Dedol Email karo Kabeh Tulisan neng Njerone adalah cerita cekak atau cerita pendek yang dimuat di majalah Ancas nomor 141/tahun XII/Februari 2022 halaman 18-19.
Sekadar info, majalah Ancas sendiri merupakan majalah yang isinya 100 persen menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan. Topik-topik yang diangkat dalam majalah ini berkisar seputar problematika di masyarakat Panginyongan atawa eks. Karesidenan Banyumas dan persoalan masyarakat Indonesia atau dunia secara umum.
Secara garis besar, cerkak ini mengisahkan tokoh Tono, pemuda tanggung yang bercita-cita menjadi penulis besar. Tentu yang dimaksud, besar karya atau kualitasnya, bukan besar gaya, apalagi besar kepala.
Beragam cara ditempuh Tono guna menggapai harapan tersebut. Sedari remaja, dia gemar membaca karya sastra berkualitas seperti karya Seno Gumira Ajidarma dan selepas SMA, dia masuk kuliah jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dia juga intens mencemplungkan diri dalam diskusi komunitas-komunitas kepenulisan.
Tentu, Tono juga giat menganggit rupa-rupa tulisan seperti cerita pendek, resensi, dan artikel lalu dikirim ke pelbagai media cetak maupun daring.
Apes. Berbilang waktu berlalu, tak satu pun tulisannya dimuat.
Tono putus asa dan cita-cita menjadi penulis besar rontok perlahan, luntur dijerang realitas di lapangan.
Kesal, dia pun membuat pengumuman di media sosial: menjual akun pos elektronik atau email pribadi miliknya, bagi siapa saja yang berminat. Harga nego!
Lagi-lagi, nasib buruk lebih memilih memeluknya erat.
Tono makin ambruk dalam keputusasaan. Namun kemudian, cerkak ini diakhiri dengan ending yang cukup nge-twist.
Secara umum, cerkak ini menyoroti fenomena zaman kiwari, yakni banyaknya kawula muda yang tertarik menggeluti dunia kepenulisan. Harapan mereka besar: ingin berkontribusi sebanyak-banyaknya melalui jalur tulisan. Tapi sayang, harapan besar tidak diiringi tekad dan usaha besar.
Ada yang mendapat penolakan di sana-sini, langsung KO. Menyerah. Mundur tanpa kembali.
Ada pula yang memilih jalan pintas: memplagiat karya penulis lain, lalu mengirimkannya ke media. Tidak cuma sekali, melainkan berbilang kali.
Melalui cerkak ini, secara tersirat, penulis mengajak rekan sesama penulis (terutama dari kalangan muda) untuk setia dengan proses. Tidak masalah babak belur di awal, karena toh, penulis senior pun mengalami di awal meniti karir. Maka tekad harus dipertebal, usaha harus dipergigih.
Dengan dibubuhi doa tak putus, bukan tidak mungkin, cita-cita menjadi penulis, bisa teraih.
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
Ulasan
-
James Arthur Tak Mau Ditinggal Sang Kekasih dalam Lagu Say You Wont Let Go
-
Wisata Kebun Gowa, Tempat Liburan Affordable Cocok untuk Wisata Keluarga
-
Refleksi Penyesalan dan Retaknya Asmara di Lagu BoyNextDoor '123-78'
-
Review Film Perfect Days: Kebahagiaan Sederhana di Dalam Toilet Umum Tokyo
-
Wisata Sendang Kun Gerit, Tempat Liburan Keluarga yang Ideal di Sragen
Terkini
-
Ironi Perjuangan PSS Sleman, Tetap Turun Kasta Meski Hajar Madura United
-
Diklaim Gabung Buriram United, Shayne Pattynama Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Gabung Film Spider-Man 4, Sadie Sink Tanggapi Rumor Peran Mayday Parker
-
Kreator The Beginning After the End Putuskan Hiatus pada Juni 2025
-
5 Rekomendasi Film dan Drama Dibintangi Kim Dami, Terbaru Ada Nine Puzzles