Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | al mahfud
Surat Dalam Balon, buku cerita karya Dian Kristiani dan Alvin Adhi.[Dok. pribadi]

Kasus bullying pada saat ini masih marak di kalangan anak-anak dan remaja. Entah itu di lingkungan sekolah, rumah, tempat bermain, dan lain sebagainya. Bullying masih menjadi persoalan di dunia pendidikan. Dibutuhkan edukasi dari para orang tua atau guru pada anak agar menjauhi segala sikap, tindakan, maupun perkataan yang menjurus bullying kepada temannya.

Bullying akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Kebanyakan, anak korban bullying merasa terkucil atau terasing. Mereka merasa malu dan takut untuk melawan atau melaporkan ejekan dari temannya pada orang tua atau guru. Hal tersebut seperti dialami oleh seekor si siput, sebagaimana dikisahkan buku berjudul Surat Dalam Balon ini.

Buku cerita bergambar karya Dian Kristiani dan Alvin Adhi ini mengisahkan seekor siput yang terus-menerus diejek oleh si singa. Singa mengejek siput sebagai hewan yang lamban. Siput tahu, dia memang lamban, tidak seperti singa yang bisa berlari kencang. Namun Siput kesal, apakah singa harus mengejeknya seperti itu?

Sialnya, singa itu terus mengejek, sehingga si Siput tak tahan lagi dan harus menegurnya. Siput mencari ide untuk bisa menegur Singa tanpa harus bertemu dengannya secara langsung karena ia takut pada gigi singa yang runcing itu. Akhirnya, si siput mendapatkan sebuah ide. Si Siput mengambil kertas lalu menulis pesan, “Menyebut kekurangan teman itu tidak baik,” tulisnya dalam selembar kertas.

Kertas itu kemudian digulung lalu dimasukkan dalam balon karet. Siput meniup balon tersebut sekuat tenaga. Siput itu hendak mengirim balon tersebut ke rumah singa sehingga ia menunggu arah angin sampai menuju ke rumah singa. Ketika angin bertiup menuju rumah singa, siput melepas balonnya.

Balon tersebut memang melayang mengikuti arah angin, namun di tengah perjalanan tiba-tiba angin berubah arah. Balon tersebut malah terbang menuju rumah kerbau. Tak menyerah, Siput mengulangi usahanya. Ia kembali menulis pesan dalam selembar kertas dan memasukkannya dalam balon lalu meniupnya. Namun, lagi-lagi, saat balon itu sudah terbang, tiba-tiba berubah arah, kali ini menuju rumah jerapah.

Setelah mendapati balon dan membaca pesannya, Kerbau dan Jerapah langsung menemui si Siput. Keduanya heran karena merasa tak pernah mengejek Siput. Si Siput menjelaskan, surat dalam balon itu sebenarnya ditujukan untuk Singa yang selalu mengejeknya dan mengatakan bahwa ia hewan yang lamban. Mendengarnya, Kerbau dan Jerapah pun mengerti dan bermaksud membantu si Siput.

Kerbau dan Jerapah bermaksud menyerahkan pesan dari Siput langsung pada Singa. Si Siput pun setuju, asalkan Kerbau dan Jerapah menemaninya. Mereka bertiga pergi bersama menuju rumah Singa dan menyerahkan balon berisi pesan tersebut. Si Siput gugup dan jantungnya berdebar-debar ketika singa membuka surat dan mulai membacanya. Ia takut jika singat tidak terima dan malah semakin marah padanya. Namun, di luar dugaan, ternyata Singa tidak marah. Singa tersebut justru berterima kasih karena sudah diingatkan. Singa itu juga meminta maaf pada si siput.

Kisah dalam buku ini menyimpan banyak pesan. Pertama, tentang pentingnya menghargai orang lain dengan segala kekurangannya. Meskipun dalam satu hal mungkin kita lebih baik ketimbang seseorang, kita tak boleh mengejeknya. Poin ini tergambar dari tingkah si Singa di awal yang selalu mengejek si Siput dengan mengatakan bahwa siput itu lamban. Si singa yang bisa berlari kencang mengejek si siput yang sangat lambat dalam berjalan. Padahal, itu merupakan kesombongan yang tidak baik dan bisa menyakiti si siput.

Kedua, tentang bagaimana menyikapi bullying atau ejekan orang lain. Ketika mendapatkan ejekan, kita harus berani menegur orang yang tersebut atau melaporkannya pada orang tua atau guru. Hal ini tergambar dari si Siput awalnya mencoba menegur si Singa dengan cara mengirimi surat balon, namun gagal, sebelum akhirnya mendapat bantuan dari Kerbau dan Jerapah untuk menghadap ke Singa langsung. Akhirnya, setelah membaca pesan teguran dari si Siput, singa sadar dengan kesalahannya dan meminta maaf.

Ketiga, tentang pentingya menolong orang lain yang membutuhkan. Sikap ini tergambar dari apa yang dilakukan Kerbau dan Jerapah yang membantu si siput untuk mengantarkan pesan tegurannya pada singa. Kerbau dan Jerapah tahu bahwa si Siput tak berani menghadap ke singa sendirian, sehingga mereka mengantarnya. Mereka juga menyadari bahwa si siput berhak untuk menegur si Singa, karena apa yang dilakukan si Singa dengan mengejek si sipit itu merupakan sikap yang tidak benar dan bisa menyakiti hati siput.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

al mahfud