Ada 4 orang perempuan dengan latar belakang berbeda-beda, namun menjalin persahabatan sejak kecil. Yakni Laila yang dari dulu begitu naif dan polos, Yasmin yang ambis-nya tidak ketulungan, Cok yang binal dan sedikit nakal, serta Shakuntala si pemberontak yang tak pernah mau taat aturan.
Satu-satunya persamaan yang terjadi pada keempat sekawan tersebut adalah bagaimana mereka sama-sama terjebak dalam toxic relationship.
Laila yang jatuh cinta dengan pria beristri, Yasmin yang telah menikah tapi memilih untuk berselingkuh, lalu Cok yang terjebak dalam pergaulan bebas, dan Shakuntala yang tidak mempercayai pria mana pun.
Adapun Saman alias Wisanggeni, sebagaimana judul dalam novel ini adalah nama tokoh utama pria yang sama-sama disukai Laila dan Yasmin.
Terjebak dalam konflik dan pertikaian antara perusahaan, masyarakat, dan kepentingan politik di perkebunan Prabumulih, mengantarkan Saman menjadi korban sekaligus buronan penguasa kala itu.
Dengan mengangkat latar akhir masa Orde Baru serta gemerlap kota New York, jalinan konflik membawa tokoh-tokoh dalam novel ini dalam perjalanan moral hingga spiritual yang layak untuk dijadikan pembelajaran.
Isu mengenai feminisme, seksualitas, agama, hingga gejolak politik yang dikolaborasikan dalam satu bingkai cerita juga menjadi daya tarik tersendiri dalam novel ini.
Sebab, berbagai pembahasan sensitif di atas sering kali menimbulkan reaksi berlebihan di kalangan masyarakat sehingga tak mudah untuk meramunya menjadi sebuah narasi yang mudah diterima.
Maka dari itu, merupakan hal yang sangat cerdas ketika Ayu Utami mampu mengemas isu-isu sensitif di atas menjadi sebuah novel. Menariknya, novel ini tidak hanya diterima, tapi juga pernah memenangkan sayembara roman yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahun 1998.
Jujur saja, bagi saya novel ini termasuk bacaan yang membutuhkan waktu yang panjang agar bisa selesai. Bukan karena membosankan, tapi sebaliknya. Ada banyak hal dari novel ini yang menarik dan begitu sayang jika dilewatkan.
Mulai dari tema yang diangkat, konflik yang terjalin, kritik sosial, hingga gaya bahasa penulis yang begitu sering menggunakan metafora dan kalimat-kalimat yang puitis.
Hanya saja, karena ada banyak pembahasan mengenai seksualitas yang dilontarkan penulis secara berani dan terang-terangan, maka novel ini sebaiknya tidak dibaca oleh mereka yang di bawah umur.
Namun terlepas dari hal tersebut, novel berjudul 'Saman' karya Ayu Utami ini sangat layak untuk dibaca khususnya bagi para pencinta sastra dan penyuka novel dengan genre fiksi sejarah!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Karier Rocky Gerung dari Akademisi ke Layar Kaca, Trending Usai Bersitegang dengan Silfester
-
Ulasan Novel Melacak Jejak Reva yang Terkuak, Perjuangan Melawan Kekerasan
-
Ulasan Novel 'The Clockmaker's Daughter', Menelusuri Dunia Masa Lalu
-
Mengulik Misteri di Balik Dunia Kriminal Lewat Buku Berjudul Dark Sacred Night
-
CEK FAKTA: Lautan Warga Jakarta Hadiri Pembentukan Partai Anies Baswedan
Ulasan
-
Ulasan Novel Rumah Lentera: Teenlit Yang Nggak Cuma Omong Kosong Remaja
-
Istora Menggema! Kisah Kamil dari Depok Kejar Mimpi Juara di AXIS Nation Cup 2025
-
Review Film Yakin Nikah: Sederhana, tapi Bikin Betah Nonton
-
Rumah Tangga: Mengintip Kehangatan dan Kejujuran di Balik Pintu Keluarga
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
Terkini
-
5 Cara Menolak Permintaan Orang dengan Elegan dan Penuh Respek!
-
SMAN 13 Bekasi Amankan Tiket Final ANC 2025 Lewat Kemenangan 20
-
AXIS Nation Cup 2025: Dari Turnamen, Pesta Musik dan Semangat Generasi Muda
-
AXIS Nation Cup 2025: Pertarungan dan Sportivitas Para Juara Futsal Pelajar
-
AXIS Nation Cup 2025: Generasi Juara Futsal Pelajar Indonesia