Hampir sebulan pasca pemecatan Patrick Kluivert, posisi kursi pelatih di Timnas Indonesia senior masih juga belum terisi. Dalam rentangan waktu satu bulan belakangan ini, nama-nama potensial untuk mengisi posisi itu pun mulai berembus, baik dengan kencang maupun dengan semilir.
Salah satu nama yang belakangan ini muncul dan menguat adalah pelatih Persib Bandung asal Kroasia, Bojan Hodak. Dilansir laman Suara.com, nama eks pelatih klub JDT di Malaysia itu bahkan semakin kencang untuk mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Kluivert.
Memang, tak ada salahnya jika nantinya PSSI benar-benar memilih Bojan Hodak untuk menakhodai Timnas Indonesia. Sang pelatih pun juga memiliki kualitas yang mumpuni dalam hal meracik taktik dan strategi tim yang bermuara pada kesuksesan Persib Bandung dalam melakukan back to back juara di musim 2023/2024 dan 2024/2025.
Namun tentunya PSSI juga harus belajar dari kejadian-kejadian sebelumnya, di mana pelatih yang sukses menangani sebuah klub di Liga Indonesia, belum tentu akan sukses pula saat ditunjuk untuk menakhodai Timnas Indonesia.
Contoh paling nyata tentu saja sosok pelatih sebelum kedatangan Shin Tae-yong, Simon McMenemy. Sebagai seorang pelatih, tentunya Simon tak bisa dipandang remeh dalam hal pencapaian.
Selain pernah mengawal Timnas Filipina di awal-awal kebangkitan mereka pada awal dekade 2010an lalu, Simon juga sukses saat berkarier di Liga Indonesia. Dalam catatan laman transfermarkt.com, pelatih berkebangsaan Skotlandia tersebut berhasil membawa Bhayangkara FC menjadi raja di kompetisi dalam negeri musim 2016/2017.
Tapi apa yang terjadi? Dengan modal yang demikian gemerlap bersama The Azkals dan Bhayangkara FC, Simon justru menjadi bagian ketika persepakbolaan Indonesia terjerembab ke dalam lembah era kegelapan.
Indikatornya pun jelas, di sepanjang gelaran resmi bertajuk babak kualifikasi Piala Dunia 2022 ronde kedua zona Asia, Pasukan Garuda sama sekali tak mampu mencatatkan kemenangan di bawah asuhannya.
Bukan karena Simon bukan pelatih yang jelek, namun karena dirinya belum sepenuhnya bisa memahami karakter permainan para pemain Indonesia kala itu. Sehingga pada akhirnya tim yang diraciknya tak memiliki karakter yang kuat dan para pemain seperti dipaksa untuk bermain di luar gaya naturalnya.
Dan hal inilah yang harus diperhatikan oleh PSSI. Memilih pelatih untuk Timnas Indonesia, tentunya tak hanya berbasis pada pencapaiannya di masa lampau, namun juga visi dan misi melatih yang mana mau tak mau harus paham karakter dan cocok dengan gaya khas para pemain yang akan diasuhnya nanti.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS