Trend Pakaian Thrifting: Antara Fashion dan Isu Kesehatan

Hayuning Ratri Hapsari | Yayang Nanda Budiman
Trend Pakaian Thrifting: Antara Fashion dan Isu Kesehatan
Thrifting alias belanja baju bekas di Pasar Senen. (Fajar/Suara.com)

Pakaian thrifting atau belanja pakaian bekas telah menjadi fenomena yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir.

Di tengah meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan dan keberlanjutan, thrifting tidak hanya menjadi tren mode yang menarik, tetapi juga pilihan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan membeli pakaian baru. Namun, di balik popularitasnya, ada beberapa isu yang perlu dipertimbangkan, terutama dalam hal kesehatan.

Thrifting: Tren Fashion yang Ramah Lingkungan

Thrifting, atau membeli pakaian bekas di toko barang bekas, pasar loak, atau platform online, menawarkan berbagai keuntungan.

Selain bisa mendapatkan pakaian dengan harga lebih terjangkau, thrifting memberikan kesempatan untuk menemukan barang-barang unik yang mungkin tidak ditemukan di toko pakaian konvensional.

Salah satu daya tarik utama thrifting adalah kontribusinya terhadap keberlanjutan lingkungan. Industri fashion dikenal sebagai salah satu penyumbang utama polusi dan limbah global, dengan jumlah pakaian yang dibuang setiap tahun mencapai jutaan ton.

Dengan membeli pakaian bekas, konsumen dapat membantu mengurangi permintaan terhadap produksi pakaian baru yang memerlukan sumber daya alam dan energi yang besar.

Selain itu, thrifting mengurangi jumlah limbah tekstil yang berakhir di tempat pembuangan sampah, yang sering kali membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terurai.

Selain faktor lingkungan, thrifting juga memberi peluang bagi konsumen untuk mendukung gerakan konsumsi yang lebih sadar dan etis.

Banyak orang beralih ke thrifting karena menyadari dampak negatif dari fast fashion, yang mengandalkan produksi massal dengan biaya rendah dan sering kali mengabaikan kondisi kerja yang adil bagi para pekerja.

Masalah Kesehatan yang Tersembunyi dalam Pakaian Bekas

Namun, meskipun thrifting memiliki banyak manfaat, ada beberapa masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh konsumen yang membeli pakaian bekas.

Pakaian bekas, terutama yang berasal dari pasar loak atau toko barang bekas yang tidak dikelola dengan baik, bisa membawa berbagai masalah kesehatan.

1. Bakteri dan Kuman

Pakaian bekas yang sudah lama atau tidak dicuci dengan benar dapat mengandung bakteri, jamur, atau kuman lainnya. Jika pakaian tidak dicuci atau disterilkan dengan baik sebelum dijual, hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi kulit atau gangguan kesehatan lainnya.

Meskipun mencuci pakaian bekas sebelum dipakai adalah langkah yang dapat mengurangi risiko ini, masih ada kemungkinan kontaminasi jika pakaian tersebut sebelumnya telah terpapar debu, kuman, atau bahan kimia berbahaya.

2. Bahan Kimia Berbahaya

Beberapa pakaian bekas mungkin telah dirawat dengan bahan kimia seperti pewarna atau pemutih yang berpotensi berbahaya bagi kulit.

Selain itu, pakaian yang telah lama disimpan dalam kondisi lembab atau tidak terawat bisa mengandung jamur atau bakteri yang dapat menyebabkan masalah kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif atau alergi.

3. Alergi dan Iritasi Kulit

Beberapa pakaian bekas, terutama yang berasal dari merek atau pabrik yang menggunakan bahan sintetis atau pewarna berbahaya, dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit.

Pakaian bekas yang tidak dicuci dengan benar bisa memicu gatal-gatal, ruam, atau iritasi pada kulit, terutama jika ada sisa bahan kimia atau kotoran yang menempel.

4. Penyakit Kulit dan Parasit

Pakaian bekas yang berasal dari lingkungan yang tidak higienis berpotensi mengandung parasit seperti kutu atau tungau, yang dapat menyebabkan masalah kulit.

Meskipun risiko ini tidak tinggi, pakaian yang berasal dari tempat yang kurang terawat atau tidak diperiksa dengan baik bisa menjadi tempat berkembang biaknya berbagai mikroorganisme penyebab penyakit.

Cara Mengurangi Risiko Kesehatan saat Thrifting

Untuk menikmati keuntungan dari thrifting tanpa mengorbankan kesehatan, ada beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Cuci Pakaian dengan Teliti

Langkah pertama yang paling penting adalah mencuci pakaian bekas dengan teliti menggunakan deterjen dan suhu yang sesuai.

Proses pencucian yang baik akan membunuh sebagian besar bakteri dan jamur, serta menghilangkan bahan kimia berbahaya yang mungkin ada pada pakaian.

2. Periksa Kondisi Pakaian

Sebelum membeli pakaian bekas, pastikan untuk memeriksa kondisinya dengan cermat. Periksa apakah ada noda yang tidak dapat dihilangkan atau kerusakan yang bisa menurunkan kualitas pakaian. Jika memungkinkan, pastikan pakaian tersebut tidak terlalu lama atau telah disimpan dalam kondisi yang tidak higienis.

3. Gunakan Pelindung atau Pembasmi Kuman

Ada produk khusus yang dapat digunakan untuk membunuh kuman dan bakteri pada pakaian, seperti semprotan antibakteri atau produk yang dirancang untuk menghilangkan bau dan mikroorganisme berbahaya. Menggunakan produk semacam ini sebelum mengenakan pakaian bekas bisa menjadi langkah pencegahan yang baik.

4. Perhatikan Label dan Bahan Pakaian

Untuk meminimalisir risiko alergi atau iritasi kulit, periksa bahan pakaian dengan seksama. Hindari pakaian dengan bahan yang mengandung banyak sintetis atau bahan kimia yang berpotensi berbahaya.

Kesimpulan

Tren pakaian thrifting menawarkan banyak keuntungan, mulai dari gaya yang unik hingga kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan. Namun, seperti halnya dengan barang bekas lainnya, ada sejumlah risiko kesehatan yang perlu diwaspadai.

Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, seperti mencuci pakaian dengan teliti dan memeriksa kondisi pakaian, konsumen dapat menikmati manfaat dari thrifting tanpa mengorbankan kesehatan.

Sebagai bagian dari gaya hidup yang lebih sadar dan bertanggung jawab, thrifting tetap menjadi pilihan yang layak selama kita tetap berhati-hati dan peduli terhadap faktor kebersihan dan keselamatan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak