Sejarah menerakan penderitaan perempuan yang melintasi berbagai zaman. Dalam konteks masyarakat Timur Tengah, kendati tanah itu menjadi saksi penurunan wahyu dan kitab suci, tetapi nasib perempuan menahun mengalami fragmen-fragmen penuh luka.
Perempuan digambarkan tak lebih sebagai pemuas nafsu birahi, properti yang bebas diperjualbelikan, dan nasibnya pun kerap mendapat diskriminasi. Sebagai makhluk nomor dua, atau yang liyan, posisi subordinat itu menempatkannya dalam posisi yang lemah, terutama di tengah-tengah masyarakat patriarkis.
BACA JUGA: Mengenal Lika-liku Kehidupan Malam Manusia dalam Buku "Atas Nama Malam"
Soal penderitaan inilah yang direkam oleh penyair dalam kesusastraan Arab modern, yaitu Adonis, dalam buku kumpulan puisinya yang bertajuk Sejarah yang Tercabik di Tubuh Perempuan (Divapress, 2022).
Di dalam buku yang diterjemahkan oleh Musyfigur Rahman ini, Adonis mengemas puisi-puisi dalam buku ini dengan format yang hampir menyerupai naskah teater. Ia pun menampilkan sejumlah karakter sebagaimana sebuah kisah prosa: ada penutur cerita, perempuan yang menggendong putranya, lelaki, paduan suara, dan suara lainnya. Subjek atau karakter itulah yang menggerakkan masing-masing sudut pandang, hingga pembaca bisa menemukan semacam alur setamat membaca buku ini.
Adapun dalam jalinan alur itu, kita bisa menyimpulkan kalau yang dibicarakan oleh Adonis adalah kisah perempuan yang terkungkung dalam masyarakat patriarkis yang menghadirkan sejumlah penderitaan. Karakter perempuan dan anaknya disimbolkan sebagai perempuan dan keturunannya, yang menjadi representatif suara perempuan sepanjang zaman.
Dalam salah satu puisi, karakter perempuan mendapati kenyataan sekaligus menginginkan pengharapan dalam larik: Rembulan; misterinya yang manis menghancurkanku/ Rembulan mengalirkan sel-selku/ Tak ada aib/ Tak ada kesalahan (hal. 20). Rembulan disimbolkan sebagai laki-laki yang menguasai tubuh perempuan dan menghancurkannya, tetapi tindakan mereka bukan aib ataupun kesalahan. Mereka mendapat legitimasi atas tindakan mereka dari masyarakat setempat, bahkan dari takwil-takwil keagamaan. Kendati begitu, karakter perempuan tetap melayangkan harapan: Rembulan bukan untuk bumi dan langit/ Rembulan untuk kehidupan (hal. 21).
Dalam dua larik puisi itu, perempuan menegaskan kalau laki-laki penguasa bumi ini. Merekalah pemegang kehidupan, yang diartikan sebagai yang kuat, superior, yang kelak diharapkan membawa kehidupan yang lebih baik lagi.
Namun, apakah zaman itu benar-benar datang? Adonis menampilkan satu kenyataan lagi dalam suara dari penutur cerita, dikisahkan bahwa perempuan yang menghancurkan rantainya itu dinikahkan dengan seorang nabi, dan anaknya pun kelak menjadi seorang nabi, tetapi/ Dalam ajaran putranya tak ada jaminan/ Bahwa ia akan dibebaskan (hal. 17).
BACA JUGA: Merefleksikan Kehidupan dan Kematian Lewat Buku "The Book of Disquiet"
Dari larik tersebut, kita berasumsi bahwa persinggungan penderitaan dan takwil keagamaan memiliki korelasi yang erat. Adonis menyindir masyarakat yang melakukan deskriminatif terhadap perempuan yang berlandaskan takwil keagamaan. Di samping itu, ia pun memberi penegasan kalau situasi dahulu dengan saat ini yang tidak terlalu berbeda. Sebab, di zaman kiwari ini, kita masih bisa menemukan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan, sehingga memang, sejarah masih mencabik-cabik tubuh perempuan.
Merespons hal itu, Adonis memungkasi buku ini dengan satu pengharapan yang datang dari suara paduan suara: Zaman tak berdaya, darah yang tumpah/ Bimbinglah mereka, bimbinglah mereka, wahai penyair (hal. 123). Di situ, penyair mewakili kelompok-kelompok tertentu, dalam lingkaran kesusastraan, sebagai penyuara paling keras dan membimbing pengetahuan soal nasib perempuan. Adonis ingin mereka menunjukkan penderitaan yang dialami perempuan sepanjang zaman, hingga kelak tiba satu zaman yang lebih menghargai perempuan dan tidak lagi menjadikan mereka korban dari penderitaan tak berujung.
Baca Juga
-
Menyimak Haru dalam Kepingan Misteri Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya
-
Gambaran Isu Lingkungan dalam Novel "KSCNKYMT" Karya Luis Seplveda
-
Kesadaran dan Perjuangan Merebut Ruang Alam dalam Novel "Tahun Penuh Gulma"
-
Gambaran Peliknya Relasi Pertemanan dalam Novel 'Pencuri Amatir'
-
Menilik Teknik Foreshadowing dalam Novel Orang-Orang Oetimu
Artikel Terkait
-
Mengenal Lika-liku Kehidupan Malam Manusia dalam Buku "Atas Nama Malam"
-
Cek Fakta: Putri Anne Sindir Pedas Amanda Manopo, Istri Arya Saloka Sambil Tunjukkan Buku Nikah Saat Live, Benarkah?
-
3 Tips Sederhana Menulis Cerita Pendek yang Baik dan Menyenangkan
-
DPR: Upaya Kesetaraan Gender Perlu Diimbangi Peningkatan Kapasitas, Kapabilitas, dan Kualitas Perempuan
Ulasan
-
Review Series The King of Pigs, Kisah Balas Dendam dari Luka yang Terpendam
-
Review Film The Winter Lake: Ketika Rahasia Mengapung ke Permukaan
-
ATEEZ Maknai Cinta sebagai Proses Saling Menerima dalam Lagu Time of Love
-
Film Roman Dendam: Balas Dendam Luka Lama yang Menyingkap Konspirasi Besar
-
Review Novel Kembali Bebas, Ketika Menikah Lama Bukan Berarti Bahagia
Terkini
-
Sinopsis Film How to Train Your Dragon (2025), Kisah Pertemanan Manusia dan Naga
-
Timnas Indonesia Dinilai Masih Perlu Mempertebal Kedalaman Skuad, Ini Alasannya
-
FOMO Membaca: Ketika Takut Ketinggalan Justru Membawa Banyak Manfaat
-
6 Rekomendasi Drama Thailand Terbaik Bertema Hukum, Seru dan Penuh Intrik!
-
Ketupat Pecel dan Keragaman Rasa yang Menyatukan Keluarga di Hari Raya Lebaran