (typo) dan kalimat yang kurang efektif. Selain itu, penulis perlu menambah referensi (sumber bacaan) agar kualitas tulisannya semakin bagus.

Sam Edy Yuswanto