CERPEN: Hujan Ajaib Luminara

M. Reza Sulaiman | Elfin Wahyu
CERPEN: Hujan Ajaib Luminara
Close-up gadis remaja dan kucing ajaib berdiri di jalanan berkilau hujan, dengan tetesan hujan memantulkan cahaya ungu dan oranye. Ekspresi kagum gadis menonjol, latar samar kota Luminara memberikan kesan fantasi dan ajaib. (Gemini AI)

Di Kota Luminara, hujan selalu berbeda dari hari ke hari. Kadang hujan membawa aroma manis seperti permen, kadang cahaya berwarna-warni menari di setiap tetesnya. Kota itu terkenal dengan keajaiban hujannya, tetapi hanya sedikit orang yang benar-benar bisa menyadarinya.

Mira, gadis 16 tahun dengan rambut hitam panjang dan mata cokelat besar, selalu menunggu hujan ajaib itu di balkon kamarnya. Sejak kecil, ia merasa bahwa hujan bukan sekadar air yang jatuh dari langit—ia selalu menyimpan rahasia. Malam itu, langit mulai gelap dengan nuansa ungu dan oranye yang tak biasa. Mira segera memegang payungnya, siap menyusuri jalanan yang basah dan berkilau.

Ketika ia melangkah ke jalan, tetesan hujan berkilau seperti kristal kecil, memantulkan cahaya lampu kota. Lalu, dari balik bayangan, muncul seekor kucing abu-abu dengan mata hijau menyala. Mira menahan napas. Kucing itu menatapnya, lalu berkata dengan suara lembut tapi jelas, “Selamat datang, Mira. Aku penjaga hujan ajaib. Hanya mereka yang hatinya tulus dan penuh rasa ingin tahu bisa melihatku.”

Mira hampir tidak percaya. “Aku… aku… berbicara dengan kucing?” gumamnya.

Kucing itu tersenyum. “Percaya atau tidak, itu tidak mengubah kenyataan. Hujan ini akan menunjukkanmu dunia yang tak biasa.”

Dengan rasa penasaran, Mira mengikuti kucing itu ke jalan yang mulai membentuk pola-pola aneh dari tetesan hujan. Pola itu membimbingnya ke sebuah taman rahasia di tengah kota, tempat bunga-bunga bercahaya dan kupu-kupu dengan sayap transparan menari di udara. Suasana seakan berada di dunia mimpi.

Di sana, Mira bertemu teman barunya, Arka, seorang remaja seumurannya yang juga tampak terpesona.

“Kamu juga melihat hujan ini?” tanya Arka.

“Iya, ini luar biasa… tapi kucing itu bilang hujan ini punya rahasia,” jawab Mira.

Tiba-tiba, hujan membentuk jalur berkilau yang memimpin mereka ke sebuah pohon raksasa dengan daun berwarna perak. Kucing abu-abu itu muncul kembali dan berkata, “Hujan ini hanya muncul untuk mereka yang berani melihat dunia dengan mata penuh rasa ingin tahu. Di sini, semua impian dan ketakutanmu bisa muncul. Tapi, kalian harus belajar menghargainya.”

Mira dan Arka menatap pohon itu. Dari batangnya muncul cahaya yang membentuk bayangan masa lalu mereka—Mira melihat dirinya kecil tersesat di pasar malam, Arka melihat saat ia gagal lomba sains. Keduanya menyadari bahwa hujan ini juga mengungkapkan rasa takut dan keraguan, bukan hanya keajaiban.

“Kita harus menghadapi semuanya, bukan lari darinya,” kata Mira pelan.

Arka mengangguk, menggenggam tangan Mira. “Kita bisa bersama.”

Mereka melangkah lebih dekat ke pohon, dan cahaya perlahan berubah menjadi jalan yang bercahaya, menuntun mereka ke labirin kecil yang dibuat dari air hujan. Di dalam labirin, mereka diuji: Mira harus menyeberangi jembatan kaca tipis yang memantulkan ketakutannya sendiri, sedangkan Arka harus melewati gerbang air yang memperlihatkan kegagalannya.

Dengan saling mendukung, mereka berhasil keluar dari labirin. Kucing abu-abu itu tersenyum, “Kalian telah belajar bahwa keajaiban dan ketakutan selalu berjalan bersamaan. Dunia ini indah jika kalian berani menghadapinya.”

Hujan mulai mereda. Cahaya kristal di jalanan perlahan menghilang. Mira dan Arka berdiri di taman, napas terengah, tetapi hati mereka penuh kegembiraan.

“Ini… luar biasa,” kata Arka.

“Ya, dan aku rasa ini baru permulaan,” jawab Mira sambil tersenyum.

Saat mereka pulang, mereka melihat bahwa Kota Luminara yang biasa tampak biasa saja kini terasa berbeda. Setiap lampu jalan, tetesan hujan yang tersisa, dan aroma malam membuat mereka yakin bahwa keajaiban ada di mana saja, selama kita mau melihat dengan hati.

Malam itu, Mira pulang dengan senyum lebar. Ia tahu, hujan ajaib tidak akan selalu muncul, tetapi pelajaran dan keberanian yang ia dapatkan akan selalu ada bersamanya. Arka berjalan di sampingnya, dan mereka berdua sepakat: dunia bisa sangat luar biasa jika kita berani percaya pada hal-hal yang tak terlihat.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak