Ganasnya Liga Jepang dan Pertaruhan Reputasi Pemain Indonesia dalam Diri Sandy Walsh

Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Ganasnya Liga Jepang dan Pertaruhan Reputasi Pemain Indonesia dalam Diri Sandy Walsh
Sandy Walsh (Instagram/timnasindonesia)

Sudah bukan sebuah rahasia lagi jika Liga Jepang sampai saat ini belum cocok untuk diarungi oleh para pemain Indonesia. Baru-baru ini, dua pemain Timnas Indonesia, yakni Pratama Arhan dan Justin Hubner, menuai kegagalan ketika mencoba untuk berkarier di sana.

Arhan yang menghabiskan dua musim di Jepang bersama Tokyo Verdy, secara total hanya mendapatkan empat kali kesempatan bermain saja di semua ajang. Sementara sang kompatriot, Justin Hubner yang menjalani empat bulan masa peminjaman di Cerezo Osaka, hanya berhasil mencatatkan 8 pertandingans aja di semua kompetisi.

Catatan suram para pemain Indonesia ini bahkan lebih gelap lagi jika ditarik satu dekade ke belakang. Dua pemain Indonesia, yakni Stefano Lilipaly dan Irfan Bachdim yang sempat pula mencicipi persaingan di Liga Jepang, mendapatkan nasib serupa dengan dua penerusnya tersebut.

Dalam catatan Transfermarkt, Irfan Bachdim yang memulai petualangannya di Liga Jepang bersama Ventforet Kofu pada musim 2013/2014 dan berlanjut ke Consadole Sapporo pada musim berikutnya, total hanya bermain sebanyak 12 laga saja di semua kompetisi. 

Ironisnya, dari 12 laga tersebut, tak sekalipun laga dijalani oleh Irfan di pentas J1 League yang merupakan kasta tertinggi kompetisi sepak bola Negeri Hinomaru itu. Data laman Transfermarkt merinci, Bachdim bermain sebanyak 7 kali di J2, 4 kali di Piala Kaisar, dan 1 kali di Piala Liga.

Keganasan Liga Jepang juga turut dialami oleh Stefano Lilipaly yang kepindahannya ke Jepang nyaris beriringan dengan Bachdim. Lilipaly yang memperkuat Consadole Sapporo pada musim 2013/2014, bahkan harus kembali ke tanah air setelah hanya mendapatkan sekali kesempatan bermain selama kurang lebih 8 bulan berada di Jepang, dan itu pun di ajang Piala Kaisar.

Masih kurang bukti terkait ganasnya Liga Jepang terhadap pemain Indonesia? Oke, kita mundur lagi di dekade 1980an, ketika penyerang legendaris Indonesia, Ricky Yakobi masih eksis dan berkarier profesional.

Pada tahun 1988 hingga 1989, Ricky Yakobi pernah juga berkarier di Liga Jepang bersama klub Matsushita Electric. Bersama klub yang kini bertransformasi menjadi Gamba Osaka tersebut, Ricky yang kala itu merupakan penyerang terbaik Indonesia, hanya mampu mencatatkan 6 penampilan saja dan menyumbangkan satu gol.

Kegagalan lima pemain Indonesia yang pernah menjalani karier di Liga Jepang tersebut, kini coba untuk dihapuskan oleh Sandy Walsh. Pasca hengkang dari KV Mechelen, pemain berusia 29 tahun itu memutuskan untuk bergabung dengan Yokohama F. Marinos.

Bagi para penggemar Timnas Indonesia, kepindahan Sandy ke Liga Jepang ini tentu tak sekadar perpindahan pemain dari satu klub ke klub lainnya. Namun, seiring dengan kepindahan sang pemain, tersemat pula pertaruhan reputasi persepakbolaan Indonesia pada bahunya.

Kepercayaan klub Jepang yang semakin menipis akan kualitas para pemain Indonesia, kini sedang dipertaruhkan oleh Sandy Walsh. Jika dirinya tak mampu menjadi pilihan reguler Yokohama, akan sangat mungkin ke depannya klub-klub Liga Jepang semakin menutup mata dengan talenta sepak bola yang dimiliki oleh Indonesia.

Namun jika terjadi sebaliknya, maka peluang bibit-bibit sepak bola Indonesia untuk kembali bersemi di Negeri Sakura akan kembali hidup, dan tentunya membuka keran persebaran para pemain tanah air untuk berkiprah di negara raksasa sepak bola Asia tersebut.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak