Buku yang ditulis oleh Abdul Choliq terbitan Bunyan (PT Bentang Pustaka) tahun 2013 ini secara umum terdiri dari tiga bab. Bab pertama berisi tentang Belajar Hadis. Bab kedua memuat tentang Resep Jadi Remaja yang Gaul dari Nabi. Sedangkan bab ketiga mengulas tentang Hadis-hadis tentang Akhlak.
Bab pertama membahas perbedaan antara hadis, sunah, khabar dan atsar, juga menjelaskan tentang macam-macam hadis, serta etika belajar dan mengajarkan hadis.
Di halaman 2 pada buku ini ditulis bahwa hadis adalah berita yang isinya berupa segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad, sahabat, atau tabiin, baik berupa ucapan, perbuatan, keadaan atau ketetapan. Kalau sunah artinya segala sesuatu yang disandarkan pada Rasulullah, bisa berupa ucapan, perbuatan, keadaan, keinginan, atau ketetapan. Khabar artinya semua informasi, baik yang datang dari Nabi Saw., sahabat, tabiin, dan yang lainnya. Sifat khabar lebih umum daripada hadis. Sementara atsar artinya sesuatu yang bersumber dari sahabat, baik itu perkataan maupun perbuatannya.
Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya istilah hadis, sunah, khabar dan atsar itu mempunyai arti yang sama, yaitu segala hal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad, sahabat, tabiin, atau orang-orang sesudahnya, baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, maupun keadaan.
Sedangkan dalam mengurai macam-macam hadis, buku ini lebih menyederhanakan ke tiga macam, yaitu sahih, hasan, dan dhaif. Sebenarnya hadis apapun pada akhirnya akan kembali pada dua kesimpulan: diterima (maqbul) atau ditolak (mardud). Jika hadis tersebut termasuk hadis yang maqbul, berarti bisa kita amalkan. Namun, jika hadis tersebut masuk kategori hadis yang mardud, maka tidak boleh kita amalkan, atau boleh kita amalkan, tetapi dengan syarat tertentu yang harus dipenuhi.
Hadis maqbul kemudian dikelompokkan menjadi dua: sahih dan hasan. Sahih artinya sudah memenuhi syarat untuk diterima dengan sempurna. Sementara hasan maknanya sudah memenuhi syarat untuk diterima, namun syaratnya kurang sempurna. Sedangkan hadis yang tidak memenuhi syarat untuk diterima namanya hadis dhaif.
Adapun etika belajar dan mengajarkan hadis, buku ini membagi dua bagian. Pertama etika yang harus dimiliki oleh orang yang mau belajar hadis, yaitu ikhlas karena Allah Swt., sungguh-sungguh dalam belajar, ilmunya diamalkan, memuliakan dan menghormati guru, jangan suka berbagi ilmu kepada teman, memakai metode yang memudahkan dalam mencari hadis, dan jangan lupa belajar ilmu Musthalahul Hadis.
Sedangkan etika dalam mengajarkan hadis, yaitu ikhlaskan niat karena Allah Swt., menjaga kehormatan (muruah), menguasai materi hadis sebelum mengajar, keep respect terhadap orang yang punya ilmu lebih tinggi, harus menghormati hadis, dan write what you know: Tulis, tulis dan tulis!
Baca Juga
-
Tecno Megapad 11 Baru Rilis di Indonesia, Tablet Rp 2 Jutaan dengan Performa Handal
-
Infinix XPad 20 Resmi Rilis 12 Juni 2025, Tablet Cerdas dengan Beragam Fitur AI
-
Realme Kenalkan GT 10000 mAh, HP Rasa Power Bank yang Tetap Nyaman dalam Genggaman
-
Poco F7 Siap Meluncur Juni 2025, Usung Snapdragon 8s Gen 4 dan Harga Rp 5 Jutaan
-
Vivo Y300c Rilis dengan Harga Ramah Kantong, Layar AMOLED 120Hz dan Baterai 6500 mAh
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Series The King of Pigs, Kisah Balas Dendam dari Luka yang Terpendam
-
Review Film The Winter Lake: Ketika Rahasia Mengapung ke Permukaan
-
ATEEZ Maknai Cinta sebagai Proses Saling Menerima dalam Lagu Time of Love
-
Film Roman Dendam: Balas Dendam Luka Lama yang Menyingkap Konspirasi Besar
-
Review Novel Kembali Bebas, Ketika Menikah Lama Bukan Berarti Bahagia
Terkini
-
Sinopsis Film How to Train Your Dragon (2025), Kisah Pertemanan Manusia dan Naga
-
Timnas Indonesia Dinilai Masih Perlu Mempertebal Kedalaman Skuad, Ini Alasannya
-
FOMO Membaca: Ketika Takut Ketinggalan Justru Membawa Banyak Manfaat
-
6 Rekomendasi Drama Thailand Terbaik Bertema Hukum, Seru dan Penuh Intrik!
-
Ketupat Pecel dan Keragaman Rasa yang Menyatukan Keluarga di Hari Raya Lebaran