Buku "Pengabdi Netijen" karya Geraldy Tan menyajikan kumpulan cerita tentang perjalanan dan pengalaman hidup Geraldy Tan.
Dimulai dari kisah keisengan yang membuatnya viral, buku ini mengikuti perjalanannya sebagai seorang content creator.
Di antara cerita-cerita tersebut, Geraldy berbagi keluh kesahnya terkait bentuk fisiknya yang kurus dan wajahnya yang berjerawat.
Namun, ironisnya, hal-hal tersebut justru membantu Geraldy meraih percaya diri dan kebebasan berekspresi, karena ia menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Melalui buku ini, Geraldy dengan santai membagikan tips-tips tentang bagaimana memanfaatkan dan mensyukuri keadaan tersebut.
Dalam bukunya, Geraldy menghadirkan gambaran tentang kehidupannya yang penuh dengan hal-hal konyol dan absurd.
Namun, saya merasa bahwa tidak semua kehidupannya bisa dianggap lucu atau mengundang tawa, terutama jika kita mempertimbangkan bahwa setiap orang memiliki toleransi humor yang berbeda.
Saya juga merasa tidak cocok dengan sebagian cerita dalam buku ini, dan saya menganggapnya lebih datar dibanding menggelikan.
Ini mungkin disebabkan oleh tingkat humor yang berbeda atau mungkin karena saya cenderung sulit tertawa pada cerita-cerita yang mengangkat aspek konyol kehidupan seseorang.
Namun, saya merasa bahwa sang penulis berhasil menarik perhatian dengan bukunya.
Saya terkesan dengan cara Geraldy menyajikan cerita-cerita pengalaman pribadinya dengan sentuhan humor, salah satunya ketika dia berbagi tentang tindakannya yang ceroboh.
Meskipun situasinya dianggap serius, ia mampu menemukan sisi lucu dari keadaan tersebut.
Meskipun demikian, saya merasa ada kekurangan dalam buku ini, terutama terkait dengan alur cerita yang terkadang tidak jelas.
Pergantian antara masa lalu dan masa kini dalam cerita kadang membuat saya bingung. Meskipun demikian, saya menghargai tips dan pandangan yang diberikan oleh Geraldy tentang percaya diri dan berkarya.
Dia berhasil menggambarkan betapa pentingnya menerima diri sendiri sebelum berusaha membuat perubahan dalam hidup.
Menurut saya, buku ini layak untuk dibaca, terutama jika kamu mencari hiburan ringan dan mungkin cocok bagi pembaca remaja.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua orang akan merespons cerita-cerita dalam buku ini dengan cara yang sama.
Intinya, penting untuk menerima dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu sebelum meminta orang lain untuk melakukan hal yang sama, dan jangan membiarkan kekuranganmu menghalangi dalam meraih impian.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Mengubah Hobi Jadi Gaya Hidup Sehat Lewat Olahraga Futsal
-
Futsal dan Tren Urbanisasi: Solusi Ruang Terbatas di Lingkup Perkotaan
-
Bukan Sekadar Hobi, Futsal sebagai Investasi Kesehatan Jangka Panjang
-
Lagu Malang Suantai Sayang: Persembahan Sal Priadi untuk Kota Kelahirannya
-
Menulis di Tengah Kebisingan Dunia Digital, Masihkah Bermakna?
Artikel Terkait
-
Paradoks Media Sosial dalam Buku 'Media Sosial dan Budaya Baca Kita'
-
Review Buku 'Tetaplah Menjadi Baik', Memberikan Semangat dan Arahan Hidup
-
Perjalanan Sang Elf Pemalu dalam Buku 'The Lost Realm' Karya Geronimo Stilton
-
Rahasia Hidup Seimbang Ala Orang Jepang dari Buku 'The Book Of Ikigai'
-
Rumitnya Kisah Cinta dalam Novel 'Love Story in Harvard'
Ulasan
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
4 Kegiatan Seru yang Bisa Kamu Lakukan di Jabal Magnet!
-
Novel Ice Flower: Belajar Hangat dari Dunia yang Dingin
-
Novel Dia yang Lebih Pantas Menjagamu: Belajar Menjaga Hati dan Batasan
-
Review Series House of Guinness: Skandal dan Sejarah yang Sayang Dilewatkan
Terkini
-
Sea Games 2025: Menanti Kembali Tuah Indra Sjafri di Kompetisi Level ASEAN
-
Gawai, AI, dan Jerat Adiksi Digital yang Mengancam Generasi Indonesia
-
Effortlessly Feminine! 4 Padu Padan OOTD ala Mina TWICE yang Bisa Kamu Tiru
-
Married to the Idea: Relevankah Pernikahan untuk Generasi Sekarang?
-
Tutup Pintu untuk Shin Tae-yong, PSSI Justru Perburuk Citra Sendiri!