Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Sampul novel Love, Hate, and Hocus-Pocus (Gramedia Digital)

Love, Hate, and Hocus-Pocus adalah sebuah novel yang ditulis oleh Karla M. Nashar. Novel ini bercerita tentang love-hate relationship antara Gadis dan Troy.  

Gadis adalah seorang wanita pencinta brand lokal yang terlibat dengan beberapa konflik di kantor dengan Troy, seorang pria yang penyuka barang brand luar negeri. Perbedaan lifestyle di antara keduanya membuat mereka sering beradu argumen. 

Masalah itu bermula ketika perusahaan farmasi tempat mereka bekerja terkena skandal obat-obatan yang menelan korban. Mau tidak mau, Gadis dan Troy diutus untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Lalu ketika masalah mereka berhasil terselesaikan, mereka merayakan keberhasilan tersebut di acara anniversary perusahaan.

Acara tersebut mengundang pertunjukan tarian gipsy, yang naasnya membuat Gadis dan Troy terkena kutukan. Mereka berdua terkena semacam sihir oleh penari gipsy tersebut. 

Dalam rentang waktu 13 hari, tiba-tiba saja mereka bertunangan, menikah, dan menjalani beberapa hari sebagai sepasang suami istri. Sebuah kondisi yang sangat berbanding terbalik dengan mereka yang biasanya tiap hari bertengkar. 

Awalnya baik Troy maupun Gadis merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut. Apalagi dengan karakter dan gaya hidup mereka yang berbeda jauh.

Menjalani status sebagai suami istri beserta segala kejadian aneh yang mereka alami membuat mereka frustasi. Namun lama kelamaan mereka mulai terbiasa, yang awalnya saling benci, akhirnya mulai saling jatuh cinta. 

Saat awal-awal membaca novel ini, sebenarnya saya agak bosan. Apalagi dengan dialog-dialog pertengkaran antara Troy dan Gadis yang rasanya menjemukan dan tidak realistis bagi sepasang manusia dewasa yang berpendidikan.

Ya maksud saya, kenapa sih mereka harus terus bertengkar dengan hal-hal sepele yang sebenarnya bisa dibicarakan baik-baik? Mana kedua tokoh ini sering usil dan iseng satu sama lain. Mirip bocil SMP yang lagi dendam dengan teman sekelasnya. 

Namun setelah mulai masuk ke pertengahan cerita, saya mulai tertarik. Dialog antar tokoh utama juga terasa lebih mengalir. Saya suka karakter Troy dan Gadis yang rasanya sangat manusiawi.

Troy yang ganteng dan selebritis, tapi tetap punya kekurangan. Dengan segala kerempongannya, kadang saya dibuat ngakak dengan tingkah Troy yang pesoleknya mengalahkan wanita. Pantas saja Gadis sering merasa gemes dan malah keki ketika harus berhadapan dengannya. 

Secara umum, novel ini lumayan menarik. Sebuah kisah cinta yang nggak cringe. Bagi kamu yang suka novel-novel metropop, judul ini salah satu yang bisa menemani waktu senggangmu!

Akramunnisa Amir