Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku "Hujan Telah Jadi Logam" (Dokumen pribadi/Sam Edy)

Janji adalah sesuatu yang mestinya ditepati. Setiap orang yang pernah menjanjikan sesuatu pada orang lain, maka ia harus menepatinya. Tentu saja, janji di sini hendaknya janji yang bersifat positif. Bukan janji yang menjurus ke hal-hal terlarang semisal janji ketemuan untuk mencuri bersama, atau melakukan hal-hal dilarang lainnya.

Bicara tentang janji, ada sebuah kisah menarik sekaligus menyedihkan yang pernah saya baca dalam buku Hujan Telah Jadi Logam (2019) karya Marwanto. Dalam buku kumpulan cerpen tersebut, ada salah satu cerpen berjudul Tanda Mata dari Korea yang mengisahkan seorang lelaki yang dikhianati oleh perempuan yang pernah berjanji akan bertunangan dengannya.

Dikisahkan Joker adalah seorang lelaki gagah, berparas menawan dan menjalani hari-harinya sebagai kernet bus. Suatu hari seorang mahasiswi bernama Hesti naik bus tersebut dan langsung terpesona dengan seorang lelaki. Hesti benar-benar tak tahu kalau ternyata lelaki itu adalah kernet bus tersebut. Begini cuplikan kisah pertemuan Hesti dengan si lelaki:

“Arisan.... arisannya, Mbak!?” 

Hesti terkejut. Seorang lelaki tampan menengadahkan tangan. Ia tak tahu kalau lelaki tampan itu sang kernet. Itulah awal pertemuan Hesti dan Joker. Diam-diam, Hesti tertarik pada lelaki itu. Akhirnya, dua insan itu pun akrab, meski belum saling kenalan. Hingga suatu saat bus itu lengang dari penumpang, kedua merpati itu bisa bebas lepas bercanda.

Singkat cerita, Hesti dan Joker berpacaran. Tentu saja orangtua Hesti tak setuju saat mengetahui putrinya berhubungan dengan seorang lelaki yang cuma drop-outan kelas dua SMP, sementara putrinya hampir lulus sarjana. Tapi ayah Hesti tak mau menyakiti hati putrinya. Naluri seorang ayah selalu tahu bagaimana memisahkan kedua insan yang sedang dimabuk kepayang.

Dua bulan kemudian, usai wisuda, atas saran ayah, Hesti pergi ke Korea untuk bekerja. Sebelum berangkat ke sana, Hesti bertemu terlebih dahulu dengan Joker. Mereka menghabiskan malam minggu di warung pecel lele “Pak Mo” di alun-alun kota. Kepada Joker, Hesti berjanji sepulang dari Korea bisa langsung bertunangan dengannya. 

Ternyata, janji hanya tinggal janji. Sepulang dari Korea, Hesti mengkhianati janji yang pernah diucapkan pada kekasihnya. Ia ternyata berkeinginan menikah dengan lelaki lain, lelaki yang adalah teman kuliahnya yang kebetulan juga bekerja di Korea. Tentu saja Joker merasa kecewa, hatinya terasa remuk, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.

Meskipun kisah Joker dan Hesti hanya ada dalam dunia fiksi, tapi bisa jadi pernah ada dalam dunia nyata. Semoga kisah mereka berdua bisa menjadi bahan menerung bagi kita. Satu pesan penting yang bisa dipetik dari kisah mereka ialah, “Jangan suka melontar janji bila tak sanggup menepati”.

Sam Edy Yuswanto