Letupan Kematian Berseru Akhir Kehidupan

Munirah | Taufan Rizka Purnawan
Letupan Kematian Berseru Akhir Kehidupan
Ilustrasi Kematian. (pixabay.com)

Letupan sebuah kedatangan yang tak terduga dalam hidup yang kunikmati saat ini. Jauh menatap diriku yang semakin layu semakin lemah bayangan yang kujalani. Kiasan kehidupan yang seperti menjemput jiwa yang semakin tak kuat menapaki jalan yang begitu berkelok-kelok. Seakan kedatangan yang memberi tanda akan berakhirnya semua nafas yang kuhirup sepanjang masa.

Dalam lunglai kehidupan yang kurasakan dalam alam penderitaan mengasah seluruh kepedihan. Kedatangan sebuah akhir dari segalanya yang menghantarkan ke dalam tempat kekal yang tak pernah dijamah manusia selama hidup di dunia.

Hati menatap dengan jelas isyarat kematian yang semakin menyapa ragaku. Dalam redupnya seluruh langkah yang kutempuh. Yang terbilang sangat mudah menjamah jiwaku. Sisa usia yang kini kunikmati selalu. Menunggu isyarat dari malaikat pencabut nyawa yang menyapaku setiap saat.

Pasrah sudah ragaku seakan menerima semua takdir batas usia yang semakin nyata kunikmati saat ini. Tanda-tanda kedatangan malaikat pencabut nyawa semakin dekat adanya. Hanyalah amal kebaikan yang menjadi pegangan kala aku berpisah dengan dunia yang takkan kembali lagi.

Hingga waktunya tiba ditentukan akhir dari kehidupanku yang terasa singkat. Karena dunia ini hanyalah sementara yang tak pernah selamanya aku berpijak di dunia. Sebuah letupan menyerukan tanda berakhrinya hidupku di dunia. Saat aku melambaikan tangan menyapa malikat pencabut nyawa yang siap mencabut nywaku. 

Tidurlah selamanya ragaku dalam kedamaian yang menemaniku. Yang siap menghadap kehadirat Illahi dengan segala amal kebaikan yang menemaniku kala kesepian di alam baka penuh keabadian.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak