Gangubai Kathiawadi: Memperjuangkan Nasib Perempuan Pekerja Seks Komersial

Hernawan | Thomas Utomo
Gangubai Kathiawadi: Memperjuangkan Nasib Perempuan Pekerja Seks Komersial
Gangubai Kathiawadi (Alia Bhatt Documentary)

Gangubai Kathiawadi (2022) adalah film India produksi Sanjay Leela Bhansali Film. Film ini menceritakan kehidupan gadis bernama Ganga (dibaca: Gangga, diperankan Alia Bhatt) asal Kathiawadi. Ayahnya pengacara. Keluarganya termasuk kalangan berada dan terhormat. Namun, Ganga malah kabur dari rumah, bersama pacarnya.

Keduanya pergi ke Kamathipura. Sang pacar menjanjikan gadis muda itu untuk bertemu bibinya, pekerja rumah produksi, yang akan membantu Ganga mewujudkan mimpi menjadi bintang film.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bukannya dipertemukan dengan film maker, Ganga malah diserahkan kepada Bibi Sheela (diperankan Seema Pahwa), seorang muncikari. Ya, sang pacar menjual gadis itu sebagai pekerja seks komersial.

Keluguan sekaligus kebodohan Ganga menutup logika berpikirnya. Dia pikir, sang pacar benar-benar cinta dan akan menolongnya mewujudkan impian. Nyatanya, tidak. Gangga terperosok jurang dalam, tanpa siapapun sudi membantu.

Keadaan yang serba menekan, membuat Ganga terpaksa merelakan Bibi Sheela menjual kegadisannya. Kemarahan, kekecewaan, penyesalan, membuat Ganga mengganti nama. Dia tak mau lagi dipanggil, kecuali dengan nama Gangu (baca: Ganggu).

Karier pelacuran Gangu cepat menanjak. Bukan saja karena pesona kecantikan, namun juga karena kecemerlangan otaknya. Dia menolak dipekerjakan terus-menerus olah muncikarinya. Sesekali dia minta jatah libur untuk jalan-jalan menghidup hiruk pikuk hiburan kota. Tidak cuma seorang diri, Gangu juga mengajak pelacur-pelacur lain.

Bibi Sheela tak dapat berkutik. Terpaksa mengizinkan, meski dengan berat hati. Gangu cepat menjadi populer. Pelanggannya bukan lagi orang sembarangan. Dari seorang pekerja seks, dia kemudian bertransformasi menjadi muncikari, menggeser majikannya terdahulu.

Kemudian hari, dia berkongsi dengan Rahim Lala (diperankan Ajay Devgan), bos mafia pengedar alkohol dan narkotika yang teramat disegani polisi. Perkongsian itu melonjakkan nasib Gangu, dari germo satu rumah pelacuran, menjadi politikus penguasa Kamathipura, mengalahkan Razia (diperankan Vijay Raaz), germo transgender yang sangat berpengaruh.

Namun, pelacur tetaplah pelacur. Kedudukannya tetap rendah di mata masyarakat, kendati di tangannya tergenggam kekuasaan. Mereka tidak dapat sekadar mengecap hiburan selesa di luar kompleks pelacuran, tanpa embel-embel perempuan murahan. Mereka tidak dapat mengakses pendidikan untuk anak-anak ‘tak resmi’ yang mereka lahirkan.

Gangu, dengan ketangkasan otak dan kelihaiannya bicara, menemui sejumlah orang berpengaruh, termasuk perdana menteri India, guna meminta hak pelacur sebagaimana layaknya hak warga negara lain. Dia juga berbicara di forum-forum terhormat dan menerima wawancara wartawan guna mengemukakan pembelaannya terhadap pekerja seks komersial.

Menonton film berdurasi 2 jam 30 menit ini, mengaduk-aduk pikiran serta perasaan saya. Antara prihatin dengan nasib gadis-gadis murni yang dijerumuskan jadi pekerja seks, sekaligus gregetan, kenapa di akhir-akhir cerita, Gangu justru gigih memperjuangkan legalisasi prostitusi dengan argumen-argumen yang tampak benar tapi salah?!

Saran saya, tonton dan cermati film ini dengan tetap mengedepankan rasa kritis. Ada nilai ‘kebenaran’ di tengah kerancuan yang diusung pembuat film Gangubai Kathiawadi ini.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak