Varian B.1.1.529 atau yang dikenal dengan omicron, pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021 lalu. Dua hari berselang, organisasi kesehatan dunia itu menetapkan omicron sebagai varian of concern. Varian ini telah menyebar di 77 negara. Bahkan WHO meyakini telah tersebar di lebih dari 77 negara tersebut. Varian omicron umumnya memiliki gejala yang sama dengan varian Covid-19 lainnya. Merangkum dari berbagai sumber, berikut merupakan gejala terinfeksi varian omicron.
1. Batuk
Mengutip dari laporan mingguan pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) tanggal 1-8 Desember 2021, dari 37 pasien yang bergejala, 33 (89%) pasien di antaranya memiliki gejala batuk. Batuk adalah cara utama dalam penyebaran virus Covid-19 dan gejala umum yang dirasakan pada varian lainnya.
Hal yang sama juga diungkapkan dr. Siti Nadia Tarmidzi selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung. Ia mengatakan, 3 dari 11 kasus baru omicron di Indonesia memiliki gejala batuk ringan. Apabila Anda batuk lebih sering tanpa alasan yang jelas dan diikuti dengan gejala lainnya, segera lakukan tes serta mengisolasi diri. Selalu pastikan untuk menutup mulut Anda saat sedang batuk, misalnya dengan menggunakan masker atau siku.
2. Kelelahan
Masih dalam laporan mingguan CDC, kelelahan menjadi salah satu gejala utama varian ini. 24 (65%) dari 37 pasien bergejala memiliki gejala kelelahan. Dikutip dari zoe covid study, bahwa kelelahan baik ringan maupun berat merupakan gejala utama dari varian omicron. Hasil ini diperoleh dari analisis awal kasus positif di London, Inggris.
Senada dengan pernyataan tersebut, dr. Angelique Coetzee dari Afrika Selatan menyebutkan bahwa dari 30 pasien yang Ia rawat, umumnya memiliki gejala kelelahan. Prof. Zubairi Djoerban selaku Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga menyatakan bahwa kelelahan merupakan gejala dari varian omicron.
3. Pilek
Zoe covid study dan CDC melaporkan bahwa pilek menjadi gejala umum pada varian baru ini. CDC melaporkan 22 (59%) pasien memiliki gejala tersebut. Zoe covid study mengungkapkan bahwa ketika tingkat Covid-19 tinggi, maka kemungkinan pilek karena virus corona juga tinggi. Namun sebaliknya, apabila tingkat Covid-19 rendah, maka kemungkinan disebabkan oleh flu atau alergi. Apabila Anda mengalami gejala pilek dan gejala utama lainnya, tes dan isolasi adalah pilihan terbaik yang harus dilakukan.
4. Sakit Kepala
Data awal yang diperoleh dari Afrika Selatan dan zoe covid study menyebutkan bahwa sakit kepala menjadi gejala yang sering ditemukan pada pasien terkonfirmasi virus omicron. Sakit kepala yang dilaporkan di Afrika Selatan hanya pada level ringan, tidak parah seperti pada gejala varian lainnya.
5. Tenggorokan gatal dan sakit
Sebagaimana yang dilaporkan oleh Afrika Selatan dan zoe covid study, pasien omicron juga memiliki gejala berupa tenggorokan yang gatal dan beberapa mengalami sakit tenggorokan. Umumnya gejala ini ada pada level ringan, tidak berat dan tidak bertahan lama. Senada dengan hal tersebut, Prof Zubairi dari IDI juga menyebutkan bahwa sakit tenggorakan termasuk dalam kategori varian baru ini.
Selain gejala yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa gejala lain yang dialami pasien omicron. CDC melaporkan gejala lain berupa demam, mual, dan sedikit pasien mengalami gejala nafas pendek, kesulitan bernafas, diare dan tidak dapat merasa serta mencium bau.
Sementara, zoe covid study melaporkan adanya gejala bersin pada pasien omicron. Di Afrika Selatan, beberapa pasien mengalami pegal-pegal di tubuhnya dan beberapa pasien memiliki keluhan gejala keringat malam. Prof Zubairi dari IDI menjelaskan hal yang sama, gejala khas varian ini pasien berkeringat banyak pada malam hari meskipun berada di tempat yang sejuk.
Umumnya, gejala yang dirasakan ketika terinfeksi varian omicron ada pada level yang ringan. Kebanyakan pasien hanya melakukan isolasi secara mandiri dan hanya sedikit yang dirawat di rumah sakit. Dikutip dari reuters, sebuah penelitian menyebutkan bahwa varian ini berkembang 10 kali lebih lambat di paru-paru. Sehingga, penyakit yang ditimbulkan tidak terlalu parah.
Untuk kematian akibat varian ini, Inggris menjadi negara pertama yang telah mengkonfirmasinya. Sementara, Afrika Selatan belum dapat memastikan apakah kematian yang terjadi selama ini disebabkan oleh varian omicron atau varian lainnya. Hasil penelitian awal ini dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan dan deteksi dini. Namun, tetap diperlukan studi lebih lanjut untuk menilai tingkat keparahan dan tingkat kematian akibat dari varian baru omicron.