Misteri Villa Kosong

Munirah | Rico Andreano
Misteri Villa Kosong
Ilustrasi villa kosong. (pixabay.com)

Akhirnya Devi bersama suami, Bram memutuskan untuk berlibur di sebuah villa yang sudah lama kosong setelah kami berunding yang cukup alot terkait penentuan villa untuk berlibur.

Nama villa tersebut adalah Villa Bukit Mas. Devi berlibur di villa tersebut berkat ide Mas Bram. Villa tua tersebut merupakan warisan peninggalan keluarga besar Bram yang sekarang dikelola oleh kakak sepupu Bram, Alif.

Alif mengelola villa tua sejak 20 tahun lamanya dan villa tersebut masih saja belum ada yang menyewa. Menurut penuturan Alif, Villa Bukit Mas pernah terjadi tragedi pembunuhan keluarga yang menginap di villa tersebut secara sadis 5 tahun yang lalu.

Hingga akhirnya berita tersebut menyebar kemana-mana bahkan hingga masuk media massa. Karena heboh tragedi di Villa Bukit Mas, villa tersebut masih kosong hingga saat ini.

Letaknya yang terletak di pedesaan yang dikelilingi pohon akasia yang rindang dan halaman villa yang sangat luas serta berada di perkebunan teh menambah suasana sejuk villa tersebut. Bangunannya yang berkayu dilengkapi semakin menambah eksotisme villa tersebut.

Mereka bertiga berbincang-bincang di depan halaman villa membahas tentang kepastian untuk berlibur di villa tersebut.“

“Wah villanya lumayan bagus ya Say”, ujar Devi.

“Iya Ma, villanya bagus banget, cuma sayang lama tak berpenghuni”, ujar Bram.

“Padahal aku sudah berulangkali mencoba memoles dengan cara apapun agar villa ini bisa dihuni, tapi sayang stigma yang horor dari masyarakat dan berita yang sudah terlanjur tersebar akhirnya orang enggan berlibur di villa ini”, ujar Alif.

“Wah sayang banget tuh Mas, villa yang masih bagus ini sudah lama kosong, jangankan villa Mas, biar rumah semewah apapun, tapi kalau pernah ada kejadian pembunuhan, orang masih mikir-mikir buat nempatin”, ujar Bram.

“Lho Mas Alif berarti tinggal di sini dong Apa Mas Alif nggak takut sendirian? Terus Mas Alif jauh dari keluarga dong?”, tanya Devi.

“Ya nggaklah Dev. Aku menjaga villa ini kan demi amanah dari keluarga Bram, ya namanya amanah yang harus dijalankan ya mau gimana. Soal takut nggak usah diambil pusing, kalau aku sih biasanya hari Jumat sampe Minggu pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluargaku”, ujar Alif.

“Wah urat takutnya Mas Alif sudah hilang nih rupanya”, ujar Bram.

“Bisa aja nih kamu Bram, eh kalo boleh tau kalian jadi untuk menginap di villa ini?”, ujar Alif.

“Kalo aku sih oke-oke aja sih Mas, nggak tau juga istriku jadi berlibur di sini apa nggak”, ujar Bram.

Dengan ekspresi sedikit ketakutan Devi berkata, “Kalo aku sih ngikut kamu Say enaknya gimana”.

“Nggak perlu takut Sayang, kan di sini ada Mas Alif , kalo ada apa-apa tinggal lapor Mas Alif aja “, ujar Bram.

“Benar banget kata Bram, jadi kalian seumpama ada gangguan apa-apa tinggal ketuk-ketuk villaku, kan villaku di sebelah situ, villa kalian letaknya bersebelahan dengan villaku, kalo boleh tau kalian mau nginep di sini berapa lama?”, ujar Alif.

“Rencananya sih tiga hari Mas”, ujar Bram.

“Yaudah kalian sekarang nempatin villa, aku ikut bantuin bawa barang kalian, keburu mau hujan nih, bentar lagi udah mau Magrib”, ujar Alif.

“Oke makasih banyak ya Mas”, ujar Devi.

Hujan turun dengan deras waktu menunjukkan jam 18.00. Devi dan Bram bersantai ria di sofa ruang tamu sembari berbincang-bincang.

“Hawanya dingin banget ya Say, interiornya dari kayu semua, alami banget Ya”, ujar Devi.

“Iya Say, bikin betah aja nih tinggal di sini”, ujar Bram.

“Betah sih betah Say, tapi kalo sudah lama kosong kayak gini sih ya agak-agak takut gimana gitu”, ujar Devi.

“Ah kamu ini gimana Say, yang namanya rasa takut itu berasal dari pikiran diri sendiri”, ujar Bram.

“Lagian kamu punya ide juga ngaco, pake nginep di villa kosong segala”, ujar Devi.

“Yaelah Say, hitung-hitung mah aku bantu saudara lah ya buat bantu Mas Alif yang lagi nggak kerja”, ujar Bram.

“Emang Mas Alif sempat kerja juga ya Say”, ujar Devi.

“Mas Alif sempat kerja di peternakan tiga tahun, bayarannya sih lumayan, tapi karena ada suatu hal tertentu, akhirnya dia mengundurkan diri”, ujar Bram.

“Ooh gitu ya Say”, ujar Devi.

“Ya”, ujar Bram.

Hujan masih turun deras dan petir yang menggelegar tak terasa waktu menunjukkan pukul 21.00.

Saat mereka asyik berbincang-bincang, tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu.

(Tok tok tok)

“Eh Say, ada yang lagi ketuk pintu tuh”, ujar Devi.

“Eh iya, siapa ya ? Mas Alif jangan-jangan”, ujar Bram.

“Coba aja kamu yang bukain Say”, ujar Devi.

Bram membuka pintu dan ternyata tidak ada orang satupun yang muncul, Bram merasa heran siapa yang mengetuk pintu barusan.

“Siapa ya yang ketuk pintu, kok nggak ada siapa-siapa ya, Mas Alif, bukan, orang iseng, juga bukan, kalo kucing, nggak mungkin juga, ah biarin aja”, batin Bram.

“Siapa Say yang ketuk-ketuk pintu tadi?”, tanya Devi.

“Nggak ada siapa-siapa di luar Say, Mas Alif nggak mungkin malam-malam ke sini, palingan dia juga sudah tidur”, ujar Bram.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. Bram seketika membuka pintu.

Sembari membuka pintu, dia ngomel-ngomel sendiri dengan perasaan emosi .“Woy, tunjukkin batang hidungmu sekarang, aku nggak takut”, ujar Bram.

Setelah tidak ada siapa-siapa, kemudian Bram menutup pintu kembali. Dengan perasaan kesal, Bram berkata, “Bikin emosi aja, malam-malam pake ketuk-ketuk pintu segala lagi”.

“Udahlah Say, nggak usah dihiraukan, biarin aja, udah kita tidur aja yuk udah ngantuk nih, jadi makin takut”, ujar Devi.

“Ayo Say, kita tidur aja”, ujar Bram. Saat mereka menuju kamar, tiba-tiba tampak ada yang menepuk bahu Devi.

“Kamu tepuk bahuku ya Say?”, tanya Devi.

“Ah, nggak ah, aku nggak nepuk bahumu”, ujar Bram.

“Ah yang bener Say?”, ujar Devi.

“Ya ampun Say, beneran aku nggak nepuk bahumu”, ujar Bram.

“Terus siapa dong yang nepuk bahuku ?”, tanya Devi.

“Setan mungkin”, ujar Bram.

“Iiiiiih, jangan nakut-nakutin gitu deh, kan serem”, ujar Devi.

“Ayo kita tidur aja lah”, ujar Bram.

Saat mereka tidur, sontak Devi terbangun mendengar suara keran wastafel menyala di kamar mandi.

Walau dengan perasaan takut dan deg-degan, Devi memberanikan diri untuk mematikan keran wastafel yang menyala. “Ini siapa ya yang jahil nyalain keran wastafel malam-malam gini”, batin Devi.

Tak lama kemudian setelah Devi mematikan kran wastafel, tiba-tiba pintu kamar mandi menutup dengan sendirinya, malangnya pintu kamar mandi tak bisa dibuka, sehingga dia terkunci di kamar mandi.

(Gubrak) “Waduh, kok pintunya gak bisa dibuka, tolong dong bukain, tolong tolong”, jerit Devi.

Lampu kamar mandi tiba-tiba mati sontak menambah ketakutan Devi di kamar mandi. Devi menjerit ketakutan, “Tolong tolong tolooooooong aaaaaah buka pintunya, buka pintunyaaaaaaaa, aaaaah, lampunya matiiii, tolooong”.

Tiba-tiba lampu kamar mandi nyala kembali dan mati kembali, kemudian nyala mati nyala mati. Devi semakin menjerit. “Aaaaaaaaah, tolooong, Say, tolong Say, tolong bukain pintu kamar mandi, aku terkunci, Say, tolong dong Say, aku terkunci”.

Spontan Bram terbangun dan kaget mendengar teriakan Devi, seketika dia bergegas menolong Devi yang terkunci di kamar mandi.

“Ini aku Bram, kamu kenapa Say?”, tanya Bram.

“Tolong dong Say, tolong, aku terkunci di kamar mandi”, ujar Devi.

“Oke, aku akan bukain pintu kamar mandi, aku akan gedor pintunya, kamu menjauh dari pintu”, ujar Bram.

“3, 2, 1, gubraaaak”, Bram menggedor pintu. Akhirnya Bram berhasil menggedor pintu kamar mandi.

“Kamu nggak apa-apa Say?”, tanya Bram.

Sembari menangis Devi berkata, “nggak apa-apa Say, aku nggak apa-apa kok, aku agak syok aja, aku masih ketakutan banget”.

“Yaudah kalo gitu kita tidur lagi aja yuk”, ujar Bram. “Oke Say”, ujar Devi.

Saat Devi tidur, Devi bermimpi bertemu sesosok perempuan berambut panjang terurai dengan wajah yang sudah hancur dan berkuku panjangn hendak mencekik Devi.

Sontak dia terbangun dari tidur, dan menggigil ketakutan. Tak lama berselang, Devi mendengar suara anak kecil yang tertawa dan sedang bermain di luar.

Sontak Devi gemetaran ketakutan dan melanjutkan tidur. Keesokan paginya, Devi dan Bram bergegas ke villa Alif.

Mereka ingin menyampaikan kejadian yang mereka alami semalam.

“Ada sesuatu apa yang ingin kalian katakan kepadaku?”, ujar Alif.

“Jadi gini Mas, semalam kami mendengar ada suara mengetuk pintu, pas dibuka nggak ada orang sama sekali, terus pas kami berdua mau tidur, tiba-tiba ada yang menepuk bahu Devi, dan Devi mendengar suara kran wastafel yang nyala dengan sendirinya, pas dia lagi matiin keran wastafel, tiba-tiba aja Devi terkunci di kamar mandi dan lampu kamar mandi nyala mati nyala dengan sendirinya, dia menjerit-jerit minta tolong”, ujar Bram.

“Aku juga mendengar suara anak kecil tertawa dan bermain di lur Mas”, ujar Devi.

“Apa aku boleh ke villamu sekarang?”, tanya Alif.

“Boleh banget Mas, siapa tahu aja Mas lihat-lihat kondisi villa yang kami tempati”, ujar Bram.

“Baiklah, kalo gitu kita langsung ke sana” ujar Alif.

Mereka bertiga bergegas ke villa Bram dan Devi untuk melihat detail kondisi yang terjadi semalam. Setibanya di villa Bram dan Devi, Alif memeriksa dengan teliti kondisi villa yang mereka tempati.

“Pintu kamar mandi masih dalam kondisi bagus”, ujar Alif.

“Kok aneh ya, tadi malam aku terkunci di kamar mandi Mas”, ujar Devi.

Tiba-tiba saja saat mereka mengecek kondisi villa Bram dan Devi, mereka dikejutkan dengan kemunculan arwah penasaran sekeluarga yang menjadi korban pembunuhan sadis di villa ini.

Sontak Devi dan Bram mendadak ketakutan melihat kemunculan arwah tersebut. Alif memberanikan diri untuk menghadapi arwah tersebut.

“Kalian berdua berada di belakangku!, biar aku yang menghadapi mereka”, ujar Alif.

“Ta ta tapi Mas”, ujar Bram. “Sudah nggak usah banyak bicara, kalian tenang aja, kalian tetap berada di belakangku, biar aku yang beresi mereka”, ujar Alif.

Devi berbisik-bisik kepada Bram, “Udahlah Say, biar Mas Alif yang ngadepin arwah-arwah itu, kita tenang aja”.

Dengan lantang Alif berkata kepada arwah-arwah tersebut, “Ada apa kalian datang ke sini? alam kalian bukan di sini, alam kalian di alam barzakh, ini alam manusia, tak sepantasnya kalian berada di sini, pergi kalian, pergi!”.

Alif membacakan Surat-surat pendek, seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, serta membacakan Ayat Kursi. Seketika arwah-arwah tersebut terbakar dan lenyap serta menyisakan abu.

“Alhamdulillah mereka sudah aku usir”, ujar Alif.

“Makasih banyak ya Mas, sudah bantu kami berdua mengusir arwah-arwah tersebut”, ujar Bram.

“Nah sekarang kalian sudah bisa istirahat dengan tenang di villa ini, jangan lupa sebelum tidur kalian baca doa biar nggak diganggu makhluk halus, aku kasih bacaan doa buat kalian sebelum tidur”, ujar Alif.

“Wah makasih banyak lo Mas, kalo nggak ada Mas Alif, mungkin kami berdua bakal diganggu sama makhluk terus”, ujar Devi.

“Berterima kasihlah kepada Allah, sebab aku hanyalah perantara”, ujar Alif.

Setelah Alif mengusir arwah-arwah penasaran korban pembunuhan, akhirnya Devi dan Bram bisa beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan makhlu halus.

Tak terasa mereka menginap di villa selama empat hari, akhirnya mereka kembali ke kota, kembali ke rumah mereka.

“Makasih banyak ya Mas, sudah nolongin kami berdua dari gangguan makhluk halus, selama kami menginap, kami berdua sudah nggak diganggu makhluk halus lagi, kami berdua mau pamit pulang ke kota, oh iya ini ada rejeki buat Mas Alif, semoga aja cukup untuk keluarga Mas”, ujar Bram.

“Alhamdulillah makasih banyak ya Bram”, ujar Alif.

“Kapan-kapan kalo ada waktu luang kami main-main ke sini lagi bolehkan Mas?”, ujar Devi.

“Ya boleh-boleh aja”, ujar Alif.

“Kami berdua pamit pulang ke kota, salam buat keluarga Mas di rumah”, ujar Bram.

“Hati-hati di jalan Bram, Dev”, ujar Alif.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak