Buku 'Menjadi Manusia Menjadi Hamba' oleh Fahruddin Faiz menawarkan refleksi mendalam tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai manusia sekaligus menjalankan peran sebagai hamba.
Dalam kehidupan modern yang sering kali mendewakan kenyamanan dan teknologi, banyak individu kehilangan dimensi spiritual mereka.
Oleh sebeb itu, buku ini hadir sebagai pengingat untuk menemukan keseimbangan antara kemanusiaan (hubungan dengan dunia) dan kehambaan (hubungan dengan akhirat).
Buku ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu manusia, waktu, dan penghambaan.
Bab manusia membahas mengenai fitrah kemanusiaan, tanggung jawab, serta peran manusia di dunia. Penulis mengaitkan konsep ini dengan filosofi kehidupan sehari-hari.
Bab waktu menyoroti bagaimana manusia menggunakan waktu, baik untuk aktivitas duniawi maupun ibadah. Waktu ditekankan sebagai elemen penting dalam perjalanan spiritual dan tugas manusia sebagai khalifah.
Sementara bab penghambaan menyentuh perjalanan spiritual seorang hamba dari syariat hingga hakikat.
Dalam buku ini, penulis menekankan pentingnya tidak meninggalkan dunia sepenuhnya demi spiritualitas, agar tugas manusia sebagai khalifah tetap terjaga.
Meskipun mengangkat tema berat seperti filsafat dan spiritualitas, bahasa yang digunakan cukup ringan dan mudah dipahami, bahkan untuk pembaca yang tidak akrab dengan filsafat.
Buku ini tidak hanya membahas agama dari perspektif Islam, tetapi juga mengaitkannya dengan filsafat Yunani, Barat, dan Cina, menciptakan pandangan yang holistik.
Pembahasannya terasa relevan dengan kehidupan modern, khususnya dalam menjawab dehumanisasi akibat gaya hidup yang terlalu materialistis.
Meski begitu, ada beberapa kekurangan dalam buku ini salah satunya pada format penulisannya.u
Buku ini menggunakan format penulisan naratif seperti teks pidato, yang bagi sebagian pembaca terasa kurang sistematis secara visual. Hal ini mungkin membuat pengalaman membaca menjadi sedikit monoton.
Buku ini cocok bagi pembaca yang ingin memahami cara menyeimbangkan kehidupan duniawi dan akhirat dengan pendekatan yang membumi dan reflektif.
Meski gaya naratifnya mungkin tidak cocok untuk semua orang, pesan-pesan yang dihadirkan cukup kuat dan relevan untuk direnungkan.
Apakah Anda tertarik membaca buku ini atau ingin mendalami salah satu topik yang dibahas?
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Belajar Self-Love dari Buku Korea 'Aku Nggak Baper, Kamu Yang Lebay'
-
Novel Stranger, Kisah Emosional Anak dan Ayah dari Dunia Kriminal
-
Potret Kekerasan Ibu-Anak dalam Novel 'Bunda, Aku Nggak Suka Dipukul'
-
Novel The Prodigy: Menemukan Diri di Tengah Sistem Sekolah yang Rumit
-
The Killer Question: Ketika Kuis Pub Berubah Jadi Ajang Pembunuhan
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Cerita dari Tanah Sufi: Tidak Boleh Meremehkan Orang Lain
-
Ulasan Buku Batu Sandungan, Kenali Berbagai Macam Hambatan dalam Hidup
-
Ulasan Buku Geni Jora Adibah El Khalieqy, Pemenang Lomba Novel DKJ 2003
-
Review Buku Sirkus Pernikahan, Menyingkap Realitas Pernikahan Melalui Lensa Humor
-
Review Buku Sister Fillah, You'll Never Be Alone, Kritik Sosial Perempuan di Masa Kini
Ulasan
-
Lebih dari Sekadar Sensasi: 5 Film Romansa Dewasa dengan Cerita Mendalam
-
Review Buku Walau Jomblo Tetap Produktif: Menjadi Single Berkualitas dan Berprestasi
-
Kontroversial dan Bikin Naik Darah! Film Ozora Sukses Mengaduk Emosi
-
Ulasan Buku "What i Ate in One Year", Kuliner Dunia Yang Menakjubkan
-
Review Film Now You See Me: Now You Don't, Kritik Tajam ke Dunia Korup
Terkini
-
Jadwal Bentrok dengan MMA 2025, D.O. EXO Absen di Pernikahan Kim Woo Bin
-
Ini 2 Zodiak yang Disebut Paling Berpeluang Jadi Orang Sukses: Kamu Salah Satunya?
-
Arti Mimpi Gigi Copot: 7 Makna Menurut Psikologi dan Spiritual
-
Prekuel The Hunger Games Siap Tayang 2026, Duet Ikonik Katniss dan Peeta Ada Lagi?
-
Mungil tapi Memikat: Parfum Roll On yang Wajib Ada di Tas Kamu