Deku dan Bakugo Gantikan All Might Jadi Simbol Perdamaian di Era Baru

Sekar Anindyah Lamase | R. Josaphat Bhismantaka Nugroho Bagaskara
Deku dan Bakugo Gantikan All Might Jadi Simbol Perdamaian di Era Baru
Deku (kiri) dan Bakugo (kanan) dalam anime My Hero Academia Season 8 (YouTube/gamera)

Pertempuran terakhir antara hero dan villain semakin memuncak dalam My Hero Academia Episode 162: “The Final Boss!!” (Season 8).

Setelah All Might tampak kalah dalam duel sengitnya melawan All For One, tongkat estafet penyelamatan dunia berpindah ke generasi muda, khususnya Izuku Midoriya (Deku) dan Katsuki Bakugo.

Episode ini menjadi titik balik penting, memperlihatkan bagaimana Bakugo yang sempat “gugur” kini bangkit kembali dengan semangat baru dan tekad yang lebih besar dari sebelumnya.

Awal episode menampilkan All Might yang kelelahan dan hampir tak berdaya, disaksikan jutaan orang di seluruh dunia. Namun di balik keputusasaan itu, kebangkitan Bakugo menjadi sinar harapan baru.

Adegan kilas balik yang memperlihatkan pergulatannya dengan rasa inferioritas dan hubungan kompleksnya dengan All Might menambah bobot emosional kebangkitannya.

Jika dahulu Bakugo adalah remaja pemarah yang melihat Midoriya sebagai saingan tak layak, kini ia kembali sebagai sosok yang matang. Menggambarkan seorang pahlawan sejati yang sadar arti pengorbanan.

Peran Edgeshot juga menjadi penentu dalam momen ini. Dengan Quirk-nya, Foldabody, Edgeshot mengorbankan tubuh dan nyawanya untuk menjahit luka parah Bakugo, membuat sang pahlawan muda bisa kembali beraksi.

Adegan ini divisualisasikan dengan luar biasa oleh Studio Bones, memperlihatkan tubuh Edgeshot berubah menjadi benang tipis untuk memperbaiki jantung Bakugo. Momen ini bukan hanya dramatis, tetapi juga simbolis: generasi lama memberi hidupnya demi generasi baru.

Pertarungan Sengit: Bakugo dan Deku Lawan All For One

Potongan adegan My Hero Academia season 8 Episode 3, ketika Bakugo menghadapi All For One (fandomwire.com)
Potongan adegan My Hero Academia season 8 Episode 3, ketika Bakugo menghadapi All For One (fandomwire.com)

Begitu Bakugo kembali ke medan tempur, My Hero Academia Episode 162 menjelma menjadi pesta visual penuh ledakan dan emosi. Bakugo tampil di puncak kekuatannya, yakni cepat, brutal, dan karismatik.

Gerakan Quirk eksplosinya divisualisasikan dengan fluiditas yang menakjubkan, memperlihatkan bakat animasi terbaik dari Studio Bones. Setiap letupan keringat yang berubah menjadi energi destruktif menggambarkan seberapa jauh ia berkembang sebagai pahlawan.

Pertarungan melawan All For One juga menjadi refleksi dari perjalanan Bakugo sejak awal seri. Dulu ia simbol amarah dan ego, kini ia perwujudan tekad dan keberanian. Ia beraksi bukan karena ingin diakui, tetapi karena ingin melindungi.

Adegan di mana ia tersenyum tulus pada All Might — bahkan saat tangannya terluka parah — menandai perubahan besar dalam dirinya. Di sini, Bakugo bukan hanya pewaris semangat All Might, tetapi juga bukti hidup bahwa “kekuatan sejati lahir dari perubahan hati.”

Sementara itu, kolaborasinya dengan Midoriya menjadi jantung emosional episode ini. Keduanya kini bertarung bukan sebagai rival, melainkan rekan sejati. Adegan ketika Bakugo menyambut uluran tangan Midoriya — simbol lama yang dulu ia tolak — kini menjadi lambang penerimaan dan persahabatan.

Dalam momen klimaks, keduanya bekerja sama untuk menyelamatkan All Might dari All For One, mengubah simbol kekalahan menjadi simbol harapan baru.

Bakugo bahkan menegaskan identitasnya dengan menyebut dirinya “Kacchan Bakugo”, bukan sekadar “Katsuki”. Ini adalah pernyataan bahwa ia telah berdamai dengan masa lalunya dan menerima seluruh dirinya — bocah pemarah, teman yang pernah menyesal, sekaligus pahlawan sejati.

Simbol Harapan Baru: Era Baru Para Pahlawan

Potongan adegan My Hero Academia season 8 Episode 3, ketika Deku menghadapi Shigaraki (superherohype.com)
Potongan adegan My Hero Academia season 8 Episode 3, ketika Deku menghadapi Shigaraki (superherohype.com)

“The Final Boss!!” bukan hanya tentang pertarungan fisik, tetapi juga tentang pewarisan semangat. All Might, yang sempat berharap mati sebagai pahlawan seperti pendahulunya, akhirnya menemukan makna hidup baru: menyaksikan murid-muridnya tumbuh melebihi dirinya.

Kalimat “Kau adalah pahlawan, dan manusia. Kau tidak boleh mati begitu saja” menjadi pesan pembebasan bagi All Might, sekaligus cermin bagi Bakugo dan Midoriya yang kini memikul beban masa depan.

Di sisi lain, produksi animasinya mencapai level tertinggi dalam sejarah seri. Arahan Nanami Michibata dan Michiru Itabisashi menghasilkan koreografi pertarungan yang sinematik, penuh dinamika dan intensitas.

Musiknya juga menambah kedalaman emosional — perpaduan antara orkestra megah dan dentuman rock yang menyulut adrenalin. Setiap nada, setiap ledakan, terasa seperti penghormatan bagi perjalanan panjang para karakter.

Namun, inti dari semuanya tetap satu: My Hero Academia selalu tentang bagaimana orang-orang biasa bisa menjadi luar biasa ketika mereka memilih untuk melindungi dan mempercayai sesamanya.

Bakugo, yang dulu simbol egoisme, kini berdiri sebagai lambang perubahan dan harapan. Ia bukan hanya “pahlawan kuat”, tapi juga bukti bahwa siapa pun bisa menjadi lebih baik, asalkan berani menghadapi dirinya sendiri.

Dengan segala emosi, animasi spektakuler, dan karakterisasi mendalam, My Hero Academia Episode 162: “The Final Boss!!” menjadi salah satu puncak terbaik dalam sejarah seri ini. Kebangkitan Bakugo bukan sekadar adegan heroik, melainkan simbol kelahiran kembali semangat kepahlawanan generasi baru.

Dunia mungkin sedang runtuh, tapi selama masih ada sosok seperti Bakugo dan Midoriya, harapan tak akan pernah padam.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak